Menuju konten utama

Ingatan Gajah Gelar Holiday Camp, Asah Kemampuan Berpikir Kritis

Ingatan Gajah menggelar Holiday Camp bertajuk Critical and Design Thinking for Teens, untuk mengasah kemampuan remaja berpikir kritis.

Ingatan Gajah Gelar Holiday Camp, Asah Kemampuan Berpikir Kritis
Foto bersama Peserta dengan Prof Rhenald Kasali, Guru Besar FEUI saat Acara Critical and Design Thinking for Teens 2023. (FOTO/Dok. criticalthinkingcamp)

tirto.id - Teknologi berkembang sangat pesat, ditandai dengan hadirnya berbagai aplikasi yang dilengkapi beragam fitur canggih untuk membantu manusia menjawab permasalahan yang ada.

Remaja, generasi Z di era digital ini dikenal dengan karakter yang punya rasa ingin tahu yang tinggi, senang mencoba hal baru, dan mudah beradaptasi dengan kecanggihan teknologi. Namun, dibutuhkan keterampilan atau soft skill berpikir kritis untuk bijak mengoptimalkan teknologi yang ada, seperti mampu memilih sumber informasi yang tepat dalam mencari berbagai fakta.

Piaget dalam penelitiannya mengungkapkan, secara kognitif remaja sudah berada di antara 2 tahap yaitu concrete operation dan formal operational thought, yakni punya kapasitas kognitif untuk berpikir kritis dan berpikir abstrak untuk menyelesaikan permasalahan.

Secara psikososial, Erik Erikson pakar psikologi perkembangan menilai bahwa remaja butuh mengeksplorasi berbagai hal untuk menggali bidang keahlian, minat, soft skill, dan hard skill-nya.

Sadar akan pentingnya kemampuan berpikir kritis sebagai salah satu soft skill penting di era digital, School of Critical Thinking Skills (SOCRATS), salah satu unit edukasi dari IngatanGajah menyelenggarakan Holiday Camp bertajuk ‘Critical and Design Thinking for Teens’.

Para peserta pun datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, seperti Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Depok, Kab. Bogor, Purwakarta, Sukabumi, Malang, Salatiga, Jepara, dan Balikpapan.

Bahkan ada pula peserta dari negara Malaysia. Para peserta berada pada kisaran usia 11-18 tahun itu menginap selama 4 hari 3 malam, yang dimulai dari tanggal 5 hingga 8 Juli 2023.

Camp ini juga mengajarkan mereka tentang cara melakukan riset, penyelesaian masalah , membuat decision making, dan proses berpikir untuk mencari solosi berbagai permasalahan yang saat ini dihadapi banyak generasi muda. Peserta diajak untuk mendalami sebuah permasalahan dengan pertanyaan “why”.

Hal tersebut perlu diperkenalkan agar mereka memiliki alasan yang kuat ketika ingin menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga anak tidak akan cepat menyerah jika ditengah-tengah proses penelitiannya menemui banyak kendala dan rintangan.

Holiday Camp ini secara spesifik mengangkat 3 topik penting, yaitu water pollution, stunting, dan food waste. Hadir dalam acara tersebut Aang Hudaya, seorang master trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) dan inisiator bank sampah SPIRIT, membahas tentang pengolahan food waste menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Kemudian, Dr. Cashtry Meher, seorang dokter, yang juga merupakan Ketua Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia, membahas tentang kesehatan, khususnya penjelasan ilmiah dan solusi permasalahan Kesehatan terkait stunting.

Hadir pula Heru Kurnadi selaku direktur dari media Tirto.id yang memaparkan materi tentang pentingnya critical dan design thinking dalam melakukan sebuah research atau penelitian untuk memproses dan memvalidasi informasi.

Selain itu, pada hari terakhir acara, Bey Sapta, selaku Ketua Dewan Pembina IMSC (Indonesia Memory Sports Council) dan Founder dari Program SOCRATS hadir sebagai evaluator prototype dan presentasi akhir para peserta camp.

Yudi Lesmana selaku founder dari IngatanGajah juga turut membekali para peserta camp dengan materi utama cara berpikir kritis dalam melakukan riset dan membuat pilihan-pilihan penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Pada sesi tersebut, Yudi memberikan contoh dan mengajak para peserta camp untuk menganalisis topik permasalahan dengan memanfaatkan teknologi AI (Artificial Intellegence) secara optimal, sebagai salah satu cara melakukan riset secara digital.

Dengan cara ini, peserta tak hanya tahu tentang adanya teknologi AI, namun juga memahami cara bertanya atau memberikan perintah (prompt) yang tepat guna mendapatkan insight dari permasalahan yang ingin diselesaikan dengan cara yang jauh lebih cepat.

Para peserta secara berkelompok mencoba membuat prompt berdasarkan informasi yang ingin mereka gali lebih dalam, misalnya membuat prompt seputar masalah stunting dan mencari solusinya, kemudian menggali informasi dan meneliti penyebab dari food waste dan cara efektif untuk menanggulanginya.

Namun, setelah mendapatkan jawaban dari bantuan teknologi tersebut, para peserta camp wajib mengolah informasi tersebut dengan kritis dalam bentuk diskusi bersama anggota kelompoknya dan membandingkan informasi tersebut terhadap sumber informasi yang terpercaya.

Para peserta tidak boleh langsung informasi yang mereka dapat secara mentah-mentah, tetapi mampu menganalisisnya lebih lanjut secara kritis.

Selain memahami materi, seluruh peserta juga menambah pertemanan dengan berkenalan dengan teman-teman baru secara tatap muka.

Peserta datang dari latar belakang tempat, kepribadian, cara pandang, dan cara berpikir yang berbeda. Namun mereka berkolaborasi untuk berdiskusi tentang bagaimana membuat solusi dari topik-topik yang diberikan oleh IngatanGajah.

Kerja sama ini menjadi bekal bagi peserta camp untuk merancang prototype dengan dasar berpikir kritis yang ilmiah dan praktis yang akan dipresentasikan pada akhir kegiatan.

Di hari kedua, keakraban antar peserta semakin terbentuk, terutama saat bermain polo air bersama anggota kelompoknya masing-masing. Keceriaan dan senda gurau tampak menghiasi kegiatan kebersamaan tersebut.

Pada siang hari, para peserta camp mendapat pembekalan tentang food waste dan eco enzyme yang dibawakan oleh Aang Hudaya.

Dalam pemaparannya tersebut, Aang menyampaikan tentang penelitiannya mengenai cara mengolah dan mengelola sampah organik dan anorganik, mencontohkan cara hidup sehari-hari yang ramah lingkungan, ditutup dengan praktik membuat eco enzyme dari kulit buah dan pestisida alami dari kulit bawang bersama peserta camp.

Kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas para peserta yang pergi berkunjung ke area pengolahan sampah dan menyaksikan proses pengolahan sisa makanan, sampah organik dan anorganik yang disampaikan oleh Tim Rumah Perubahan.

Para peserta tampak antusias dalam kelompoknya masing-masing untuk mempelajari proses yang diajarkan di sesi ini.

Hari ketiga camp, semangat para peserta semakin terpancar saat mengikuti senam pagi dengan berbagai tantangan unik. Tak hanya baik untuk kesehatan dan kebugaran, tetapi mereka juga belajar tentang pentingnya kekompakan di dalam tim saat beraktvitias. Usai berolahraga, peserta camp diajak untuk berkeliling ke mini zoo dan menjelajah hutan bambu.

Mereka berkesempatan melihat beragam jenis fauna, mulai dari kuda, domba, berang-berang, berbagai jenis unggas dan reptil, serta ditutup dengan memberi makan belasan ekor rusa yang jarang ditemui di area perkotaan.

Setelah berkeliling di area mini zoo, para peserta mendapat kesempatan untuk berdiskusi dan mengobrol santai Perubahan bersama Prof. Rhenald Kasali seorang Guru Besar FEUI.

Para peserta camp melontarkan beberapa pertanyaan yang merangsang kemampuan berpikir mereka dan tampak antusias mengikuti camp yang diisi dengan aktivitas yang seru dan menyenangkan

Usai berdiskusi dengan Prof Rhenald Kasali, peserta berkenalan dengan Dokter Cashtry Meher untuk mendapatkan informasi baru tentang kesehatan, khususnya seputar stunting.

Dokter Cashtry berkontribusi untuk penanganan stunting di salah satu kota Indonesia yang memiliki angka stunting tertinggi yaitu Nias di provinsi Sumatera Utara.

Dalam penjelasannya, beliau menyampaikan stunting itu bukan penyakit, tapi berbicara tentang stuck atau terhambatnya perkembangan, sehingga otomatis orang yang didiagnosis stunting pasti terhambat perkembangan fisik, kognitif, dan psikologisnya.

Dokter Cashtry juga memberikan simulasi cara seorang dokter secara saintifik meneliti tanda atau ciri-ciri seseorang didiagnosis stunting atau tidak.

Tak ketinggalan, beliau mengajak beberapa peserta untuk ikut serta mempraktikan bagaimana cara mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala sebagai salah satu cara mendeteksi stunting pada anak dengan alat Antropometri.

Di akhir pemaparanya, beliau membahas solusi yang bisa dilakukan generasi muda untuk membantu mencegah terjadinya stunting.

Suasana semakin bersemangat saat malam hari, Heru Kurnadi, Direktur dari Media Tirto.id memberikan materi penting mengenai the art of research yang dikombinasikan dengan tantangan-tangan seru.

Beliau mengaitkan design thinking dan critical thinking dalam proses penelitian. Bagaimana menerapkan critical thinking untuk memvalidasi informasi yang ditemukan selama proses penelitian.

Kemudian bagaimana caranya mengolah informasi tersebut untuk menghasilkan ide-ide mengunakan prinsip design thinking.

Peserta semakin menyadari betapa pentingnya seorang peneliti melakukan riset dengan sumber informasi yang tepat dan terpercaya agar terhindar dari hoaks. Kegiatan ditutup dengan diskusi di dalam kelompok yang berfokus pada masing-masing topik dan prototype yang akan diciptakan.

Di puncak acara hari keempat, kegiatan peserta dimulai dengan senam pagi dan berkuda. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk menunggangi kuda mengitari area pacu dan berfoto Bersama untuk mengasah keberanian dan rasa percaya diri.

Setelah itu, mereka kembali disibukkan dengan penyelesaian prototype yang akan dipresentasikan pada siang harinya di depan para orang tua mereka yang hadir sekaligus menjemput anak-anaknya.

Peserta pada camp ini dibagi atas 4 kelompok yang nama-namanya diambil dari elemen alam yaitu, api, air, udara, dan bumi. Seluruh peserta membawakan sesi Presentasi Final dengan sangat baik dan berbobot.

Di akhir sesi, panelis memberikan penilaian terhadap hasil project prototype peserta dimana pada sesi presentasi ini, Tim Api yang berhasil menjadi yang terbaik dengan membuat sebuah alat penghasil pupuk kompos yang diberi nama BUTTER (Bucket Composter).

Ketiga Tim lainnya juga memberikan presentasi yang luar biasa, seperti Tim Udara dengan prototype-nya berupa lilin aroma terapi dari minyak bekas pakai yang diambil dari restoran dan pedagang sekitar lokasi kegiatan, serta membuat ecobricks untuk mengurangi sampah plastik. Kelompok Bumi membuat alat penghasil kompos kering bernama KOMPOR (kompos portable).

Kemudian Tim Air, satu-satunya tim yang mengangkat tema stunting dan membuat prototype berupa konsep edukasi dan kampanye stunting, serta menu masakan murah bergizi tinggi.

Kelompok ini juga membagikan salah satu hasil masakannya kepada peserta berupa tahu sawi gulung yang biayanya sangat terjangkau .

Kegiatan Holiday Camp: Critical & Design Thinking for Teens merupakan rangkaian acara menuju 3rd Critical Thinking Championship 2023 yang kompetisinya akan dilaksanakan mulai dari Juli hingga Agustus 2023 sekaligus menyambut hari Kemerdekaan RI.

Peserta juga akan mendapatkan pelatihan pra kompetisi berupa Workshop dari para expert sebelum Babak Final dilaksanakan pada 13 Agustus 2023. Informasi lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat diakses melalui www.criticalthinkingcamp.com.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: pers rilis
Penulis: Yandri Daniel Damaledo