Menuju konten utama

Gaikindo Ajak Industri Otomotif Garap Pasar Ekspor Australia

Gaikindo mengajak industri otomotif nasional menggarap pasar ekspor di Australia yang menyerap 1 juta unit produk impor setiap tahun. 

Gaikindo Ajak Industri Otomotif Garap Pasar Ekspor Australia
Model berpose di dalam mobil Honda HR-V 1.8 Prestige-Mugen saat pameran Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) Surabaya Auto Show (SAS) 2016 di Surabaya, Rabu (28/9/2016). ANTARA FOTO/Moch Asim.

tirto.id - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi mengajak kalangan industri otomotif nasional menggarap peluang ekspor di pasar Australia.

Pasar otomotif di negeri kangguru selama ini sama sekali belum dirambah oleh pabrikan otomotif dalam negeri. Padahal volume pasar kendaraan bermotor di Australia mencapai 1 juta unit per tahun.

"Di Australia mereka ada pasar otomotif dengan volume satu juta unit per tahun dan di sana sudah tidak ada industri otomotif yang berproduksi, semuanya impor, tapi Indonesia sampai saat ini belum satu unit pun diekspor ke sana," kata Yohannes dalam konferensi pers jelang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di Jakarta, pada Selasa (7/2/2017) seperti dikutip Antara.

Yohannes menjelaskan rintisan menembus pasar ekspor ke Australia saat ini menghadapi kendala laiknya peluang-peluang ekspor ke negara-negara tujuan lain.

Muara masalah itu ada pada dua kendala utama, yakni standar bahan bakar kendaraan serta karakter pasar yang berkaitan erat dengan struktur pajak kendaraan.

"Kalau bicara ekspor harus bicara Euro 4. Indonesia menjadi satu dari tiga negara tersisa di Asia yang masih pakai Euro 2, bersama Myanmar dan Laos. Bahkan dalam waktu dekat Laos dikabarkan akan beralih ke Euro 4," kata dia.

Kendala standar bahan bakar kendaraan tersebut, kata Yohannes, membuat pabrikan-pabrikan yang memproduksi mobil di Indonesia harus membuat dua jenis kendaraan yakni berstandar bahan bakar Euro 2 untuk pasar lokal dan berstandar bahan bakar Euro 4 untuk pasar ekspor.

"Itu membuat industri otomotif kita menjadi tidak efisien," katanya.

Karakteristik jenis mobil terpopuler juga cukup menghambat. Menurut dia pasar global cenderung memilih jenis sedan yang tidak menjadi salah satu keluaran basis produksi otomotif di Indonesia.

"Pangkalnya di Indonesia skema pajaknya membuat tarif pajak sedan mahal, bahkan lebih mahal dari mobil-mobil mewah yang berjenis MPV. Ini membuat prinsipal manapun ogah menjadikan Indonesia basis produksi sedan, maka peluang ekspor pun menipis," ujarnya.

Ajakan Gaikindo untuk melirik pasar ekspor yang belum tergarap ini realistis mengingat sempitnya pertumbuhan serapan domestik.

Sebelumnya, Gaikindo memang memperkirakan pertumbuhan pasar otomotif nasional bisa mencapai 6 persen pada tahun ini. Tapi, pada Januari lalu, lembaga konsultan dan riset, Frost & Sullivan, memprediksi pertumbuhan pasar otomotif Indonesia hanya akan berkisar 5 persen saja dengan volume penjualan 1,11 juta unit per tahun.

Wakil Presiden Senior bidang Transportasi Frost & Sullivan, Vivek Vaidya, memperhitungkan setidaknya ada delapan faktor penting yang akan mempengaruhi keberlangsungan pasar otomotif Indonesia.

Lima faktor di antaranya berperan sebagai faktor pendorong, yakni peningkatan belanja pemerintahdi infrastruktur, hadirnya model-model baru dan sentimen positif pasar. Dua faktor lain ialah Pertumbuhan penanaman modal oleh pihak swasta dan peningkatan ekspor.

"Ketatnya perhatian pemerintah menjaga kondisi fiskal, sejumlah paket stimulus ekonomi serta program pengampunan pajak yang menuai pujian telah membantu mengembalikan kepercayaan pasar," kata Vaidya pada (25/1/2017) lalu.

Ia menambahkan tiga faktor lain justru bisa membuat pasar otomotif nasional lesu. Ketiganya ialah potensi pergerakan nilai tukar rupiah, kenaikan harga energi, seperti BBM listrik, serta kenaikan tarif administrasi kendaraan.

Baca juga artikel terkait PASAR OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Bisnis
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom