tirto.id - Depresi dan segala macam gangguan kejiwaan rentan dialami oleh selebritas karena banyak faktor, terutama kepopuleran dan kesibukan mereka. Justin Bieber adalah salah satu selebritas dunia yang saat ini tengah berjuang mengatasi gangguan kejiwaan. Tenar sejak kecil membuat kehidupan pribadinya selalu jadi sorotan dan tak jarang penuh kontroversi. Termasuk saat ia memutuskan menikahi Hailey Baldwin.
Kurang dari 24 jam pada tanggal 26 Maret lalu, Justin memberi pernyataan mengejutkan di akun Instagram-nya. Pernyataan pertama menyoal rencana hiatus dari karier bermusik sementara waktu. Pernyataan kedua ia tujukan untuk para penggemar Jelena, sebutan bagi penggemar Justin dan Selena Gomez. Kedua pernyataan itu sama-sama menegaskan bahwa saat ini Bieber ingin rehat dari hingar-bingar dunia selebritas dan menikmati hidup barunya bersama Hailey.
“Aku sedang fokus menyelesaikan beberapa masalah yang telah mengakar, supaya aku tidak hancur, bisa menjaga pernikahan, dan menjadi seorang ayah seperti yang kuidamkan,” begitu keterangan yang ia tulis pada pernyataan pertama.
Justin lalu melanjutkan tulisannya dengan sambatan tentang hari-hari remajanya yang dipenuhi jadwal padat menyanyi dan tur keliling.
Dalam laman Rolling Stone, Justin mengatakan mulanya ia menjalani ketenaran dengan bahagia. Namun, lama-lama kesibukan itu makin mengambil porsi besar dan mengontrol hidupnya dan akhirnya dia hanya menjadi mesin di industri musik pop.
Sukses sejak umur 13 tahun membikin ia tak punya kesempatan mengenal diri sendiri. Tak ada waktu untuk mengevaluasi diri dan menentukan apa yang benar-benar ia inginkan. Justin tumbuh dengan sanjung dan puja banyak penggemar dari seluruh dunia yang membentuk pribadinya menjadi arogan, sombong, tapi sekaligus rapuh.
Justin terakhir kali merilis album pada 2015. Dua tahun kemudian, ia mengakhiri tur lebih awal karena "kondisi yang tidak diprediksi". Ia menyadari bahwa kondisinya sangat tidak prima pada tur terakhir. Tak ada tur menyenangkan yang diidamkan penggemar dan hal itu terjadi karena kondisi emosionalnya sedang tak stabil.
“Saat ini aku sedang fokus memperbaiki beberapa masalah yang mengakar. Musik sangat penting bagiku, tetapi keluarga dan kesehatanku lebih utama,” lanjut Justin dalam keterangan foto Instagramnya. Ia berjanji segera mengeluarkan album keren bagi para penggemarnya.
Masalah kesehatan jiwa yang dialami Justin bukan perkara baru. Sebelumnya, Tirto pernah menulis laporan tentang major depression yang jamak dialami oleh 9 persen kelompok seniman, pekerja dunia hiburan, dan penulis. Major depression dapat diartikan sebagai perasaan sedih, galau, tidak bahagia, atau kesepian.
Laporan lembaga Help Musician UK berjudul "Can Music Make You Sick?" (2016) juga memperkuat dugaan jamaknya gangguan kejiwaan pada pekerja di dunia musik. Mereka melakukan survei kepada 2.211 orang pekerja dunia musik. Hasilnya, sebanyak 71 persen responden menyatakan pernah mengalami serangan panik dan/atau kecemasan tingkat tinggi.
Sementara itu, kondisi depresi dialami oleh 69 persen responden lainnya. Kondisi ini dipicu oleh banyak faktor, di antaranya bayaran tak stabil, tuntutan kerja tinggi, minim apresiasi karya, hingga masalah yang berkaitan dengan gender: seksisme, diskriminasi, dan pelecehan seksual.
Penelitian lain oleh Donna Rockwell dan David C. Giles dalam studi berjudul "Being a Celebrity: A Phenomenology of Fame" (2009) menyebut ketenaran membikin kondisi psikologis berubah. Dari 15 selebritas yang diwawancarainya, ia menyimpulkan empat fase yang akan dijalani para selebritas dalam hidupnya.
Pertama, fase cinta sekaligus benci. Fase ini menjadi titik awal dari kepopuleran, saat para selebritas menerima banyak pemujaan dan perhatian dari penggemar. Di satu sisi, mereka merasa ditinggikan, tapi di sisi lain tak ada ruang bagi mereka menikmati waktu sendiri.
Fase kedua adalah kecanduan. Ada kalanya setelah mendapat ketenaran, mereka merasa sulit melepas kehidupan barunya. Fase selanjutnya adalah penerimaan, dan terakhir, adaptasi.
Menjadi Selebritas: Hidupmu Dimiliki Banyak Orang
Pernyataan kedua Justin diunggah dalam bentuk Instastory. Berbeda dengan pernyataan pertama yang berfokus pada kariernya, kini Justin buka suara soal kehidupan pribadinya bersama Hailey. Pemuda kelahiran 1 Maret 1994 ini menikahi Hailey pada September 2018 di sebuah gedung pengadilan di New York, hanya berselang beberapa bulan setelah dikabarkan putus dengan Selena.
Dalam unggahan tersebut, tampak tangkapan layar dari komentarnya kepada sebuah akun penggemar Jelena. Akun itu menyebut bahwa Justin tak pernah benar-benar mencintai Hailey. Justin dikatakan menikahi Hailey hanya untuk balas dendam pada Selena. Semenjak dikabarkan dekat dan menikahi Hailey, pasangan ini memang panen hujatan. Justin sering dikabarkan hanya mencari pelampiasan, sedangkan Hailey dituduh mengincar harta suaminya.
“Kamu tidak logis dan seharusnya malu. Aku mencintai Selena dan dia selalu punya tempat di hatiku, tapi istriku adalah karunia terbaik dalam hidupku,” katanya membela Hailey. “Jika kamu tidak mendukung, artinya kamu bukan penggemarku atau bukan orang yang baik.”
Tak hanya Justin yang harus terganggu atas campur tangan penggemar atas kehidupan pribadinya. Selebritas lazimnya memang harus merelakan kehidupan mereka menjadi konsumsi publik. Jika sudah terkenal, bisa dibilang Anda hampir tak punya hak atas diri sendiri.
Charles Figley, Ph.D., Direktur Program Penelitian Bidang Stres Psikososial di Florida State University, mengataan hal tersebut.
Dilansir laman Psychology Today, Figley pernah menyebar 200 kuesioner kepada selebritas papan atas yang dipilih acak. Berlandaskan balasan kuesioner sebanyak 51 buah, ia menyusun daftar sumber stres bagi selebritas dan keluarga mereka.
Ada sepuluh besar faktor penyebab stres para selebritas, di antaranya kehadiran media, kritikus, surat ancaman/teror, kurangnya privasi, merasa hidupnya dipantau, khawatir kariernya anjlok, takut dikuntit, merasa kurang aman, penggemar yang obsesif, khawatir pada kehidupan keluarga dan anak-anak mereka.
“Ada rasa tidak aman. Mereka sangat rentan terhadap evaluasi pribadi dari orang lain,” kata Figley.
Guna meminimalkan efek depresi dan gangguan kejiwaan lainnya, Figley memberi beberapa solusi kepada para selebritas. Solusi itu di antaranya berdialog dengan teman atau terapis, meningkatkan akses keamanan, memiliki teman di luar lingkaran selebritas, menambah perlindungan kepada anak dan keluarga, tertawa sesering mungkin, mendekatkan diri kepada Tuhan dan agama. Terakhir, berpindah tempat hidup. Dalam lingkup penelitiannya, itu berarti: hengkang dari Los Angeles.
Editor: Maulida Sri Handayani