tirto.id - Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia Liliek Marhaendro Susilo menyatakan, dehidrasi dan kelelahan akibat cuaca panas bisa menjadi faktor jemaah lansia tersesat saat beraktivitas di luar penginapan.
Hal ini Liliek sampaikan merespons kejadian jemaah haji asal Indonesia yang baru-baru ini tersesat di Tanah Suci.
“Akibatnya, mereka dapat kehilangan konsentrasi dalam beraktivitas, termasuk terpisahnya jemaah dari rombongannya, sementara mereka juga kurang memahami lokasi daerah dimana dia berada,” kata Liliek dihubungi reporter Tirto, Kamis (13/7/2023).
Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan ada tiga jemaah Indonesia hilang saat puncak haji di Makkah. Ketiganya adalah Idun Rohim Zen (87) dari Embarkasi Palembang Kloter 20, Suharja Wardi Ardi (69) dari Embarkasi Kertajati Kloter 10, dan Niron Sunar Suna (77) dari Embarkasi Surabaya Kloter 65.
Belakangan, Niron ditemukan sudah meninggal dunia di Rumah Sakit An Nur Arab Saudi. Jenazah Niron sudah dimakamkan di daerah Soraya, Makkah.
Liliek menyampaikan, yang biasanya menyebabkan jemaah tersesat diakibatkan terpisah dari rombongannya.
“Saat ini cuaca di Makkah maupun Madinah masih panas. Bagi jemaah haji disarankan agar di siang hari, bila tidak ada keperluan mendesak, tidak perlu keluar dari hotel,” ujar Liliek.
Ia menambahkan, aktivitas ibadah bisa dilakukan di masjid yang tersedia di hotel.
“Bagi petugas haji, agar ikut menjaga dan mengingatkan agar jemaah tidak banyak beraktivitas di luar hotel,” tutur Liliek.
Selain itu, seluruh jemaah haji dan petugas diimbau agar selalu makan tepat waktu dan minum air putih secara teratur minimal 2 liter per hari.
“Mereka yang beraktivitas di luar, jangan lupa minum oralit yang disediakan dicampur dengan air putih 300 ml,” sambung Liliek.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Maya Saputri