tirto.id - Presiden Joko Widodo Presiden memprediksi industri pariwisata akan kembali bergairah pada awal tahun 2021 dengan asumsi pandemi Covid-19 berakhir pada akhir tahun ini.
"Saya meyakini [pandemi] ini hanya sampai akhir tahun. Tahun depan akan terjadi booming di bidang pariwisata," kata Jokowi dalam rapat terbatas secara virtual tentang mitigasi dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kamis hari ini (16/4/2020).
Jokowi meyakini masyarakat ingin keluar menikmati keindahan dan pariwisata daerah pada akhir tahun, setelah berbulan-bulan dalam masa pembatasan sosial dan karantina diri. Maka, kata Jokowi, para pelaku pariwisata seharusnya diberikan semangat positif agar ke depan bisa memanfaatkan momentum tersebut.
Presiden Jokowi mengakui dunia pariwisata seperti perhotelan, restoran, dan industri kreatif merupakan sektor paling terpukul akibat Covid-19. Ia meminta jajarannya tidak pesimistis.
Industri perhotelan, misalnya, terpukul dampak pandemi karena tingkat okupansi anjlok tajam, pendapatan seret, hingga harus merumahkan karyawan. Banyak hotel berakrobrat demi tetap mendapatkan pemasukan mulai dari membuka bisnis pesan antar makanan, paket isolasi mandiri, hingga jasa laundry.
Salah satu program penyelematan sektor pariwisata yang diusulkan
Jokowi mengusulkan sektor pariwisata harus diselematkan dengan memberikan stimulus bagi para pelaku usahanya demi mencegah pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Ini harus betul-betul dilakukan agar mereka bisa bertahan dan tidak melakukan PHK secara besar-besaran," kata Jokowi.
Jokowi ingin ada program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata. Selain itu, ia meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merealokasi anggaran untuk program yang menyerupai padat karya.
"Ke arah semacam... —saya belum tahu barangnya apa—tapi semacam program padat karya bagi pekerja-pekerja yang bergerak di bidang pariwisata," pungkas Jokowi.
Pada awal Maret sejak kasus perdana positif Covid-19 diumumkan oleh Presiden Jokowi, industri hotel mulai mengalami penurunan konsumen. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran mengatakan saat itu bahwa penurunan drastis jumlah pelancong mancanegara mulai membuat para pelaku usaha megap-megap.
Beberapa pengusaha terpaksa harus melakukan efisiensi, mulai mengurangi biaya operasional hingga memangkas jumlah karyawan. “Kami sudah ada yang mempertimbangkan PHK. Kami juga sudah mulai memberlakukan program cuti,” kata Yusran kepada Tirto pada 5 Maret lalu.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto