Menuju konten utama

Film Midnight in Paris, Menyelami Kesenian Paris pada Tahun 1920

film Midnight in Paris memiliki alur perjalanan waktu ke masa lalu, tepatnya saat masa kejayaan kesenian di Prancis pada 1920 dan juga 1890. 

Film Midnight in Paris, Menyelami Kesenian Paris pada Tahun 1920
Midnight In Paris. youtube/Sony Pictures

tirto.id - Midnight in Paris adalah film yang berkisah tentang perjalanan ke masa lalu, tepatnya tahun 1980-1920.

Melalui film tersebut, Woody Allen, sebagai sutradara dan penulis skenario, mampu menciptakan suasana paris yang sangat berbeda, antara masa kini dan masa lalu.

Tidak sekadar memperlihatkan perjalanan waktu ke tahun-tahun tersebut, film ini mampu memperluas wawasan penonton dengan memasukkan karakter-karakter seniman pada masa tersebut.

Dalam film ini, Woody Allen juga menonjolkan masa kejayaan kesenian di Prancis pada saat itu, menjadikan film ini kaya akan unsur seni dan budaya.

Woody Allen pun mampu menggabungkan cerita masa kini dengan masa lalu secara dinamis dan berkesinambungan.

Film yang tersedia di Netflix ini rilis pertama di Prancis pada 11 Mei 2011. Film ini mendapat tanggapan positif dari publik, terlihat dari rating-rating yang tinggi, yaitu 7.7 di IMDb, 93 persen di Rotten Tomatoes, dan 81 persen di Metacritic.

Beberapa penghargaan yang diraih oleh film Midnight in Paris ini di antaranya:

  • Naskah skenario terbaik: 84th Academy Awards, Alliance of Women Film Journalists, British Fantasy Awards, Broadcast Film Critics Association Awards, 69th Golden Globe Awards, Online Film Critics Society, Washington D.C. Area Film Critics Association, dan Writers Guild of America Awards.
  • Soundtrack kompilasi terbaik untuk media visual: Grammy Awards
  • Film asing terbaik: 11th Grande Prêmio Brasileiro de Cinema
Selain beberapa penghargaan tersebut, film ini juga mendapat nominasi penghargaan dalam banyak bidang, seperti sutradara terbaik, gambar terbaik, aktor terbaik, film terbaik, dan lainnya.

Daftar Lengkap Pemain Midnight in Paris (2011)

Pemeran atau karakter utama dalam film Midnight in Paris, adalah Gil yang diperankan oleh Owen Wilson.

Aktor yang juga membintangi film Night at the Museum ini berperan sebagai karakter yang sangat mencintai Paris.

Ia sangat mendambakan untuk tinggal di Paris, khususnya pada tahun 1920, pada tahun tersebut kota Paris dipenuhi oleh seniman-seniman legendaris.

Selain Owen Wilson, Rachel McAdams juga turut membintangi film ini. Ia berperan sebagai Inez, tunangan Gil.

Walaupun Inez mencintai Gil, ia tidak dapat memahami betapa penting Paris dan menulis bagi Gil. Hal tersebutlah yang menjadi penghalang percintaan di antara mereka.

Selain Owen Wilson dan Rachel McAdams, film Midnight in Paris juga dibintangi oleh aktor dan aktris ainnya.

Dikutip dari laman IMDb, berikut adalah daftar lengkap pemain di film Midnight in Paris (2011):

  • Owen Wilson sebagai Gil
  • Rachel McAdams sebagai Inez
  • Marion Cotillard sebagai Adriana
  • Alison Pill sebagai Zelda Fitzgerald
  • Tom Hiddleston sebagai F. Scott Fitzgerald
  • Corey Stoll sebagai Ernest Hemingway
  • Kathy Bates sebagai Gertrude Stein
  • Marcial Di Fonzo Bo sebagai Pablo Picasso
  • Sonia Rolland sebagai Joséphine Baker
  • Yves Heck sebagai Cole Porter
  • Daniel Lundh sebagai Juan Belmonte
  • Adrien Brody sebagai Salvador Dalí
  • Tom Cordier sebagai Man Ray
  • Kurt Fuller sebagai John
  • Mimi Kennedy sebagai Helen
  • Michael Sheen sebagai Paul
  • Nina Arianda sebagai Carol
  • Carla Bruni sebagai pemandu di museum
  • dan pemeran pendukung lainnya.

Sinopsis Film Midnight in Paris (2011)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, film ini memiliki alur perjalanan waktu ke masa lalu, tepatnya saat masa kejayaan kesenian di Prancis pada 1920 dan juga 1890.

Semuanya dimulai saat Gil dan Inez, pasangan tunangan, berlibur ke Paris sembari mempersiapkan kebutuhan pernikahan mereka.

Gil sendiri adalah pecinta kota Paris. Bagi penulis seperti dirinya, Paris adalah sebuah kota romantis yang dapat memberikan dirinya segudang ide untuk tulisannya yang belum rampung.

Namun, sayangnya, Inez, sang tunangan, tidak memiliki persepsi yang sama. Menurutnya, Gil memiliki obsesi berlebih dengan Paris.

Ia pun tidak memahami bagaimana sulitnya proses mencari ide untuk sebuah tulisan, hal yang sedang Gil usahakan.

Gil berkali-kali mengatakan bahwa ia ingin tinggal di Paris, kota para seniman mengembangkan karya mereka. Namun, karena tidak sepemahaman, Inez tidak setuju dengan ajakan Gil.

Gil pun selalu mengatakan bahwa ia ingin merasakan tinggal di Paris pada 1920-an, tahun saat kesenian sangat berjaya dan berkembang. Pada tahun tersebut, seniman-seniman legendaris menghasilkan karya-karya epik mereka.

Sampai pada suatu malam, di persimpangan jalan, hidup Gil berubah. Ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di masa sekarang, tetapi di 1920. Hal tersebut ia sadari saat ada mobil kuno yang berhenti di hadapannya.

Para penumpang mobil tersebut adalah seniman-seniman yang ia hormati dan gemari. Hal tersebut sangat mengagetkannya, terlebih saat mereka memberikan tumpangan pada Gil.

Sulit bagi Gil untuk percaya bahwa ia berada di tempat dan tahun impiannya, hal yang sangat mustahil baginya untuk terjadi.

Tidak berhenti di situ, Gil pun bertemu dengan banyak seniman lainnya, khususnya Ernest Hemingway, seorang penulis yang sangat ia sukai.

Dari sana, ia pun menjelajahi tahun tersebut bersama para seniman yang sejak dulu ia gemari.

Ia tak menyangka jika bisa bertemu dengan seniman Prancis legendaris yang sudah tidak ada di masa sekarang.

Setelah mengetahui bahwa malam di persimpangan jalan tersebut dapat membawanya ke tempat favortinya, ia selalu pergi ke sana, berharap bertemu dengan seniman legendaris lainnya yang dapat membantu kesuksesan tulisan yang sedang digarapnya.

Ia pun bertemu dengan Gertrude Stein, seorang penulis terkenal pada masa itu, dan mendapat penilaian dan ulasan akan tulisannya, sebuah hal yang sangat berharga baginya.

Setelah bertemu dengan Adriana, Gil pun merasa tertarik padanya. Berbeda dengan Inez yang kurang menghargainya, Adriana bisa mengerti dan memahami segala impian yang Gil utarakan.

Ia pun dapat memasuki masa La Belle Epoque pada 1890, masa saat Prancis diisi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan, tepatnya sebelum Perang Dunia I.

Pada akhir film, Gil pun harus membuat keputusan berat. Ia harus memilih zaman mana yang akan ia tinggali untuk seterusnya.

Apakah masa sekarang dan menjalani hidup bahagia dengan Inez atau menjalani hidup impiannya di masa lalu, masa kejayaan kesenian Prancis.

Ulasan Film Midnight in Paris (2011)

Terlihat jelas bahwa nilai seni dan kebudayaan Prancis sangat menonjol dalam film ini. Woody Allen mampu mengemas nilai-nilai tersebut dengan cara yang menarik dan tidak membosankan, bahkan menjadi sebuah unsur mengejutkan.

Penonton tidak mengira jika Woody Allen akan memasukkan seniman-seniman ikonik pada masanya.

Film ini seakan-akan ingin me-refresh kembali otak kita akan seniman-seniman legendaris tersebut.

Berikut adalah penjelasan singkat para seniman yang karakternya muncul dalam film tersebut, yaitu

  • Ernest Hemingway: Ia lah yang menciptakan suara Amerika modern dalam kesusastraan dengan rasa tangguh dan secara langsung. Ia pergi ke Paris, membawa kebebasan yang dimiliki untuk menciptakan karya-karyanya.
  • Gertrude Stein: Seorang kolektor seni dan penulis Amerika yang kaya dan mendominasi avant garde Paris pada zaman Picasso. Nama dan wajahnya pun dijadikan sebagai salah satu inspirasi lukisan karya Picasso.
  • Picasso dan Matisse: Mereka adalah dua seniman terbesar abad ke-20. Walaupun sama-sama legendaris, mereka memilki perbedaan. Picasso masih muda dan cenderung lebih intens dalam menghasilkan karya, sedangkan Matisse lebih seperti profesor yang sudah tua.
  • F. Scott Fitzgerald: Seorang penulis asal Prancis yag sangat tenar pada1920 berkat karya-karyanya. Salah satu karya yang membuatnya berada di posisi atas para penulis adalah novel berjudul Tender is the Night. Ia adalah kekasih dari Zelda.
Karakter seniman-seniman lain yang muncul dalam film tersebut adalah Djuna Barnes (penulis), T.S. Eliot (penyair), Josephine Baker (penari), Cole Porter (komposer dan penulis lagu), Man Ray (fotografer), Luis Buñuel (pembuat film), Salvador Dalí (seniman), Degas (seniman), Gauguin (seniman), dan Toulouse-Lautrec (seniman).

Dari banyaknya karakter seniman yang muncul, Woody Allen telah memberikan gambaran sempurna pada masa kejayaan kesenian tersebut.

Woody Allen pun menyempurnakannya dengan budaya dan latar Paris pada masa itu. Pesta-pesta malam masih ramai diadakan, dengan tamu-tamu terhormat yang dibaluti gaun dan setelan jas ala 1920-an. Suasana kota Paris di tahun tersebut pun tidak kalah hidupnya.

Tidak hanya dari seniman-seniman yang dimunculkan dalam film, karakter Gil sendiri pun membawa banyak pesan, baik pagi penulis lain maupun mereka yang tidak menghargai kesenian.

Dalam film tersebut, diperlihatkan bahwa Inez, teman-teman Inez, hingga kedua orang tuanya sedikit meremehkan kemampuan dan usaha Gil dalam merampungkan tulisan yang sedang ia kerjakan.

Mereka pun tidak menghargai Gil yang berusaha mencari ide-ide cemerlang yang bisa ia dapatkan melalui kota Paris itu.

Film ini seakan mengisyaratkan bahwa terkadang penulis kurang diapresiasi, khususnya di zaman sekarang ini. Usaha mereka cenderung diremehkan. Padahal, bagi mereka, menghasilkan karya dari sebuah ide cemerlang sangatlah susah untuk dilakukan.

Mereka akan merasa diapresiasi saat berkumpul dan berdiskusi dengan penulis lainnya atau penikmat seni atau sastra.

Secara keseluruhan, film Midnight in Paris adalah salah satu karya terbaik dari Woody Allen.

Ia mampu mengemas film yang mengandung banyak nilai dengan sangat rapi dan menarik, mulai dari nilai seni budaya, alur waktu, nasib penulis, hingga unsur romansa.

Baca juga artikel terkait MIDNIGHT IN PARIS atau tulisan lainnya dari Fatimah Mardiyah

tirto.id - Film
Kontributor: Fatimah Mardiyah
Penulis: Fatimah Mardiyah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari