Menuju konten utama

Jelang Kembalinya Kota Mosul dan Runtuhnya Kekhalifahan ISIS

Kembalinya kota Mosul ke tangan Pasukan Irak akan menandai akhir dari kekhalifahan yang hampir tiga tahun lalu dideklarasikan oleh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

Jelang Kembalinya Kota Mosul dan Runtuhnya Kekhalifahan ISIS
Pengungsi Irak melarikan diri saat bentrok antara pasukan Irak dan militan Islamic State di barat Mosul, Irak, Selasa (16/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui.

tirto.id - Mosul merupakan ibu kota Governorat Ninawa yang dekat dengan muara Sungai Tigris, sungai paling terkenal di Irak selain Sungai Eufrat di mana dulu keduanya membentuk peradaban Mesopotamia. Terletak 396 km dari utara Baghdad, kota ini adalah kunci kemenangan baik untuk pasukan Irak maupun pasukan ISIS. Siapa penguasa Mosul, dialah penentu nasib Irak ke depannya.

Setelah berperang tanpa henti selama tiga tahun terakhir, Pasukan Irak akhirnya akan melancarkan operasi untuk merebut kembali kantung terakhir yang dikuasai ISIS di Mosul. Demikian menurut pernyataan militer pada Sabtu (27/5/2017) waktu setempat.

Daerah kantung itu meliputi pusat Kota Tua dan tiga daerah yang berdekatan di sepanjang tepi barat Sungai Tigris. Serangan yang didukung Amerika Serikat di Mosul sekarang sudah jalan selama delapan bulan atau lebih lama dari rencana karena para militan sembunyi di antara warga sipil.

"Pasukan gabungan sudah mulai membebaskan distrik-distrik yang tersisa," demikian pernyataan militer Irak.

Kejatuhan kota Mosul ke tangan Pasukan Irak akan menandai akhir dari kekhalifahan yang dideklarasikan oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Kekhalifahan yang juga meliputi bagian-bagian dari Suriah ini telah menyebabkan ketidakstabilan yang luar biasa di Timur Tengah dan membuat situasi politik internasional kian panas.

Pernyataan militer yang lain mengumumkan kematian dua kolonel Irak selama pertempuran pada Sabtu kemarin. Warga yang putus asa terjebak di belakang garis ISIS sekarang menghadapi situasi yang mengerikan sebab hanya memiliki sedikit makanan dan air, tanpa listrik, dan akses terbatas ke rumah sakit.

Angkatan Udara Irak pada Jumat (27/5/2017) berinisiatif untuk menjatuhkan selebaran demi mendorong warga untuk melarikan diri, namun kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan mereka mengkhawatirkan warga yang hendak melarikan diri itu. Situasinya masih berbahaya sebab mereka bisa jadi target ISIS selanjutnya.

Serangan di dalam Kota Tua bertepatan dengan awal bulan suci Ramadan. Target utama serangan adalah masjid yang dibangun sejak abad pertengahan bernama Masjid Al Nuri. Di atas masjid terdapat menara di mana bendera ISIS berkibar sejak pertengahan 2014.

Di Masjid Al Nuri pula Baghdadi dulu mengumumkan eksistensi kekhalifahan yang dipimpinnya di hadapan para pendukung dan pasukannya. Pasukan keamanan Irak berharap bisa merebut kembali masjid itu dalam beberapa hari mendatang.

Warga Kota Tua terdengar sangat putus asa dalam wawancara telepon dalam beberapa hari terakhir. "Kami menunggu kematian setiap saat, karena pengeboman atau kelaparan. Orang dewasa makan sekali sehari, bubur tepung atau lentil." kata seorang warga yang minta identifikasinya tak disebut.

Beberapa warga mengatakan bahwa millet, yang biasanya digunakan untuk makanan burung, dimasak seperti beras karena harga pangan naik sepuluh kali lipat. Orang-orang mengumpulkan tumbuhan mallow liar di lahan-lahan terlantar dan makan daun mulberry serta tumbuhan lain.

Sekitar 700.000 people, sekitar sepertiga dari penduduk kota sebelum perang, sudah lari, mengungsi ke rumah kerabat atau teman atau ke kamp pengungsian. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan keprihatinan mendalam bagi ratusan ribu warga sipil di belakang garis ISIS dalam pernyataan wakil sekretaris jenderal urusan kemanusiaan, Stephen O'Brien.

"Meski PBB tidak ada di wilayah tempat pertempuran terjadi, kami menerima banyak laporan yang sangat mengganggu mengenai keluarga-keluarga yang rumahnya jadi sasaran serangan bom dan anak-anak yang menjadi target penembak jitu," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters dan dilaporkan ulang Antara.

Baca juga artikel terkait PASUKAN IRAK atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Politik
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan