Menuju konten utama

Hari Raya Paskah 2021: Sejarah dan Cara Merayakannya Saat Pandemi

Mendekorasi rumah dengan hiasan-hiasan Paskah dapat meningkatkan suasana Paskah dan kemeriahan di rumah.

Hari Raya Paskah 2021: Sejarah dan Cara Merayakannya Saat Pandemi
Ilustrasi roti matzo saat perjamuan Paskah Yahudi. tirto.id/iStockphoto

tirto.id - Hari Paskah merupakan hari keagamaan yang dirayakan oleh umat Kristen dan Katolik. Di Indonesia, Hari Paskah juga dikenal dengan Hari Kenaikan Yesus Kristus dan Hari Kebangkitan Isa Almasih yang dirayakan pada 4 April 2021.

Melansir National Geographic, perayaan Paskah telah dirayakan lebih dari 2.000 tahun lalu, yang merupakan rangkaian hari peringatan kebangkitan Yesus Kristus. Peristiwa ini, dimaknai oleh umat Kristen dan Katolik sebagai pemenuhan nubuat alkitabiah tentang seorang mesias yang akan bangkit dari kematian dan memberikan kehidupan kekal di surga kepada mereka yang percaya.

Secara historis Paskah sudah dirayakan oleh umat Yahudi sekiatr 1300 Sebelum Masehi (SM). Ini ribuan tahun lebih awal sebelum kelahiran Yesus pada 7 sampai 6 SM. Berbeda dengan kepercayaan Kristen dan Katolik, perayaan Paskah dalam kepercayaan Yahudi merupakan peringatan pembebasan bangsa Israil dari Mesir. Hal ini merujuk pada peristiwa pada saat Bangsa Ibrani Kuno diperbudak oleh Firaun yang berkuasa pada zaman itu.

Pada 1870 hingga 1880-an, Hari Paskah mulai dikomersilkan oleh sejumlah toko-toko di Amerika. Pada saat ini mulai diperkenalkan dekorasi-dekorasi Parade Paskah dan mode pakaian Paskah. Sejumlah ahli percaya bahwa simbol ini muncul dari cerita rakyat Jerman pada abad 17 mengenai kelinci dan telur Paskah. Hal ini bisa dikaitkan dengan perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi yang erat kaitannya dengan lahir dan kelahiran kembali.

Kelinci merupakan simbol dari kesuburan karena sifatnya yang bisa bereproduksi secara cepat. Sementara telur merupakan simbol dari kelahiran. Sama seperti toko Santa Claus, Kelinci Paskah juga merupakan tokoh campuran antara budaya dan agama.

Rangkaian hari paskah

Britanica mencatat, dalam kalender Kristen Paskah meliputi periode 40 hari Prapaskah sebelum Minggu Paskah, termasuk musim puasa, hari pertobatan, dan pekan suci.

Pekan Suci merupakan rangkaian Paskah terdiri dari Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci, baru kemudian hari Paskah pada Minggu. Minggu Palem adalah hari peringatan penyambutan Yesus di Yerussalem, dimana para pengikut Yesus meletakkan ranting-ranting pohon palem di jalan untuk menyambutnya.

Namun, kedatangan Yesus di Yerussalem tidak disambut baik oleh semua orang. Deklarasi mengenai Yesus sebagai putra Allah dan raja orang Yahudi, membuat otoritas Romawi dan kelompok agama garis keras menganggap kedatangan Yesus sebagai ancaman.

Lalu, dilanjutkan dengan Kamis Putih yang merupakan hari peringatan Perjamuan Terakhir Yesus dengan murid-muridnya. Pada hari ini Yesus mengundang pengikutnya untuk makan roti dan minum anggur.

Di hari ini pula Yesus meramalkan bahwa salah satu pengikutnya akan mengkhianatinya. Kemudian ramalan tersebut terungkap bahwa Yudas Iskariot, salah satu muridnya telah memutuskan untuk menyerahkan Yesus kepada para imam besar Yahudi di kota itu dengan imbalan 30 keping perak.

Kemudian, pada Jumat Agung otoritas dan pemuka agama di Romawi mendesak gubernur Romawi Pontius Pilatus, untuk membunuh Yesus. Penyaliban Yesus terjadi pada hari ini, dimana Yesus diadili, disiksa, dan disalib dengan dipaku di kayu salib hidup-hidup.

Lalu, pada pemakamannya tubuh Yesus dibiarkan terbaring sepanjang hari. Peristiwa ini disebut sebagai Sabtu Suci, yaitu peringatan transisi antara Penyaliban dan Kebangkitan Yesus. Namun, ketika pelayat kembali ke makam pada hari Minggu, makam tersebut kosong yang merupakan saat dimana Yesus telah dibangkitkan. Inilah yang dirayakan sebagai Paskah.

Paskah datang setelah Malam Agung, yang dirayakan antara matahari terbenam pada Sabtu Paskah dan matahari terbit pada Minggu Paskah. Umat Kristen merayakan Paskah saat matahari terbit, sementara umat Katolik merayakan liturgi kuno dan ritus pembabtisan pada malam Sabtu Suci.

Cara merayakan Paskah di tengah Pandemi

Rangkaian perayaan Paskah tahun ini bertepatan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda Indonesia sejak 2020 lalu. Saat ini kegiatan ibadah di gereja telah diizinkan oleh pemerintah, dengan syarat menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan pembatasan kapasitas sebanyak 50 persen.

Meskipun tidak dapat melakukan aktivitas perayaan seperti berkerumun, berpergian, atau bertemu dengan banyak orang, Paskah tetap dapat dirayakan dengan aman di rumah. Melansir dari Real Simple, berikut beberapa ide untuk merayakan Paskah di rumah selama pandemi:

1. Dekorasi rumah dengan hiasan Paskah

Mendekorasi rumah dengan hiasan-hiasan Paskah dapat meningkatkan suasana Paskah dan kemeriahan di rumah. Buatlah dekorasi dengan bahan-bahan yang tersedia di rumah, seperti kertas warna, sterofoam bekas, kardus bekas, dan bahan-bahan tersedia lainnya.

2. Selenggarakan perburuan telur paskah skala kecil

Tidak lengkap rasanya merayakan pakah tanpa perburuan telur. Namun, dalam kondisi pandemi seperti ini, baiknya selenggarakan perburuan telur dalam skala kecil seperti semua orang yang tinggal dalam satu atap. Apabila mengundang kerabat lain, pastikan semua orang mematuhi protokol kesehatan, termasuk mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

3. Buat kudapan bertemakan Hari Paskah

Membuat kudapan bertema Paskah bisa menjadi kegiatan menarik untuk merayakan Paskah di rumah. Kudapan-kudapan tersebut bisa berupa kudapan manis seperti biskuit, cokelat, kue, atau telur rebus yang diwarnai dengan pewarna makanan.

4. Kirim hadiah Paskah ke kerabat

Kirimkan hadiah buatan sendiri, seperti makanan, dekorasi telur, atau lainnya, disertai kartu ucapan Paskah pada kerabat terkasih. Kegiatan ini bisa menjadi pelipur lara akibat belum bisa berjumpa karena terhalang pandemi COVID-19.

Baca juga artikel terkait PASKAH 2021 atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari