tirto.id - Acara Pengabdi Pesta yang menggabungkan antara hallowen costume, musik dan vlog akan digelar pada Sabtu, 26 Oktober 2019 di Fairgrounds, SCBD Jakarta.
Berdasarkan informasi di akun Instagram Jakarta Info, acara ini akan menampilkan beberapa bintang tamu seperti Maliq & D'essentials, RAN, Diskopantera dan The Sacred Riana. Untuk pembelian tiketnya, bisa didapatkan di website www.berlianentertainment.com.
"Siapkan kostum dan konsep video #Halloween terbaik kamu untuk mendapatkan hadiah puluhan juta rupiah," tulis akun @Jktinfo.
Awal Mula Perayaan Halloween
Dalam Tradisi Kristen Abad Pertengahan saat Hallowtide, menjelang All Saint's Day, orang miskin pergi ke rumah orang kaya dan menawarkan untuk berdoa bagi yang baru saja pergi di rumah tersebut. Sebagai tanda penghargaan mereka, orang kaya akan memberi makanan dan bir pada yang miskin.
“Dipercaya bahwa lebih banyak doa berarti jiwa lebih mungkin diselamatkan,” jelas sejarawan Nicholas Rogers, penulis Halloween: From Pagan Ritual to Party Night, seperti dilansir Time.
Namun setelah Reformasi Protestan, gagasan bahwa jiwa dapat diselamatkan dengan cara ini mulai kehilangan popularitasnya. Meski begitu, beberapa orang Katolik masih terus menjalankan tradisi pergi dari pintu ke pintu pada malam All Saint's Day, yang kemudian dikenal sebagai "souling."
Artinya, anak-anak pergi dari pintu ke rumah, meminta semacam kue jiwa untuk ditukar dengan doa jiwa untuk teman dan keluarga. Kue jiwa itu manis, dengan sebuah salib bertali di atas. Saat dimakan, mereka mewakili jiwa yang dibebaskan dari api penyucian.
Kebiasaan pergi dari rumah ke rumah dengan memakai kostum dan meminta makanan dengan imbalan puisi atau nyanyian ini dilakukan orang Irlandia, Skotlandia, dan Wales. Mereka memakai kostum hantu dimaksudkan untuk melindungi diri mereka dari roh dengan meniru identitas orang yang sudah mati.
Pada 1840-an, gelombang imigran Irlandia dan Skotlandia membawa kebiasaan tersebut ke Amerika. Tradisi yang dibawa para imigran itu pun mulai berasimilasi dan kehilangan fondasi religiusnya. Kostum menjadi lebih bertualang. Di zaman Victoria, kostum Halloween dipengaruhi oleh tema gothic dalam sastra, berpakaian seperti kelelawar dan hantu, atau yang tampak eksotis, seperti pharoah Mesir.
Amerika Utara memiliki istilah baru untuk tradisi lama itu: trick-or-treat. Sejak suburbanisasi tumbuh di tahun 1950-an, trick-or-treat berkembang menjadi praktik ramah anak yang sebagian besar dilihat hari ini. Dengan kostum yang unik, setan ataupun malaikat, mereka mengetuk pintu-pintu rumah untuk memberikan nyanyian dengan imbalan makanan manis, permen, atau coklat.
Editor: Agung DH