tirto.id - Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon mewaspadai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berpotensi memberikan dampak kepada industri asuransi jiwa. Dampaknya nyata jika memicu peningkatan inflasi yang tinggi.
"Karena kalau harga-harga jadi mahal atau meningkat jauh, otomatis uang yang bisa dibelanjakan untuk keperluan lain berkurang, itu betul," kata Budi dikutip Antara, Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Budi belum bisa membeberkan seberapa besar kenaikan harga BBM akan memicu peningkatan inflasi, lantaran masih harus menunggu beberapa bulan ke depan untuk melihat efeknya lebih jelas.
Menurut Budi, kenaikan harga BBM sudah pernah terjadi beberapa kali dalam tahun-tahun terakhir di Indonesia. Pada kondisi itu, industri asuransi jiwanya masih bisa terus bertahan.
Bahkan kini asuransi kesehatan, syariah, dan kumpulan, tercatat cenderung meningkat, yang menunjukkan terdapat kebutuhan yang sangat spesifik dari masyarakat atau sebagian perusahaan yang harus mampu dijawab oleh industri asuransi jiwa.
Meski terdapat kenaikan, dia menilai peningkatan harga BBM saat ini tidak berlebihan, bahkan ada beberapa jenis BBM tertentu yang harganya justru menurun.
"Jadi kami masih melihat kalaupun terjadi kenaikan inflasi, tidak akan setinggi seperti di beberapa negara lain," kata Budi.
Budi tetap optimistis dengan pertumbuhan asuransi jiwa ke depannya. Bahkan, terdapat kemungkinan pendapatan premi asuransi jiwa semester II-2022 akan lebih baik dari semester I-2022 sebesar Rp95,7 triliun.