tirto.id - Ketegangan di Semenanjung Korea telah memuncak saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil langkah keras terhadap pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, yang menolak peringatan Cina dan tetap melanjutkan tes rudal.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mendesak Korut mematuhi resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan meninggalkan pengembangan rudal nuklirnya. PM Jepang juga meminta untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan provokatif.
Pada Minggu (16/4/2017), Korut meluncurkan rudal balistik yang meledak tidak lama setelah diluncurkan, demikian laporan Komando Pasifik AS, dikutip dari Antara.
Abe mengatakan kepada parlemen bahwa dirinya akan bertukar pandangan mengenai Korut dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ksaat mereka mengadakan pertemuan puncak pada akhir bulan ini.
Pemerintah Jepang, kata Abe, sedang mempertimbangkan sejumlah langkah guna menanggapi ancaman yang berasal dari potensi krisis di Semenanjung Korea, termasuk banjir pengungsi dan bagaimana langkah mengevakuasi warga Jepang dari Korea Selatan (Korsel).
"Kami menelaah serangkaian respons dalam kasus pengungsi ke Jepang, seperti melindungi mereka, proses pendaratan, fasilitas perumahan dan manajemen mereka, dan penyaringan apakah bangsa kami harus melindungi mereka," kata Abe, Senin (17/4).
Menurut seorang pejabat Pemerintah Jepang, Dewan Keamanan Nasional Jepang juga membahas bagaimana mengevakuasi hampir 60.000 warga negaranya dari Korsel dalam situasi krisis, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas program senjata nuklir Korut.
Sementara itu, Wakil Presiden AS Mike Pence mengunjungi perbatasan demiliterisasi antara Korut dan Korsel pada hari Senin (17/4) dan menegaskan bahwa masa kesabaran AS dengan pihak Pyongyang sudah usai.
Secara teknis Korut masih berperang dengan AS dan sekutunya Korea Selatan setelah konflik pada tahun 1950 hingga 1953, dan berakhir dalam gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Kedua pihak kerap mengancam untuk saling menghancurkan menggunakan rudal antar-benua bernuklir.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto