tirto.id - Diet merupakan kebiasaan hidup sehat, tetapi jika tidak dilakukan dengan benar, bisa menimbulkan masalah. Diet yang dilakukan kadang merusak atau berdampak negatif pada lingkungan.
Ilmuwan menyebut, 1 miliar orang hidup dalam kelaparan dan 2 miliar orang makan terlalu banyak makanan yang salah.
Laporan internasional The Lancet mengembangkan diet yang dapat meningkatkan kesehatan sambil memastikan produksi pangan berkelanjutan untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut pada bumi.
"Diet kesehatan planet" didasarkan pada memotong konsumsi daging merah dan gula menjadi setengahnya dan menambah asupan buah, sayuran, dan kacang-kacangan.
Laporan ini menyarankan lima strategi untuk memastikan orang dapat mengubah pola makan yang tidak membahayakan planet ini.
Strategi itu seperti memberi insentif kepada orang untuk makan lebih sehat, menggeser produksi global ke berbagai tanaman, mengintensifkan pertanian secara berkelanjutan, aturan yang lebih ketat seputar pengaturan lautan dan tanah, dan mengurangi sampah makanan.
Diet ini memecah asupan harian optimal biji-bijian utuh, sayuran bertepung, buah, susu, protein, lemak dan gula, mewakili asupan kalori total harian 2.500.
Seperti dikutip dari CNN, Walter Willett dan rekan-rekannya mengatakan diet ini akan membutuhkan perubahan pola makan "substansial" di tingkat global, yang membutuhkan konsumsi makanan seperti daging merah dan gula berkurang lebih dari 50 persen.
Pada gilirannya, konsumsi kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran harus meningkat lebih dari dua kali lipat.
“Diet menyarankan orang mengkonsumsi 2.500 kalori per hari, yang sedikit lebih banyak dari apa yang orang makan hari ini. Orang harus makan beragam makanan nabati, makanan hewani dalam jumlah rendah, lemak tak jenuh daripada lemak jenuh, dan sedikit biji-bijian olahan, makanan olahan tinggi dan gula tambahan," kata Wallet.
Perbedaan regional juga penting untuk dicatat. Misalnya, negara-negara di Amerika Utara makan hampir 6,5 kali jumlah daging merah yang direkomendasikan, sementara negara-negara di Asia Selatan makan 1,5 kali jumlah sayuran bertepung yang diperlukan.
"Hampir semua wilayah di dunia ini melebihi jumlah yang direkomendasikan," kata Willett.
Agar semua orang di dunia mengikuti pola diet rujukan ini, Wallet dan timnya menyarankan lima strategi, di mana subsidi merupakan salah satu pilihan.
Ini sesuai di bawah rekomendasi untuk memastikan tata kelola yang baik dari sistem darat dan laut, misalnya dengan melarang pembukaan lahan dan menghapus subsidi untuk perikanan dunia. Karena hal itu mengarah pada kelebihan kapasitas armada perikanan global.
Kedua, laporan ini lebih jauh menguraikan strategi seperti memberi insentif kepada petani untuk mengalihkan produksi pangan dari sejumlah besar tanaman menjadi beragam produksi tanaman bergizi.
Makanan sehat juga harus dibuat lebih mudah diakses, misalnya kelompok berpenghasilan rendah harus dibantu dengan perlindungan sosial untuk menghindari gizi buruk yang berkelanjutan. Orang-orang harus didorong untuk makan secara sehat melalui kampanye informasi.
Strategi keempat menunjukkan, ketika pertanian diintensifkan, harus mempertimbangkan kondisi setempat untuk memastikan praktik pertanian terbaik untuk suatu daerah, yang pada gilirannya menghasilkan tanaman terbaik.
Terakhir, tim menyarankan pengurangan limbah makanan dengan meningkatkan perencanaan panen dan akses pasar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sambil meningkatkan kebiasaan belanja konsumen di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Secara keseluruhan, memastikan populasi dan planet yang sehat membutuhkan penggabungan semua strategi. Perlu perubahan pola makan utama, peningkatan produksi pangan dan perubahan teknologi, serta pengurangan limbah makanan.
"Merancang dan mengoperasionalkan sistem pangan berkelanjutan yang dapat memberikan diet sehat bagi populasi dunia yang tumbuh dan lebih kaya menghadirkan tantangan yang berat. Tidak kurang dari revolusi pertanian global baru," kata Johan Rockström dari Stockholm University dikutip The Independent.
Editor: Dipna Videlia Putsanra