tirto.id - Pendiri The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang juga Rektor Universitas Paramadina, Didik Junaidi Rachbini menyayangkan para kepala negara G20 tidak mampu menyelesaikan masalah paling krusial, yakni soal perang Rusia-Ukraina. Padahal masalah berat itu ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut.
"Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT tersebut. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen," kata Didik kepada reporter Tirto, Sabtu (19/11/2022).
Didik menilai KTT G20 ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik yang terjadi atas Rusia-Ukraina, yang dampknya sangat luas dan bersifat semesta global.
"Tetapi untuk lebih bersifat kritis apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yang paling berat? Untuk menjawab iya, kita masih ragu," ujar Didik.
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengaku diskusi sikap G20 dalam konflik Rusia-Ukraina sangat alot sebelum keluar deklarasi “G20 Bali Leaders Declaration.”
"Deklarasi terdiri atas 52 paragraf dan paragraf yang sangat diperdebatkan adalah penyikapan terhadap perang di Ukraina,” kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Media Center G20 Bali, Rabu (16/11/2022).
Jokowi mengatakan diskusi mengenai hal ini berlangsung sangat-sangat alot sekali. Namun pada akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi yaitu condemnation perang di Ukraina karena telah melanggar batas wilayah dan melanggar integritas wilayah.
Jokowi menekankan perang telah membawa dampak buruk bagi masyarakat dan ekonomi global. Situasi buruk itu juga muncul karena dunia masih belum pulih dari pandemi. Ia mengaku kondisi yang belum pulih memengaruhi krisis pangan, krisis energi, dan potensi krisis finansial.
“Oleh karena itu G20 membahas dampak perang terhadap kondisi perekonomian global dan beberapa hasil yang konkret telah dihasilkan,” kata Jokowi.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Gilang Ramadhan