tirto.id - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang melakukan penguatan sistem dan ekosistem migran yang aman. Upaya ini dilakukan dengan pemetaan pasar kerja luar negeri berdasarkan sektor dan kebutuhan masing-masing negara.
"Kita sedang lakukan penataan kerja luar negeri. Jadi model, kita petakan pasarnya, kita petakan sektornya, kita letakkan pekerjaannya," ujar Karding saat memberi sambutan dalam Indonesia-Germany Strategic Partnership: Strengthening Labour Migration Governance in Indonesia, di Hotel Hilton Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/6/2025).
Tidak sekadar pemetaan, Karding juga menekankan pentingnya penguatan pelatihan vokasi yang memiliki standar, tidak semerta-merta melatih.
Karding menambahkan, akan banyak melakukan evaluasi terhadap BLK (Balai Latihan Kerja) dan LPK (Lembaga Pelatihan Kerja). Langkah tersebut sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Selain itu, modul pelatihan ke depan akan disesuaikan dengan negara tujuan.
"Di Jerman ini yang paling utama skill bahasa. Oleh karena itu, berarti kita, pemerintah harus menyiapkan caranya bagaimana apakah bekerja sama atau mengadakan sendiri," lontarnya
Karding pun menegaskan, keterampilan sosial atau softskill, pelatihan teknis, dan bahasa jadi bagian dari ekosistem vokasi.
"Kita akan bangun beberapa migrant center dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah,swasta. Tentu hasilnya enggak sekarang, satu dua tahun ke depan baru kita nikmati hasilnya," jelasnya.
Karding lantas mengungkap, saat ini Indonesia baru mengisi sekitar 297 ribu tenaga kerja dari peluang 1,7 juta job order atau permintaan kerja di luar negeri.
"Artinya masih ada celah besar. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama," kata Karding.
Karding mengatakan, jika Indonesia bisa mengisi 1 juta tenaga kerja, akan berdampak pada pencapaian Rp439 triliun devisa. Bahkan saat ini, dengan 297 ribu tenaga kerja, devisa yang masuk sudah mencapai Rp253,3 triliun rupiah per tahun.
Penulis: Akmal Firmansyah
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id


































