Menuju konten utama

Geliat Akuisisi Industri Raksasa

Setelah meredupnya pamor industri energi yang mahal dan tidak ramah lingkungan, para pegiat bisnis mengarahkan pandangannya ke industri baru yang berkaitan dengan teknologi informasi. Pencaplokan perusahaan oleh perusahaan yang lebih besar dengan nilai fantastis adalah hal yang biasa.

Geliat Akuisisi Industri Raksasa
Seorang pria membersihkan logo perusahaan IT Dell di pusat pameran CeBIT di Hannover. [ REUTERS/Thomas Peter]

tirto.id - Ada demit baru yang berkeliaran di jagat ekonomi dunia, demit industri ekonomi baru. Semua kekuasaan dan model investasi lama pelan mulai ditinggalkan. Demit investasi lama perusahaan energi kotor seperti mintak dan batubara mulai ditinggalkan. Demit baru ini menyatukan diri dalam suatu persekutuan keramat untuk memulai investasi ekonomi baru. Demit yang telah pelan-pelan merangkak naik menjadi perusahaan-perusahaan terbesar dengan aset yang lebih gemuk daripada perut kaum borjuis. Demit ini adalah industri baru, industri teknologi informasi.

Industri teknologi khususnya teknologi informasi yang berbasis internet mengalami pengembangan yang luar biasa besar selama satu dekade terakhir. Teknologi yang dimaksud seperti perusahaan yang mengembangkan platform media sosial, gawai, dan juga e-commerce. Industri ini barangkali sesuatu yang sulit dibayangkan akan berkembang 20-30 tahun yang lalu. Namun, kini ia menjadi salah satu raksasa industri yang menjadi faktor penting penggerak ekonomi dunia.

Time pada Maret 2015 menurunkan analisis sejarah tentang bubble saham berbasis dotcom (istilah Time) pada tahun 2000an. Saat itu geliat bisnis berbasis internet sempat mengalami pertumbuhan yang luar biasa besar. Ini berkat inovasi teknologi internet dan komputer yang mulai berkembang sejak akhir 90an. Retail online menjadi salah satu pendorong utama bisnis ini. Dalam catatan Time disebutkan indeks NASDAQ mengalami kenaikan dari sekitar 1.000 poin di 1995 menjadi 5.000 poin pada tahun 2000.

Saham investasi perusahaan yang berbasis dotcom ini mengalami peningkatan nilai yang luar biasa, bahkan harga saham bisa naik dua kali dalam sehari. Semua tampak baik-baik saja sampai maret 2000 datang dan perubahan terjadi. Saham perusahaan berbasis dotcom yang awalnya bernilai $6,71 triliun turun pada 11 maret. Pada 6 April 2000 saham-saham bisnis dotcom ini turun menjadi $5,78 triliun. Salah satu analis JP Morgan saat itu menyebut, perusahaan-perusahaan kehilangan 10-30 juta dolar per kuartal. Ini adalah awal kematian bisnis berbasis dotcom.

Gejala serupa kembali hadir saat ini. Industri muda berbasis teknologi informasi dan perdagangan seperti Alibaba mencatatkan sejarah dengan nilai saham yang sangat besar. Hal serupa terjadi juga pada merek seperti Uber, Palantir dan AirBnB yang kemudian menjadi simbol Unicorn karena memiliki nilai lebih dari satu miliar dolar. Investasi tidak melulu memulai sesuatu yang baru. Setidaknya selama satu dekade terakhir banyak perusahaan teknologi informasi melakukan pencaplokan start up atau perusahaan lain untuk mengembangkan lini bisnis mereka.

John Sviokla dalam majalah Startegy+Bussiness pada Juli 2014 menulis akuisisi adalah satu bentuk usaha untuk mengembangkan ekosistem bisnis. Dengan melakukan akuisisi sebuah perusahaan bisa menghemat banyak hal, mulai dari waktu, sumber daya, tenaga, dan juga pengembangan produk. John mencontohkan akuisisi yang dilakukan Monsanto terhadap Climate Corporation. Climate adalah perusahaan penyedia jasa agrikutltur yang punya lini bisnis analisa data terhadap tanah dan cuaca. Dengan akuisisi ini Monsanto bisa mengembangkan produk pertaniannya dengan lebih baik.

Lalu bagaimana dengan perusahaan berbasis teknologi dan teknologi informasi? Situs resmi World Economic Forum Juli lalu merilis daftar 12 perusahaan teknologi dunia yang melakukan akuisisi dengan nilai fantastis. Chris Parker, Head of Digital Media dari World Economic Forum menyebutkan bahwa akuisisi ini punya nilai sejarah penting karena menggabungkan banyak perusahan besar dalam satu bendera. Tentunya nilai akuisisi yang besar diharapkan akan diikuti dengan pengembangan bisnis yang lebih baik pula.

Perusahaan komputer Dell Inc setuju untuk membeli perusahaan perkakas piranti keras dan piranti lunak EMC. Akuisisi ini dilakukan pada pertengahan 2016 dengan nilai 67 miliar dolar. Penjajakan merger ini sebenarnya telah dilakukan sejak 2015 tetapi pembayaran dan penandatanganan kesepakatan bersama baru dilakukan tahun ini. Angka 67 miliar dolar ini merupakan hasil analisa dari nilai total EMC yang dilakukan Dell Inc. Perlu diketahui anak perusahaan EMC, yaitu VMWare Inc yang fokus pada pengembangan software virtual memiliki nilai perusahaan yang sangat tinggi.

Akuisisi berikutnya adalah Avago Technologies yang setuju membeli Broadcom dengan nilai 37 miliar dolar pada 2015. Akuisisi ini akan membuat Avago menjadi perusahaan terbesar pembuat semikonduktor terbesar ketiga di amerika setelah Intel Corp dan Qualcomm. Broadcom sendiri merupakan perusahaan yang berbasis di Singapura dan sebelumnya merupakan rival perusahaan dari Avago yang sama-sama membuat piranti keras komputer.

Seth Fiegerman, kolumnis ekonomi CNN, menyebut banyaknya akuisisi ini dilakukan sebagai usaha untuk pengembangan bisnis perusahaan. Sejauh ini pembelian berbagai perusahaan teknologi telah mencapai 318 miliar dolar menurut data dari PitchBook. Penjualan dan pembelian perusahaan teknologi ini dianggap lebih gampang untuk mengembangkan perusahaan ketimbang melakukan pinjaman ke bank. James gellert, CEO Rapid Ratings sebuah perusahaan riset independen, menyebut banyak perusahaan teknologi hari ini punya banyak uang cash. Mereka ingin mengembangkan teknologi dan cabang bisnis baru untuk perusahaannya.

Tahun ini LinkedIn diakuisis oleh Microsoft dengan nilai 26,2 miliar dolar. Pembelian ini dilakukan secara cash oleh Microsoft. Diperkirakan perjanjian pembelian ini akan selesai dilakukan pada akhir 2016 mendatang. Akuisisi ini akan melengkapi beberapa perusahaan lain yang diambil alih oleh Microsoft seperti aQuantive yang dibeli dengan nilai enam miliar dolar pada Mei 2007, Nokia juga dibeli Microsoft dengan nilai 7,17 miliar pada September 2013 dan Skype Technologies yang dibeli pada Mei 2011 dengan nilai $8,5 miliar.

Salah satu bentuk pembelian perusahaan terbaik adalah yang dilakukan Facebook ketika mencaplok WhatsApp dengan nilai 22 miliar dolar. Usai membeli perusahaan ini, Facebook langsung mengembangkan teknologi Facebook Messenger. Dengan memanfaatkan tenaga dan teknologi yang dimiliki WhatsApp Facebook bisa memangkas ongkos pengembangan produk baru. Selain itu Facebook juga dapat menikmati manfaat dari 500 juta pengguna aktif yang dimiliki Whatsapp sebagai pasar baru yang bisa digarap.

VeriSign perusahaan berbasis pembuat piranti lunak pengaman komputer mengakuisisi perusahaan Network Solutions dengan nilai 21 miliar dolar. Akuisisi ini bisa membantu VeriSign untuk mengembangkan produk baru situs dengan jasa keamanan yang mereka miliki. Sehingga pembeli tidak perlu beli ke berbagai tempat untuk berbagai jasa yang bisa disediakan satu warung.

Menariknya, beberapa akuisisi juga bisa jadi kesempatan perusahaan saingan untuk mencaplok satu sama lain. Perusahaan komputer Hewlett-Packard membeli rivalnya Compaq dengan nilai 18,6 miliar dolar pada 2002. Pembelian ini berlangsung ketika penjualan produk-produk Compaq menurun akibat krisis ekonomi yang melanda. Pembelian ini dicatat sebagai pembelian perusahaan perangkat keras komputer dengan nilai terbesar dalam sejarah. HP tak berhenti sampai di situ, pada 2008 perusahaan ini juga membeli Electronic Data Systems Corporation (EDS) dengan nilai 13,9 miliar dolar. EDS sendiri merupakan perusahaan sofware yang khusus mengembangkan sistem perbankan dan bisnis.

Namun perlu diwaspadai, akuisisi tidak selalu baik. Pada 2000 pernah ada merger antara AOL dan Time warner sebagai buntut dari resesesi ekonomi yang terjadi saat itu. Merger antara industri dotcom dan perusahaan televisi kabel itu merupakan usaha untuk menyelamatkan AOL dari kerugian yang besar. Usaha ini juga tidak membuat mereka selamat ketika AOL mengalami kerugian $99 miliar pada 2002.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Arman Dhani