Menuju konten utama

Grab Berambisi Kuasai Asia Tenggara dan Go-Jek Mengintainya

Grab mengantisipasi ekspansi Go-Jek dengan meluncurkan fitur-fitur baru dalam aplikasinya.

Grab Berambisi Kuasai Asia Tenggara dan Go-Jek Mengintainya
CEO dan co-founder Grab, Anthony Tan, mempresentasikan produk terbaru perusahaannya di gedung Marina One, Singapura, Selasa (10/7/2018). tirto.id/Ivan

tirto.id - Anthony Tan tersenyum penuh sumringah pagi itu, Selasa (10/7/2018). Di depan 80-an wartawan dari seluruh Asia Tenggara, co-founder Grab tersebut mengucapkan salam dan terima kasih atas kedatangan mereka di markas besar perusahaannya di gedung Marina One, Singapura.

Grab sedang punya hajatan besar. Perusahaan layanan transportasi daring ini meluncurkan fitur-fitur terbaru dalam aplikasinya.

Saya adalah satu di antara 80-an wartawan yang hadir di situ dan menyaksikan betapa Anthony sangat percaya diri perusahaan yang didirikannya bisa menjadi raja transportasi online di Asia Tenggara.

Orang Malaysia itu berbunga-bunga memaparkan capaian-capaian besar perusahaannya sejak didirikan pada Juni 2012. Dalam slide show yang ia tampilkan, tercatat bahwa pada Juli 2018, enam tahun setelah perusahaan berdiri, Grab telah melayani dua miliar pemesanan.

“Selama enam tahun terakhir kami telah bekerja keras untuk meningkatkan teknologi dan memperluas jangkauan. Aset-aset kami telah teruji melalui berbagai layanan [...] Dengan lebih dari 100 juta unduhan di mobile devices, jaringan yang terdiri dari 7,1 juta mitra pengemudi, mitra pengiriman, pedagang dan agen, serta dukungan teknologi yang kuat,” klaimnya di hadapan para jurnalis.

Ini barangkali capaian yang tidak pernah diduga Anthony tujuh tahun sebelumnya. Pada 2011, Anthony, yang baru saja menggondol gelar Master of Business Administration dari sekolah bisnis paling bergengsi di muka bumi, Harvard Business School, disentil teman sekelasnya asal Indonesia.

“Kakek buyutmu itu supir taksi,” kata si teman Indonesia seperti dituturkan kembali oleh Anthony dalam wawancara dengan Financial Times, “kakekmu memulai industri otomotif Jepang di Malaysia, tapi pacarmu merasa tidak aman saat mencari taksi. Kenapa kau tidak mencoba melakukan sesuatu?”

Gara-gara sentilan itu, Anthony mulai berpikir serius soal mengembangkan sistem pemesanan taksi semacam Uber di Kuala Lumpur, kampung halamannya.

Secara kebetulan, pada tahun berikutnya, ia mengikuti kompetisi bisnis yang diselenggarakan kampusnya. Ia pun mengajukan proposal dan menang. Ia mendapat grant sebesar 25.000 dolar AS dari Harvard. Dengan uang itu, pada Juni 2012, bersama kawan sekelasnya Tan Hooi Ling, Anthony memulai bisnis dengan menciptakan aplikasi MyTeksi di Kuala Lumpur.

Dan, enam tahun setelah MyTeksi diluncurkan, di hadapan para wartawan yang berkumpul di Marina One pekan lalu, dengan kecongkakan alamiah yang lazim ditunjukkan para saudagar yang telah menaklukkan pelbagai tantangan, Anthony Tan berkata:

“Kami berada pada posisi yang lebih unggul dari siapapun di wilayah ini [Asia Tenggara] untuk membantu perusahaan-perusahaan rintisan dan bisnis lain untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti kami.”

Investasi, Inovasi, Kompetisi

Anthony memang sedang bungah-bungahnya. Satu bulan sebelum ia berdiri di hadapan para wartawan itu, raksasa otomotif Jepang Toyota menyuntikkan dana segar untuk perusahaannya.

Pada 13 Juni 2018, Grab memperoleh duit sebesar 1 miliar dolar dari Toyota Motor Corporation (TMC). Seperti dilaporkan Tirto pada 24 Juni 2018, Grab mengatakan investasi itu akan digunakan untuk “mencapai visi menjadi platform mobilitas terpadu satu unit (one-stop mobility platform)”, yang bertujuan “menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien.”

Niat itu terwujud pekan lalu. Grab meluncurkan platform terbarunya yang dinamakan GrabPlatform. Seperti diterangkan dalam siaran pers dari Humas Grab, platform ini adalah “serangkaian API (application programming interface) yang memberikan akses terhadap komponen-komponen teknologi Grab, termasuk transportasi, logistik, pembayaran, otentikasi pengguna, pengiriman pesan, dan pemetaan.”

GrabPlatform diejawantahkan lewat apa yang mereka klaim sebagai “everyday superapp”. Dalam aplikasi yang diperbaharui ini, para pelanggan tak hanya bisa memesan ojek, taksi, dan makanan, tapi juga melihat informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Home screen terbaru Grab, misalnya, menampilkan akses pembayaran dalam satu ketukan dan navigasi ke seluruh layanan. Pada versi Indonesia, fitur GrabPay dihapus dan diganti dengan layanan digital financing dari OVO, yang dimiliki Grup Lippo.

Kebaruan paling mencolok tampak pada fitur news feed. Para pengguna bisa mendapat ulasan tentang kota di mana mereka berada dan informasi yang mereka butuhkan seperti skor pertandingan sepakbola atau berita-berita terkini. Untuk penyediaan berita, Grab menggandeng Yahoo! sebagai mitra.

Pada Piala Dunia kemarin, saya mencoba fitur ini untuk memeriksa skor pertandingan secara langsung. Hasilnya memang tidak mengecewakan, tapi masih kalah cepat dibanding aplikasi Google Now atau aplikasi berita sepakbola semacam FIFA dan Goal.com.

Jerald Singh, Kepala Bagian Produk Grab, orang yang bertanggungjawab atas inovasi teknologi, mengatakan kepada para wartawan bahwa penyediaan fitur news feed adalah demi menciptakan aplikasi Grab yang bersifat personal bagi para penggunanya.

“Bahkan di masa depan, ini [aplikasi Grab] akan lebih bersifat personal,” ujar Singh.

Dengan modal besar yang baru mereka dapat dan inovasi-inovasi yang mereka suguhkan, apa yang diinginkan Grab sebenarnya?

Anthony Tan mengaku, dalam sebuah sesi tanya-jawab dengan wartawan, bahwa ia senang sekali dengan kompetisi. “I love competition,” katanya. “Dengan kompetitor kami yang juga terus berinovasi, kami terpacu untuk terus mengembangkan diri.”

Kompetitor yang ia maksud tentu saja Go-Jek.

Go-Jek memang sudah berancang-ancang untuk melakukan ekspansi ke luar Indonesia sejak awal 2018. Perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim ini telah mengantongi investasi sebesar 1,5 miliar dolar AS di pundi-pundinya.

Awal tahun ini, Google dan beberapa korporasi lain seperti Astra, Tencent, JD.COM, dan Meituan telah menginvestasikan duitnya untuk Go-Jek. Dengan duit sebesar itu, wajar bahwa Go-Jek juga berambisi meluaskan wilayah usaha ke level Asia Tenggara

Pada 24 Mei 2018, Go-Jek secara resmi mengumumkan ekspansi ke empat negara Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Untuk melakukan ekspansi tersebut, nilai investasi yang digelontorkan adalah sebesar 500 juta dolar AS.

“Saat ini masyarakat di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup pilihan atas layanan transportasi ride-hailing,” kata Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim dalam keterangan resminya pada Kamis (24/5/2018), seperti dilaporkan Tirto.

Lebih lanjut, Nadiem berharap kehadiran Go-Jek di empat negara tersebut bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama serta mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat.

“Tujuan kami adalah berkolaborasi dengan negara-negara tersebut dan pemerintahnya,” ujar Nadiem.

Dengan Google di kantongnya, Go-Jek bisa dengan mudah mengembangkan aplikasi berbasis kekuatan yang dimiliki perusahaan asal Amerika itu: algoritma. Google tentu saja sanggup menyediakan data tentang kecenderungan dan kebiasaan para pengguna ponsel pintar di Asia Tenggara.

Ambisi ekspansionis yang terang-terangan itu tentu saja menjadi perhatian tersendiri bagi Grab.

Fitur-fitur terbaru yang diluncurkan Grab dalam “everyday superapp”-nya, seperti news feed dan Grab Daily, merupakan spesialisasi Google. Di aplikasi Google Now, kita bisa mendapat fitur semacam itu, bahkan lebih akurat dan lengkap.

Dalam hal ini, Grab, yang juga didukung raksasa di belakangnya, memang melakukan langkah kuda-kuda sebelum sang kompetitor meluncurkan produk-produk serupa.

Infografik Ambisi Grab Merajai Asia Tenggara

Siapa Bisa Jadi Raja Asia Tenggara?

Di seluruh Asia Tenggara, aplikasi Grab sudah diunduh lebih dari 100 juta pengguna. Data-data yang disampaikan Anthony minggu lalu juga menegaskan betapa pesat Grab melaju sebagai layanan transportasi online.

Menurut klaim Anthony, pada Juli 2018, enam tahun setelah Grab berdiri, kemajuan perusahaannya sangat pesat. Grab berhasil menembus 2 miliar perjalanan pada 7 Juli 2018. Untuk mencapai 1 miliar perjalanan, dibutuhkan waktu 5 tahun dan 4 bulan (Juni 2012-November 2017). Sedangkan hanya dalam kurun waktu kurang dari 9 bulan (November 2017-Juli 2018) Grab berhasil mencapai 1 miliar berikutnya.

Grab diprediksi menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang akan mencapai target pendapatan sebesar 1 miliar dolar AS pada akhir 2018. Seperti dilaporkan Reuters, setelah investasi Toyota, valuasi Grab diperkirakan lebih dari 10 miliar dolar AS.

Bisnis-bisnis baru juga berkembang pesat. GrabFood, misalnya, yang bertambah dari 2 menjadi 6 negara pada kuartal kedua tahun 2018, telah tumbuh sebesar 9 kali dalam 12 bulan terakhir.

Dalam jangka waktu lima bulan (Januari-Mei 2018), total volume pembayaran Grab Financial mencapai lebih dari dua kali lipat dan menjadi platform pembayaran terkemuka di Asia Tenggara.

Go-Jek, sementara itu, terus menguntit di belakang Grab. Menurut laman Tech Crunch, valuasi Go-Jek pada 2018 diperkirakan melampaui 4,5 miliar dolar AS. Meski bernilai setengahnya, Go-Jek adalah kompetitor tangguh.

Melihat track record dalam satu setengah tahun terakhir, Go-Jek mampu memikat enam investor raksasa. Selain investor yang sudah disebut sebelumnya, pada April lalu, raksasa asuransi Allianz menginvestasikan 35 juta dolar AS untuk Go-Jek.

CEO Allianz X Nazim Cetim mengungkapkan optimismenya: “Go-Jek telah menunjukkan rekam jejak yang penuh keberhasilan dalam sektor transportasi, logistik, dan pembayaran dan kami berharap untuk terus menyokong pertumbuhan mereka.”

Daya tarik macam itulah yang patut diwaspadai Grab.

Maka, di tengah kompetisi ketat untuk menjadi penguasa transportasi online Asia Tenggara itu, Anthony Tan pun mengungkapkan ambisinya sekali lagi di hadapan para jurnalis:

“Asia Tenggara tengah bersiap menjadi wilayah dengan ekonomi terbesar keempat pada 2050. Seiring dengan semakin banyak kelas menengah, infrastruktur teknologi terus berkembang dan perusahaan harus cepat beradaptasi. Penggabungan aset-aset Grab dengan keahlian khusus para mitra akan memungkinkan Grab untuk berkembang dengan sangat efisien dan melayani semakin banyak pelanggan di Asia Tenggara secara cepat setiap harinya.”

Baca juga artikel terkait TRANSPORTASI ONLINE atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Maulida Sri Handayani