tirto.id - Saat Ramadan dan menjelang Lebaran, konsumsi masyarakat di Indonesia cenderung meningkat. Ia sejalan dengan meningkatnya penghasilan karena adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang nilainya setara satu kali atau dua kali gaji.
Selama tiga puluh hari di bulan Ramadan, pedagang-pedagang kue dan takjil dadakan ramai memenuhi beberapa ruas jalan di hampir setiap kota di Indonesia. Ini artinya, konsumsi tepung terigu, gula, mentega, telur, dan bahan makanan lainnya tentu meningkat.
Sepanjang Ramadan, masyarakat Indonesia juga gemar mengadakan buka puasa bersama. Mereka mengundang teman, tetangga, keluarga, rekan bisnis, klien, atau terkadang anak-anak di panti asuhan. Acara-acara buka puasa bersama ini membutuhkan konsumsi yang tidak sedikit.
Menjelang lebaran, setiap rumah yang merayakan Idul Fitri menyediakan kue kering. Penjualan terigu, mentega, dan bahan-bahan kue lainnya tentu terdongkrak.
Saat lebaran, komunikasi lewat telepon, video call, sms, chat, juga biasanya meningkat. Mereka yang tidak bisa bertemu di hari lebaran akan menyapa dan meminta maaf lewat jalur komunikasi itu. Penggunaan pulsa dan paket data tentu akan lebih besar.
Seluruh perusahaan yang terkait dengan kebiasaan konsumsi saat Ramadan ini akan meningkat pendapatannya. Perusahaan-perusahaan di sektor makanan dan minuman halal, di sektor perdagangan ritel, komunikasi, hingga transportasi akan menghadapi lonjakan permintaan. Bagi mereka yang melantai di bursa saham, lonjakan permintaan dan penjualan ini biasanya diikuti dengan naiknya harga saham. Itu sebabnya, berinvestasi saham pada emiten-emiten tersebut bisa meningkatkan keuntungan selama Ramadan.
“Biasanya sih yang sudah pasti naik itu sektor consumer dan ritel, hal ini karena konsumsi masyarakat meningkat,” ujar David Setyanto, analis First Asia Capital kepada Tirto, Senin (29/5).
Konsumsi yang meningkat itu bukanlah klaim belaka. Tahun lalu, menjelang Ramadan, Tirto menggelar survei. Sebanyak 353 responden berusia 16 sampai 30 tahun dipilih menjadi responden. Dari jumlah itu, 44,5 persen laki-laki dan sisanya, perempuan.
Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa sekitar 56,4 persen, mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp1 juta hingga Rp3 juta selama Ramadan. Tambahan pengeluaran itu biasanya untuk keperluan buka puasa bersama, membeli pakaian, dan sedekah.
Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin besar pengeluaran yang ia habiskan untuk konsumsi selama bulan ramadan. Misalnya bagi mereka yang memiliki pendapatan di atas Rp7,5 juta, mengalokasikan 31 sampai 35 persen dari gaji mereka untuk pengeluaran khusus selama Ramadan. Konsumsi yang tinggi ini tidak lantas terhenti ketika Ramadan berakhir. Selama periode Lebaran (idul fitri), 55 persen responden menyatakan akan mengeluarkan uang hingga mencapai Rp2 juta.
Para investor dan trader saham bisa mengambil peluang dari meningkatnya konsumsi ini. David merekomendasikan untuk membeli saham dua emiten, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk.
Pada periode Ramadan tahun lalu, saham Indofood mencatatkan kenaikan cukup signifikan. Tiga hari sebelum Ramadan, tepatnya 3 Juni 2016, harga saham emiten berkode ICBP itu ditutup seharga 8.037,5. Menjelang Lebaran, 1 Juli 2016, sahamnya naik menyentuh 8.475. Dalam satu bulan itu saja, untung yang bisa didapat investor sekitar 5,4 persen. Jadi misalkan ia menginvestasikan 10 juta sebelum puasa, menjelang lebaran, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp544 ribu. Bagi para investor yang berinvestasi Rp100 juta. Sebulan itu, ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp5 juta.
Kenaikan harga saham Unilever pada tahun lalu tidak sebesar Indofood. Dalam periode yang sama, saham emiten berkode UNVR itu hanya tumbuh 1,5 persen.
Selain emiten-emiten yang direkomendasikan David, tim riset Tirto juga menghimpun beberapa emiten yang pada Ramadan tahun lalu mencatatkan kenaikan signifikan. PT Siantar Top Tbk, misalnya, sejak 3 Juni 2016 sampai 1 Juli 2016 mencatatkan kenaikan 42 persen dari Rp3.090 menjadi Rp4.390. Jadi jika investor menginvestasikan dananya Rp10 juta saja pada tanggal 3 Juni 2016, ia akan mendapat imbal hasil Rp4,2 juta pada 1 Juli.
Emiten-emiten yang bergerak di bidang peritel pakaian juga patut diperhitungkan untuk dibeli sahamnya selama Ramadan. Tahun lalu, dua peritel pakaian besar di Indonesia, PT Matahari Putra Prima Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, membukukan kenaikan signifikan. Saham Matahari tumbuh 17,5 persen selama Ramadan tahun lalu, sedangkan Ramayana tumbuh 26,2 persen.
Dua emiten telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga patut dipertimbangkan untuk dibeli. Ramadan tahun lalu, saham XL dan Telkomsel tumbuh sekitar 4 persen.
Kenaikan harga saham sepanjang Ramadhan ini, sayang sekali jika dilewatkan sebab ia dipastikan terjadi setiap tahun. Apabila dimanfaatkan dengan jeli oleh para Investor dan trader, ia akan memberikan tambahan pemasukan bagi mereka untuk merayakan hari raya.
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti