Menuju konten utama

Kapan Malam Nuzulul Qur'an 2022 & Apa Makna Nuzulul Quran?

Kapan malam nuzulul quran 2022, apakah malam ini dan apa makna nuzulul qur'an, malam turunnya Al-Qur'an pertama kali kepada Nabi Muhammad saw.?

Kapan Malam Nuzulul Qur'an 2022 & Apa Makna Nuzulul Quran?
Ilustasi Muhammad. foto/IStockphoto

tirto.id - Hari ini Senin 18 April 2022 adalah puasa 16 Ramadhan 1443 H bagi umat Islam yang memulai berpuasa sejak Minggu, 3 April 2022. Malam 17 Ramadhan 1443 H yang lumrahnya dijadikan malam peringatan Nuzulul Quran akan berlangsung malam ini karena esok hari, Selasa 19 April 2022 bertepatan dengan 17 Ramadhan 1443 H.

Bagi umat Islam yang mengawali puasa pada Sabtu 2 April 2022, misalnya kalangan Muhammadiyah yang menerapkan metode hisab dalam penghitungan awal bulan Hijriah, hari ini Senin, 18 April 2022 adalah hari puasa ke-18.

Makna Nuzulul Quran

Nuzulul Qur'an adalah peristiwa turunnya Al-Qur'an pertama kali kepada Nabi Muhammad saw. yaitu berupa wahyu Surah Al-Alaq ayat 1 hingga 5. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Ramadhan yang bertepatan dengan 610 Masehi.

Terdapat beberapa pendapat tentang tanggal pasti Nuzulul Qur'an, di antaranya adalah pada 17, 21, atau 23 Ramadhan. Alasan Nuzulul Qur'an diperingati pada 17 Ramadhan adalah merujuk Surah Al-Anfal:41, "... Jika betul-betul kamu beriman kepada Allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (al-Qur’an), pada yaumal furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan”

Peristiwa bertemunya dua pasukan tersebut ditafsirkan sebagai Perang Badar, yang berlangsung pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Oleh karena turunnya Al-Qur'an berlangsung pada hari yang sama, ditafisirkan nuzulul Quran tersebut berlangsung juga pada 17 Ramadhan, pada tahun ke-40 kelahiran Nabi Muhammad saw.

Ada beragam versi pula soal bagaimana proses turunnya Al-Qu'ran. Pendapat yang paling populer adalah al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia (samaul-dunya) pada lailatulkadar (malam kemuliaan) secara sekaligus.

Barulah dari langit dunia, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap selama masa kerasulan. Ini merujuk beberapa riwayat dari Ibnu Abbas, di antaranya, "Al-Qur'an itu dipisahkan dari al-Dzikr,lalu diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit pertama, kemudian disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Saw.”.

Dalam Studi Al-Quran (2016:52), disebutkan bahwa Amir bin Syurahbil, atau yang dikenal sebagai Imam Asy-Sya'bi menyatakan bahwa Al-Qur'an pertama kali diturunkan pada lailatulkadar. Setelah itu, Al-Qur'an secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang dialami Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin selama sekitar 23 tahun.

Ini merujuk pada pemaknaan Surah Al-Qadr:1 dan Surah Al-Baqarah:185, bahwa permulaan turunnya al-Qur'an, yaitu pada malam mubarakah atau lailatul qadr, salah satu malam pada bulan Ramadhan.

Setelah ayat pertama yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw., pewahyuan sempat mengalami masa fatrah (masa renggang) hingga turunnya Surah Al-Mudatstsir 1 hingga 10. Berikutnya, dalam sekitar 20 tahun, ayat demi ayat Al-Qur'an terus diwahyukan kepada Rasulullah, hingga ayat terakhir, Surah Al-Maidah:3, atau dalam pendapat lain Al-Baqarah:281.

Keistimewaan Al-Qur'an yang terkait nuzulul qur'an adalah proses turunnya secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.

Al-Qur'an yang merupakan pedoman hidup manusia, menjadi landasan membangun umat Islam pada saat itu secara bertahap menuju bentuk yang sempurna. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan tema umum dalam surah yang turun pada masa sebelum hijrah (Makkiyah), dan surah yang turun setelah hijrah (Madaniyah).

Surat-surat Makkiyah yang diperkirakan turun dalam rentang 12 tahun 5 bulan dan 13 hari, pada umumnya pendek, dengan uraian yang menyentuh hati. Ayat-ayatnya bertemakan tauhid, berisi dakwah terkait keimanan, hari kiamat, serta gambaran surga dan neraka.

Sementara itu, surat-surat Madaniyah yang diperkirakan turun dalam rentang 9 tahun 9 bulan dan 9 hari, berisikan ayat-ayat yang cenderung panjang, dan membahas berbagai aspek hukum yang mengikat kaum muslimin yang kala itu berkembang menjadi komunitas baru, yang tidak terikat oleh hubungan darah, tetapi oleh persamaan keyakinan untuk menyembah Allah semata.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya