tirto.id - Justin Bieber angkat bicara soal cara dia menyembuhkan kesehatan mentalnya. Hal itu ia ceritakan lewa film dokumenter YouTube berjudul Justin Bieber: Next Chapter yang baru dirilis.
Seperti diwartakan NME, Justin Bieber berkisah bagaimana ia melewati masa-masa terberat dalam hidup, sehingga membuatnya nyaris mengakhiri hidup. Tetapi Bieber bersyukur karena ia mampu melewati itu semua. Dan kali ini, ia ingin berbagi soal itu.
“Seperti, Bung, apakah rasa sakit ini akan pernah hilang? Itu sangat konsisten, rasa sakitnya sangat konsisten."
Untuk itu, Bieber bilang, penting untuk membahas masalah kesehatan ini karena setidaknya bisa membantu orang yang sedang mencari jawaban atas persoalan hidupnya.
“Saya hanya ingin menyemangati orang, seperti, 'Hei, jika Anda merasa kesepian, bicarakanlah. Katakan dengan lantang. 'Ada kebebasan dalam hal itu. Saya bisa menghindari banyak rasa sakit."
Ia juga berbagi tips soal bagaimana cara dia keluar dari masa-masa suram dalam hidup, seperti bermeditasi dan mendengarkan musik.
“Saya berdoa dan bermeditasi, hal-hal seperti itu. Saya menulis musik, mendengarkan musik. Musik sangat kuat; itu benar-benar dapat membantu Anda saat Anda merasa sedih,” katanya.
Bieber juga pernah menyoroti soal ketenaran Billie Eilish yang sama sepertinya, yakni datang di usia muda. Ia bahkan khawatir kalau Eilish juga melewati apa yang pernah ia rasakan.
"Aku hanya ingin melindunginya," kata Bieber dalam sebuah wawancara dengan Zane Lowe untuk Beats 1. "Aku tidak ingin dia kehilangan itu. Saya tidak ingin dia melalui apa pun yang aku alami. "
Menurut Bieber yang saat ini berusia 25 tahun, ketenaran yang datang begitu cepat itu nyaris saja "membunuhnya". Untuk itu, Bieber mengaku tak ingin hal tersebut juga dialami oleh orang lain. "Aku tidak berharap itu pada siapa pun. Jadi, ya, jika dia membutuhkanku, aku hanya perlu telepon saja," kata Bieber.
======
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Editor: Agung DH