tirto.id - Hari ini, Selasa (31/10/2017), Google Doodle ikut merayakan Halloween dengan menceritakan kisah hantu Jinx dalam sebuah video animasi berdurasi 2 menit 36 detik. Dalam film pendek yang diberi judul Jinx's Night Out, penonton disuguhkan tradisi Halloween dimana anak-anak memakai kostum unik dan berkunjung dari satu rumah ke rumah lain. Lantas dari mana munculnya tradisi itu?
Halloween bergaya Amerika yang dikenal saat ini merupakan perayaan yang berpusat pada permen dan kostum hantu. Namun faktanya, perayaan yang kelihatannya tampak remeh ini punya makna religius dalam kemunculannya.
Dalam Tradisi Kristen Abad Pertengahan saat Hallowtide, menjelang All Saint's Day, orang miskin pergi ke rumah orang kaya dan menawarkan untuk berdoa bagi yang baru saja pergi di rumah tersebut. Sebagai tanda penghargaan mereka, orang kaya akan memberi makanan dan bir pada yang miskin.
“Dipercaya bahwa lebih banyak doa berarti jiwa lebih mungkin diselamatkan,” jelas sejarawan Nicholas Rogers, penulis Halloween: From Pagan Ritual to Party Night, seperti dilansir Time.
Namun setelah Reformasi Protestan, gagasan bahwa jiwa dapat diselamatkan dengan cara ini mulai kehilangan popularitasnya. Meski begitu, beberapa orang Katolik masih terus menjalankan tradisi pergi dari pintu ke pintu pada malam All Saint's Day, yang kemudian dikenal sebagai "souling."
Artinya, anak-anak pergi dari pintu ke rumah, meminta semacam kue jiwa untuk ditukar dengan doa jiwa untuk teman dan keluarga. Kue jiwa itu manis, dengan sebuah salib bertali di atas. Saat dimakan, mereka mewakili jiwa yang dibebaskan dari api penyucian.
Kebiasaan pergi dari rumah ke rumah dengan memakai kostum dan meminta makanan dengan imbalan puisi atau nyanyian ini dilakukan orang Irlandia, Skotlandia, dan Wales. Mereka memakai kostum hantu dimaksudkan untuk melindungi diri mereka dari roh dengan meniru identitas orang yang sudah mati.
Pada 1840-an, gelombang imigran Irlandia dan Skotlandia membawa kebiasaan tersebut ke Amerika. Tradisi yang dibawa para imigran itu pun mulai berasimilasi dan kehilangan fondasi religiusnya.
Kostum menjadi lebih bertualang. Di zaman Victoria, kostum Halloween dipengaruhi oleh tema gothic dalam sastra, berpakaian seperti kelelawar dan hantu, atau yang tampak eksotis, seperti pharoah Mesir.
Amerika Utara memiliki istilah baru untuk tradisi lama itu: trick-or-treat. Sejak suburbanisasi tumbuh di tahun 1950-an, trick-or-treat berkembang menjadi praktik ramah anak yang sebagian besar dilihat hari ini. Dengan kostum yang unik, setan ataupun malaikat, mereka mengetuk pintu-pintu rumah untuk memberikan nyanyian dengan imbalan makanan manis, permen, atau coklat.
Sudah siap dengan kostum horor Anda dan mengetuk pintu rumah teman meminta sedikit camilan manis?
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari