tirto.id - Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada 2022. Walaupun saat ini dunia masih dihantui risiko akibat stagflasi global.
“Kami masih optimistis pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada 2022 dan diharapkan pada 2023 bisa ditingkatkan di 5,3-5,9 persen,” kata Airlangga dalam acara Mid-Year Economic Outlook 2022 dikutip dari Antara, Selasa (2/8/2022).
Dia menuturkan pemerintah akan terus menjaga ekonomi untuk tumbuh di atas 5 persen hingga kuartal III 2022 di tengah gejolak dan ketidakpastian global. Dia yakin apabila ekonomi mampu tumbuh di atas 5 persen hingga kuartal III, maka target pertumbuhan keseluruhan untuk tahun ini yang sebesar 5-5,2 persen akan tercapai.
“Kuartal II diperkirakan sedikit lebih dari 5 persen. Jika itu bisa kami jaga hingga kuartal III maka angka 5-5,2 persen akhir tahun bisa capai,” bebernya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan optimisme ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang masih didorong sisi permintaan yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor tumbuh positif. Demikian pula dari sisi suplai juga hampir semua sektor tumbuh positif dalam merespons peningkatan permintaan.
Airlangga merinci pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menurut pengeluaran pada kuartal I 2022 meliputi konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34 persen serta konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 5,98 persen. Kemudian untuk konsumsi pemerintah terkontraksi 7,74 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,09 persen, ekspor barang dan jasa 16,22 persen, serta impor barang dan jasa 15,03 persen.
“Konsumsi pemerintah kuartal I relatif negatif tapi bisa dikompensasi di kuartal III dan kuartal IV,” ujarnya.
Selain itu, pertumbuhan PDB berdasarkan lapangan usaha juga akan mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi di tanah air tahun ini, mengingat realisasi kuartal I 2022 positif. Sementara itu, untuk transportasi dan pergudangan tumbuh 15,79 persen, jasa lainnya 8,24 persen, informasi dan komunikasi 7,14 persen, pengadaan listrik dan gas 7,04 persen serta penyediaan akomodasi dan makan minum 6,56 persen.
Kemudian jasa perusahaan 0,89 persen, industri pengolahan 5,07 persen, konstruksi 4,83 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 4,38 persen. Pertambahan dan penggalian 3,82 persen, real estat 3,78 persen serta jasa keuangan dan asuransi minus 2,59 persen.
Untuk pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan saur ulang tumbuh 1,29 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 1,16 persen serta jasa pendidikan turun 1,7 persen. Sedangkan untuk administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tumbuh 0,7 persen serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 5,71 persen.
Airlangga juga menuturkan realisasi leading indikator Indonesia pun menunjukkan prospek yang baik. Seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level 128,2, penjualan ritel 15,42 persen, inflasi inti 2,86 persen serta indeks harga konsumen (IHK) 4,94 persen.
Selanjutnya PMI Manufaktur 51,3, utilisasi industri pengolahan di level 69,2, impor barang modal 20,9 persen, impor bahan mentah 24,6 persen, investasi 5,59 persen dan modal kerja 7,68 persen.
Sementara dari sisi ketahanan sektor eksternal Indonesia juga masih solid seperti neraca perdagangan yang mencapai 24,98 miliar dolar AS sepanjang kuartal I 2022 dan transaksi berjalan 0,07 persen dari PDB.
Terakhir, cadangan devisa mencapai 136,4 miliar dolar AS yang cukup untuk 6 bulan impor serta rasio utang luar negeri sebesar 32,3 persen terhadap PDB pada Mei 2022.
Editor: Intan Umbari Prihatin