tirto.id - Otoritas Taliban membuat aturan baru untuk perempuan di Afghanistan. Isinya melarang perempuan melakukan perjalanan jauh dengan transportasi darat tanpa ditemani kerabat dekat laki-laki.
Al Jazeera melaporkan, aturan yang dikeluarkan Kementerian Pencegahan Kejahatan itu juga meminta pemilik kendaraan untuk menolak tumpangan kepada wanita yang tidak memakai jilbab. Aturan itu langsung mendapat kecaman dari para aktivis hak asasi manusia.
“Wanita yang bepergian lebih dari 72 km (45 mil) tidak boleh ditawari tumpangan jika mereka tidak ditemani oleh anggota keluarga dekat,” kata juru bicara kementerian Sadeq Akif Muhajir sambil mengatakan bahwa pendamping itu harus laki-laki.
Tak cukup sampai di sana, kebijakan baru dari kementerian itu juga meminta orang-orang berhenti memutar musik di kendaraan mereka. Beberapa pekan lalu Taliban juga membuat aturan yang mengekang kebebasan perempuan.
Kementerian meminta saluran televisi berhenti menayangkan drama yang menampilkan aktor wanita. Jurnalis TV perempuan juga diminta memakai jilbab saat presentasi.
Sadeq Aktif Muhajir juga mengatakan, nantinya jilbab sangat diperlukan untuk wanita ketika ingin mencari transportasi.
Sementara itu, DW melaporkan, Otoritas Taliban juga memberikan panduan baru kepada pengemudi taksi supaya tidak mengambil penumpang wanita yang tidak mengikuti aturan berpakaian Islami dengan menggunakan jilbab.
Kementerian Pencegahan Kejahatan juga mendesak para pengemudi laki-laki untuk menumbuhkan janggut panjang dan beristirahat untuk berdoa. Aturan itu juga meminta untuk tidak memutar musik di kendaraan mereka, terlebih yang dianggap Taliban tidak Islami.
Kritik Atas Kebijakan Taliban
Aturan baru Taliban itu mendapat kritik dari Human Right Watch. “Orde baru ini pada dasarnya bergerak … lebih jauh ke arah membuat tahanan perempuan,” Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan kelompok itu, mengatakan kepada kantor berita AFP.
Menurut Barr, aturan itu “menutup peluang bagi mereka untuk dapat bergerak dengan bebas, bepergian ke kota lain, melakukan bisnis, (atau) dapat melarikan diri jika mereka menghadapi kekerasan di rumah."
Di sisi lain, Haroun Rahimi, seorang dosen di sebuah universitas Afghanistan, juga turut mengkritik perintah dari Taliban itu. Menurut dia, pengemudi taksi sekarang dipanggil untuk mengawasi tubuh wanita dan mobilitas mereka.
Dia menegaskan, keputusan tersebut menciptakan peluang untuk melecehkan perempuan dan akan membuat ruang publik kurang aman bagi mereka.
Editor: Iswara N Raditya