tirto.id - Fajar, 30 tahun, sudah tiga tahun bekerja sebagai driver Go-Jek. Sehari-hari ia mengantarkan penumpang dengan bantuan aplikasi Go-Ride, juga melayani pesanan makanan konsumen dengan Go-Food. Fajar hanya contoh driver ojek online bisa berfungsi sebagai pengantar penumpang juga makanan.
Menurut Fajar, bekerja sebagai pengantar makanan lebih menguntungkan daripada mengantar penumpang. Kenapa? karena sistem perhitungan poin yang berbeda pada kedua aplikasi tersebut.
Merujuk laman resmi Go-Jek, nilai 12 poin yang didapat driver online setara dengan tambahan penghasilan Rp10 ribu. Semakin banyak poin, maka semakin banyak penghasilan yang bisa diraih. Aturan main Go-Jek ini memungkinkan para driver memperoleh total tambahan penghasilan via poin hingga Rp200 ribu per hari.
“Kalau Go-Food pada jam sibuk dapat tiga poin. Kalau mengantar orang Go-Ride satu poin. Padahal harganya sama aja antara Go-Food dan Go-Ride. Go-Food menguntungkan untuk mengejar bonus,” kata Fajar kepada Tirto.
Setali tiga uang dengan Fajar, Christyan Oscar, 35 tahun, driver Go-Jek yang sudah bekerja selama dua tahun ini mengaku bonus dari mengantar makanan bisa lebih untung. “Sebenarnya sama-sama untung, tapi bila mau main bonus cepat, main Go-Food. Bisa dapat 3 atau 4 poin,” katanya kepada Tirto.
Pada aturan main Go-Jek, layanan Go-Food memang lebih menguntungkan bagi driver. Pada Go-Ride, driver mendapatkan poin dasar satu poin dan dapat tambahan satu poin bila menarik penumpang di jam sibuk—antara pukul 16.00 hingga 20.00 pada Senin hingga Jumat.
Untuk area-area tertentu, seperti wilayah Gambir Jakarta Pusat misalnya, ada tambahan dua poin. Namun, driver yang mengambil order Go-Ride maksimal hanya dapat memperoleh tiga poin saja dalam sekali order.
Untuk Go-Food, poin dasar yang bisa diterima driver untuk sekali order adalah dua poin. Pihak Go-Jek akan memberi tambahan satu poin bila makanan yang dipesan pelanggan harganya minimal Rp200 ribu. Selain itu, akan ada tambahan satu poin, apabila driver menerima pesanan pada jam-jam sibuk antara pukul 11.00 hingga 14.00. Driver juga bisa dapat
tambahan dua poin bila menerima pesanan pada pukul 16.00 hingga 20.00 periode Senin hingga Jumat.
Driver juga bisa menerima tambahan poin antara 1,5 poin hingga 2,5 poin bila menerima pesanan di area tertentu. Artinya dalam sekali pesanan, driver bisa mendapatkan empat poin. Jumlah poin ini tinggi dari sistem poin yang diterima driver pada layanan Go-Ride. Peluang driver lebih besar memperoleh poin penuh setara Rp200 per hari bila memilih layanan Go-Food.
Berdasarkan pengakuan Christyan, bila dalam sehari hanya mengambil pesanan Go-Food, ia bisa mengantongi penghasilan kotor Rp300 ribu. Namun, bila digabung dengan jasa layanan order Go-Ride, uang Rp500 ribu bisa dibawa pulang.
Pengalaman empuknya mendapatkan bonus dari layanan antar makanan juga dirasakan oleh Poniman. Ia mengaku memperoleh penghasilan Rp400 ribu dalam sehari. Pesanan Go-Food, banyak membantu penghasilannya sehari-hari.
Namun, jadi pengantar makanan berbasis aplikasi bukan pekerjaan yang mudah. Fajar, Christyan, dan Poniman mengatakan menerima layanan Go-Food punya risiko yang tinggi dari potensi order atau pesanan fiktif.
Biasanya untuk menghindari jadi korban order fiktif, para driver punya beberapa jurus. Fajar misalnya, hanya mau menerima order di bawah Rp100 ribu. Namun, bila atas angka itu, Fajar memutuskan menolaknya. Pada sistem aplikasi ride sharing, driver memungkinkan bisa menerima dan menolak terhadap permintaan pesan antar makanan.
“Kalau dekat, di bawah Rp100 ribu baru diambil. Di atas seratus enggak berani. Banyak order fiktif, kecuali kalau gopay, percaya. Kalau cash enggak,” kilah Fajar.
Christyan dan Poniman justru punya cara lain. Konfirmasi via telepon dan cek alamat pengiriman bisa jadi cara untuk mendeteksi order fiktif. Prinsipnya sederhan, bila pemesan makanan tak menjawab panggilan telepon, keduanya tak akan meneruskan pesanan.
Bagaimana dengan aplikasi ride sharing lainnya?
Pada layanan Go-Food di Indonesia, para driver dimanjakan dengan perolehan poin yang lebih besar. Namun, berbeda dengan UberEats, layanan pengantaran makanan dari Uber. Dalam konteks aturan main yang berlaku secara global, pada laman Ridesharing Driver, mengatur pembayaran pada driver merupakan hasil rumusan “Biaya Ambil Pesanan + Biaya Perjalanan + Biaya drop off - Potongan Pihak Uber.”
Rata-rata driver UberEats dapat memperoleh pendapatan antara $8 hingga $12 setiap jam. Dalam laporan yang dibuat Glass Door—situsweb pencarian kerja—pengantar makanan Uber dapat memperoleh pendapatan rata-rata $11,35 per jam. Bila dalam sehari seorang pengantar bekerja 8 jam, ia bisa memperoleh pendapatan hingga $90,8.
Selain Go-Food dan UberEats, manisnya untung menjadi pengantar makanan berbasis aplikasi pun ditawarkan What To Eat, aplikasi serupa yang berasal dari Singapura. Mengutip pemberitaan Straits Times, Gerry Tan, pengantar makanan berusia 25 tahun pada aplikasi What To Eat, mengaku memperoleh pendapatan hingga $3.600 per bulan. Rata-rata, pengantar makanan What To Eat bekerja melayani 20 pesanan tiap harinya, selama 5 hari kerja setiap minggu.
Edgar Soon, 43 tahun, pengantar makanan dari aplikasi Foodpanda di Singapura, pada Today Online, mengaku memperoleh pendapatan antara $3 ribu hingga $4 ribu per bulan. Ia mengaku mendapatkan penghasilan dari pengantar makanan lebih besar dibandingkan bekerja sebagai teknisi di laboratorium.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra