tirto.id - PT Vivo Energy Indonesia resmi menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis Revvo 89 menjadi Rp10.900 per liter dari sebelumnya Rp8.900. Harga BBM VIVO sempat menjadi incaran masyarakat ketika pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM Pertalite menjadi Rp 10.000 per liternya.
Sebelum terjadi kenaikan, beberapa SPBU Vivo dekat Kranji dan Pancoran mendadak stoknya habis dan tidak lagi menayangkan harga BBM revo 89. Mereka hanya menunjukkan paling rendah Revo 92. Hal itu setelah Kementerian ESDM meminta kepada manajemen Vivo untuk menyesuaikan harga mereka dengan harga pemerintah.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai yang dilakukan VIVO saat ini untuk strategi marketing dan meningkatkan portofolio perusahaan di masyarakat. Tetapi sangat disayangkan hal tersebut membuat penilaian masyarakat terhadap pemerintah menjadi berkurang dan kontraproduktif ditengah kenaikan harga BBM subsidi.
Lebih lanjut, dia merinci jika menghitung dengan menggunakan formula sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 62.K/12/MEM/2020 tahun 2020, pihak Vivo dalam posisi merugi. Kemudian jika dihitung dari ICP Juli sebesar 106 dolar AS per barel, tanpa ada benchmark dengan kurs Rp14.500 per liternya sudah mencapai Rp9.749.
"Setelah kita gunakan formula maka didapatkan harga dasar Rp12.503. Harga tersebut belum termasuk PPn dan PBBKB serta margin perusahaan," bebernya.
Sementara itu, dia menuturkan untuk membandingkan harga masyarakat perlu melihat dari RON yang sama. Seperti RON 92 yang di jual VIVO dan Pertamina. Saat ini produk RON 92 yang dijual VIVO dipatok Rp 15.400, sedangkan Pertamax hanya Rp 14.500 per liter.
"Jadi harga Pertamax masih lebih murah dibanding dengan produk VIVO. Kita bandingkan lagi produk VIVO RON 95 dijual sebesar Rp16.100, sedangkan Pertamax Turbo dengan RON 98 dijual hanya sebesar Rp15.900. Padahal dari sisi RON jauh lebih tinggi dan kualitasnya jauh lebih baik," pungkas Mamit.
Senada dengan Mamit, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyebut penyesuaian harga BBM Vivo kemarin merupakan strategi marketing perusahaan. Sementara saat ini harga di jual justru lebih tinggi dari harga Pertalite milik Pertamina.
"Mungkin itu strategi marketing," imbuhnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin