Menuju konten utama

Jejak Kaki Vinsensia, Mengajar dengan Hati di Pelosok Indonesia

Sebagai guru honor di SDK 064 Watubala, Vinsensia mendapat honor sebesar Rp300 ribu per bulan.

Jejak Kaki Vinsensia, Mengajar dengan Hati di Pelosok Indonesia
Guru Vinsensia Ervina bersama para siswa kelas 1 sekolah jarak jauh di di Kampung Wairbukan, Senin (10/03/2025) pagi. tirto.id/Mario Sina.

tirto.id - Seorang guru honor di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Vinsensia Ervina Telluma (33), setiap harinya harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer (km) pergi pulang untuk mengajar anak-anak di sekolah jarak jauh yang terletak di Kampung Wairbukan, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka. Sekolah jarak jauh ini diperuntukkan bagi anak-anak di Kampung Wairbukan, yang harus menempuh perjalanan sejauh 6 km pergi pulang untuk bersekolah di SDK 064 Watubala sebagai sekolah induk.

Sejak 5 Februari 2024, Vinsensia yang mengajar di SDK 064 Watubala, menempuh perjalanan 6 km pergi pulang untuk datang mengajar anak-anak kelas I di sekolah jarak jauh yang berada di Kampung Wairbukan. Pada Senin (10/03/2023) pagi, media menyambangi Kampung Wairbukan, yang merupakan sebuah perkampungan yang berada di dalam kawasan hutan lindung Egon Ilinmedo dan dihuni 52 Kepala Keluarga (200 jiwa).

Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago; Kadis PKO Sikka, Germanus Goleng; Kabag Prokopim Setda Sikka, Petrus Roberto Lori; dan Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDK 064 Watubala, Sophia Supu, turut hadir saat itu menemani Vinsensia. Kami menyambangi sekolah jarak jauh di Kampung Wairbukan untuk melihat dari dekat aktivitas belajar mengajar di sekolah tersebut.

Perjuangan Guru Vinsensia Ervina di NTT

Guru Vinsensia Ervina saat berjalan kaki melewati hutan dan kali menuju ke sekolah jarak jauh Kampung Wairbukan, Senin (10/03/2025) pagi. tirto.id/Mario Sina.

Perjalanan dari ruas jalan Trans Flores di Kampung Wodong, Desa Wairterang harus melewati area persawahan warga, menyusuri aliran kali dan mendaki menuju Kampung Wairbukan. Tak ada sama sekali akses jalan bagi kendaraan, sehingga semua tim yang ada harus berjalan kaki mendaki dengan kemiringan bukit 75 derajat menuju Kampung Wairbukan. Kurang lebih 2 jam perjalanan, tibalah kami di Kampung Wairbukang.

Vinsensia langsung menuju ke sebuah pondok kecil di tengah kampung untuk mengajar. Pada bangunan pondok pelupu bambu berukuran 2,5x5 meter itu tampak terbuka karena telah lapuk dan reyot, telah duduk menunggu sebanyak 8 orang siswa kelas I. Ruangan kelas itu, nyaris tak terlihat sebagai sebuah ruang kelas karena tak ada pintu, tak ada lemari buku, dan dinding pondok yang terbuka. Yang ada hanyalah sebuah meja guru, sebuah papan tulis yang ditempel pada tiang penyangga pondok, serta 8 kursi dan meja siswa. Aktivitas belajar mengajar pun bisa dilihat dari luar, oleh siapa pun yang lewat di tempat itu.

“Selamat pagi Ibu Guru,” sapa anak-anak menyambut Vinsensia. Senyum ceria merekah dari wajah anak-anak melihat ibu guru yang dinanti sedari pagi telah datang. Pada Senin pagi itu, anak-anak bersama Vinsensia belajar matemika dasar. Mereka tampak duduk serius menyimak penjelasan dari guru yang berdiri di depan papan tulis kecil menuliskan tentang mengenal bangun datar segi empat.

Digaji Rp300 Ribu per Bulan

Vinsensia mengatakan dirinya sudah mengajar di sekolah tersebut selama setahun lamanya. Setiap harinya ia harus berjalan kaki sejauh 6 km melewati hutan, bebatuan, sungai untuk mencapai sekolah tersebut.

“Kegiatan belajar mengajar kami di kelas jauh ini dari Senin-Kamis, kami belajar di Kampung Wairbukan ketika hari Jumat dan Sabtu, kami turun kembali belajar di sekolah induk (SDK 064 Watubala). Di sana para siswa bisa belajar sama-sama dengan teman-teman di sekolah induk,” ujar lulusan PGSD Universitas Terbuka Maumere ini.

Sebagai guru honor di SDK 064 Watubala, Vinsensia mendapat honor sebesar Rp300 ribu per bulan. Honor ini diterima setiap 3 bulan sekali. Dengan gaji yang kecil ini, ia mengaku tetap komitmen untuk mengajar dan mencerdaskan anak-anak di Kampung Wairbukan.

“Bagi saya, karena saya sudah kuliahnya ambil jurusan PGSD, mau bagaimana pun saya tetap menjalankan, apalagi ini kan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kami sebagai seorang guru demi mencerdaskan anak-anak bangsa terkhusus anak-anak di Kampung Wairbukan ini,” ujarnya.

Perjuangan Guru Vinsensia Ervina di NTT

Guru Vinsensia Ervina saat mengajar di pondok kelas jarak jauh di Kampung Wairbukan, Senin (10/03/2025) pagi. tirto.id/Mario Sina.

Terhadap Bupati Sikka yang datang berkunjung di sekolah jarak jauh Kampung Wairbukan, Vinsensia menaruh harapan agar bupati memperhatikan nasibnya dan nasib para guru honor yang mendapatkan gaji kecil.

“Bagi teman-teman guru honorer, kami mohon Bupati Sikka bisa memperhatikan nasib kami ke depan,” ujarnya.

Ketua RT 17 A Kampung Wairbukan, Hironimus, menjelaskan bahwa anak-anak dari Kampung Wairbukan, terutama yang duduk di kelas 1 SD, bersekolah di sekolah jarak jauh karena jarak sangat jauh dari Kampung Wairbukan ke SDK 064 Watubala, yang harus ditempuh dengan melewati hutan, sungai, dan bukit terjal. Oleh karena itu, siswa kelas 1 bersekolah di Kampung Wairbukan, di mana seorang guru datang mengajar dari Senin hingga Kamis. Sementara itu, pada hari Jumat dan Sabtu, para orang tua mengantar anak-anak mereka ke sekolah induk, SDK 064 Watubala.

“Hari Senin-Kamis, anak-anak belajar di Kampung Wairbukan dengan Guru Vinsensia kemudian hari Jumat dan Sabtu, kami orang tua mengantar anak ke sekolah dan menunggu sampai anak pulang sekolah barulah bersama-sama pulang ke Wairbukan. Kalau biarkan anak sendiri, kami takut karena usia mereka masih kecil sekali,” ujarnya.

Kunjungan Bupati Sikka

Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago, mengatakan setelah secara langsung melihat sekolah, dirinya terenyuh melihat semangat dari Vinsensia, kepala sekolah dan anak-anak di Kampung Wairbukan. Dengan segala keterbatasan dan kondisi kelas yang terbatas, mereka bisa belajar dengan tekun dan memahami pelajaran yang disampaikan.

“Di usia mereka, di kelas mereka yang terbatas, mereka bisa menulis dan membaca dengan baik. Tentu ini adalah hal yang luar biasa dan perlu diapresiasi. Kami berharap anak-anak di sini, harus terus tumbuh berkembang, belajar dengan baik. Menjadi perhatian bagi kami, bicara tentang keberlangsungan sekolah jarak jauh disini dan bagaimana tunjangan guru honorer,” ungkapnya.

Bupati Juventus juga mengatakan, dirinya sudah berbicara dengan Kadis PKO Sikka, ke depan pihaknya akan memberikan apresiasi kepada para guru honorer apalagi pada wilayah yang terpencil seperti ini. Ia juga telah mengontak Staf Khusus Mendikdasmen untuk membicarakan kondisi dari sekolah jarak jauh di Kampung Wairbukan tersebut.

Perjuangan Guru Vinsensia Ervina di NTT

Pose bersama Guru Vinsensia Ervina, Kepala Sekolah SDK 064 Watubala, Bupati Sikka dan para siswa di sekolah jarak jauh di Kampung Wairbukan, Senin (10/03/2025) pagi. tirto.id/Mario Sina.

Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDK 064 Watubala, Sophia Supu, mengatakan sekolah kelas jarak jauh Wairbukan ini sudah masuk tahun ketiga berdiri. Awalnya ada 2 orang guru untuk kelas 1 dan kelas 2 dan masih menggunakan ruangan Posyandu. Namun karena Posyandu terpakai untuk Posyandu dan PAUD, mereka kemudian memakai pondok sebagai ruang kelas. Pondok yang ada tersebut, sebelumnya dibangun oleh mahasiswa KKN dari IKIP Muhammadiyah Maumere sebagai pondok baca.

Terkait gaji guru honor, Sophia Supu, membenarkan bahwa gaji guru honor di Sekolah Dasar Katolik tersebut rata-rata dari Rp150 ribu sampai Rp300 ribu. Untuk penerimaan honornya bisa diterima per 3 bulan atau 6 bulan saat penerimaan rapor pendidikan siswa.

Dengan adanya kunjungan dari Bupati Sikka dan Kadis PKO Sikka melihat secara langsung kondisi sekolah jarak jauh tersebut, Sophia Supu berharap, anak-anak di Kampung Wairbukan ini bisa mendapatkan pendidikan dengan bangunan yang layak agar para siswa bisa belajar dengan nyaman.

Baca juga artikel terkait GURU HONORER atau tulisan lainnya dari Mario Wihelmus PS

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mario Wihelmus PS
Penulis: Mario Wihelmus PS
Editor: Anggun P Situmorang