tirto.id - Sejak akhir bulan Juni, beberapa perusahaan mulai berhenti untuk beriklan di Facebook. Hal tersebut karena Facebook terlalu lamban dalam menangani atau menghapus ujaran kebencian di platformnya.
Sebelumnya, beberapa NGO, termasuk Anti-Defamation League (ADL) dan NAACP mempopulerkan tagar kampanye #StopHateforProfit minggu lalu di Twitter dan meminta perusahaan mayor untuk berhentikan pengiklanan di Facebook.
Dikutip dari CNN, beberapa perusahaan mayor yang telah memberhentikan iklannya di Facebook di antaranya Adidas, Ford, Puma, Patreon, Honda, Lego, Unilever, bahkan Microsoft serta Starbucks sebagai salah satu pengiklan terbesar pada platform ini tahun lalu
Gerakan #StopHateforProfit dalam laman resminya menyampaikan bahwa Facebook mengizinkan hasutan dari media bias nasionalis kulit putih untuk menyerang para pemrotes yang berjuang untuk keadilan rasial seperti George Floyd, Ahmaud Arbery, ataupun Rayshard Brooks.
Ia juga menuduh platform media sosial tersebut mengambil profit untuk hate speech maupun rasisme dan antisemitisme. Dalam Laman tersebut juga ditunjukkan ratusan bisnis yang terlibat dalam kampanye tersebut.
Menurut CEO ADL Jonathan Greenblatt, Hate Speech di Facebook sebelumnya telah menciptakan genosida terhadap Muslim Rohingnya di Myanmar, dan termasuk pada kasus Christchurch, pelaku yang menggunakan platform tersebut untuk livestream penembakan jamaah salat Jumat di masjid.
Organisasinya telah mendorong facebook untuk menjadikan platformnya lebih aman, namun justru ia merasa tidak ada perubahan platform ini sampai dengan kasus kematian George Floyd yang melibatkan hasutan dari media bias supremasi kulit putih seperti Breitbart News.
Namun Nick Clegg, Vice President Urusan Global dan Komunikasi Facebook membantah hal tersebut, ia mengatakan bahwa Facebook tidak mengambil insentif ataupun keuntungan dari hate speech, ia juga mengatakan Facebook tidak dapat mengeliminasi seluruh hate speech yang ada di platform, demikian dikutip dari Bloomberg.
Dilansir dari BBC, Mark Zuckeberg, CEO Facebook, justru tidak mundur dengan komitmennya dengan mengatakan bahwa kemungkinan “seluruh pengiklan akan kembali ke platform ini secepatnya”.
Ia juga menambahkan bahwa Facebook beserta jajarannya tidak akan “merubah kebijakan atau pendekatan pada hal apa pun hanya karena ancaman untuk pendapatan yang sedikit”
Areeq Chowdhury dari WebRoots Democracy juga percaya bahwa perusahaan tidak akan bertahan lama untuk menghentikan iklannya di platform tersebut.
Penulis: Mochammad Ade Pamungkas
Editor: Dhita Koesno