tirto.id - Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, M Imran mengimbau jemaah haji Indonesia untuk memperketat protokol kesehatan guna mencegah penularan penyakit, salah satunya pneumonia atau radang paru.
Imran melaporkan banyak jemaah haji menderita pneumonia setelah puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Penularan pneumonia berasal dari droplet atau percikan cairan saat batuk dan bersin.
“Selanjutnya kondisi ini dipicu oleh kelelahan terutama fase puncak ibadah haji di Armuzna. Oleh karenanya kasus pneumonia pasca Armuzna meningkat drastis,” kata Imran di Makkah, Arab Saudi, Jumat (14/7/2023).
Pneumonia merupakan penyakit radang paru yang bisa menyerang terutama saat daya tahan tubuh rendah. Oleh sebab itu, jemaah haji lansia yang memiliki daya tahan tubuh rendah serta memiliki komorbid rentan untuk terkena pneumonia.
Imran menerangkan kasus pneumonia diawali dengan gejala batuk dan pilek. Gejala khas pada kasus pneumonia adalah demam dan sesak napas.
“Pada Lansia gejala khas ini sering tidak muncul. Beberapa pasien Lansia yang kami terima dengan penyakit pneumonia memiliki keluhan batuk pilek yang disertai hilangnya napsu makan,” tutur Imran.
Tidak spesifiknya gejala yang timbul pada jemaah haji lansia, perlu dijadikan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
Jika tidak segera ditangani, kata Imran, jemaah haji sakit pneumonia dapat berkembang menjadi kondisi sepsis yang dapat menimbulkan kematian.
Imran mengingatkan bagi yang menderita batuk dan pilek agar selalu memakai masker dan menerapkan etika batuk. Etika batuk yang dimaksud yakni menutup mulut dengan lengan bagian atas bukan dengan telapak tangan.
Terkait penanganan pneumonia, Imran menyampaikan bidang kesehatan telah memasok obat-obatan seperti antibiotik dan oksigen untuk antisipasi penurunan saturasi oksigen dalam darah. Di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) juga sudah disiapkan obat-obatan, antibiotik yang lebih lengkap serta mekanisme rujukan ke rumah sakit Arab Saudi bila terjadi perburukan.
“Harapannya angka kesakitan dan angka kematian karena pneumonia atau sepsis yang disebabkan karena poneumonia dapat ditekan,” kata Imran.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan