tirto.id - Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan, Indonesia akan mengirimkan pasukan perdamaian ke Gaza apabila disetujui oleh negara-negara di sekitar Palestina, termasuk salah satunya Israel.
Sjafrie menjelaskan, negara-negara yang memiliki kompetensi untuk memberi persetujuan bagi Indonesia untuk mengirim pasukan perdamaian ke Gaza di antaranya adalah Arab Saudi, Jordan, Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Israel.
“Jadi ada lima [negara] yang kalau itu menyatakan silakan, maka Indonesia dengan senang hati akan melibatkan [pasukan perdamaian ke Gaza],” kata Sjafrie usai menerima kunjungan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Yordania, Mayor Jenderal Pilot Yousef Ahmed Al-Hunaity, di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jumat (14/11/2025) pagi.
“Tentu saja Israel [termasuk], karena Israel adalah bagian yang sangat kompeten di dalam persoalan ini,” lanjutnya.
Dalam mengirim pasukan perdamaian ke Gaza, Sjafrie mengaku, ada dua opsi yang bisa ditempuh Indonesia. Pertama adalah mengirim pasukan perdamaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara itu, opsi kedua adalah mengirim pasukan perdamaian lewat inisiasi perdamaian yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) melalui Presiden Donald Trump.
“Ada dua alternatif. Alternatif pertama adalah di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang kedua adalah di bawah persetujuan organisasi internasional yang diinisiasikan oleh Presiden Amerika Serikat,” tuturnya.
Ia menegaskan, pasukan Indonesia yang akan dikirim ke Gaza merupakan pasukan penjaga perdamaian atau peacekeeping operation, bukan pasukan operasi perdamaian atau peacemaking operation.
Secara prinsip, Sjafrie mengatakan, perbedaan dalam operasi penjaga perdamaian adalah pasukan baru bisa dikirim ke wilayah konflik setelah terciptanya gencatan senjata dan pelucutan senjata sudah terjadi.
“Kalau peacekeeping itu berarti kita sudah melihat adanya suatu upaya seperti contoh gencatan senjata sudah terjadi, kemudian disarm sudah terjadi, sehingga pasukan yang akan datang itu sifatnya untuk menjaga perdamaian. Itu bisa berlangsung lebih lama menuju kepada perundingan politik,” ucap Sjafrie.
Adapun pasukan yang akan dikirim ke Gaza disebutnya berjumlah 20 ribu prajurit, dengan spesifikasi khusus di bidang kesehatan dan juga konstruksi.
“Kita maksimalkan, 20 ribu prajurit kita siapkan, tetapi spesifikasinya kepada kesehatan dan juga konstruksi,” katanya.
Oleh karena itu, dalam menjalankan operasi penjagaan perdamaian, Sjafrie memastikan bahwa Indonesia tidak akan menggunakan pendekatan koersif, melainkan pendekatan kemanusiaan.
“Kita menghindari apa istilahnya, koersif, ya. Kita lebih cenderung kepada pendekatan kemanusiaan,” tutupnya.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































