tirto.id - Kekurangan gizi masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia. Padahal, kekurangan gizi bisa berdampak pada kesehatan tubuh dan menghambat terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, dan produktif.
Di negara berkembang seperti Indonesia, anak berusia 0-5 tahun (balita) merupakan kelompok usia yang rawan kekurangan gizi. Sementara itu, kekurangan gizi yang berlangsung dalam waktu lama (kronis) bisa berujung pada terjadinya stunting.
Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang bisa mempengaruhi fisik dan fungsi otak. Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tubuh lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan berpikir.
Stunting bisa menimbulkan dampak negatif pada kesehatan, seperti menghambat perkembangan otak dan berpotensi menyebabkan keterbelakangan mental. Stunting juga meningkatkan risiko terjangkit penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan juga obesitas.
Sehingga, asupan gizi seimbang untuk anak-anak harus terpenuhi sejak dini demi mencegah terjadinya stunting. Namun sebelum itu, perlu dipelajari lebih jauh mengenai faktor penyebab kekurangan gizi pada balita demi menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Penyebab Kekurangan Gizi pada Balita
Mengutip laman Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan, penyebab kekurangan gizi pada balita terdiri dari dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung:
Faktor langsung
Beberapa faktor langsung yang menjadi penyebab kekurangan gizi pada anak di antaranya,
1. Kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai
Porsi makanan yang terlalu sedikit bisa menyebabkan kekurangan gizi pada balita. Selain itu, kualitas atau kandungan nutrisi makanan juga sangat berpengaruh. Kekurangan gizi terjadi ketika kebutuhan makronutrien dan mikronutrien tidak terpenuhi dengan baik.
Makronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, contohnya karbohidrat, protein, dan lemak. Sementara mikronutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit, tapi tetap berperan penting bagi kesehatan, contohnya vitamin dan berbagai mineral.
2. Infeksi penyakit
Balita rentan mengalami infeksi penyakit, mulai dari diare, cacingan, cacar, influenza, dan masih banyak lagi. Penyakit infeksi seperti ini bisa mengganggu metabolisme maupun penyerapan gizi pada anak-anak. Tak hanya itu, balita yang sedang sakit cenderung tidak nafsu makan sehingga nutrisi yang masuk ke tubuhnya pun akan berkurang.
Infeksi dan kekurangan gizi sebenarnya memiliki hubungan timbal balik. Infeksi bisa menyebabkan kekurangan gizi, sementara kurang gizi juga dapat memicu infeksi dan membuat tubuh anak-anak kesulitan mengatasi penyakit yang dideritanya.
Faktor tidak langsung
Beberapa faktor tidak langsung yang menjadi penyebab kekurangan gizi pada anak di antaranya,
1. Ekonomi
Kemiskinan masih jadi salah satu faktor yang menyebabkan kekurangan gizi pada balita. Pendapatan orang tua yang rendah membuat sebuah keluarga kesulitan untuk menyediakan pangan dengan gizi seimbang sehingga balita hanya menyantap makanan seadanya.
2. Pola asuh
Dikutip dari laman UGM, kekurangan gizi bisa juga terjadi pada balita dari keluarga yang berkecukupan. Hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pola asuh orang tua yang akhirnya berpengaruh pada pola makan anak.
Tak sedikit orang tua yang menyerahkan pengasuhan anak pada orang lain yang kurang paham dengan gizi dan pola makan yang benar. Akibatnya, asupan nutrisi anak tidak terpenuhi dan bisa berujung pada kekurangan gizi.
3. Pendidikan/pengetahuan orang tua
Masih banyak orang tua yang belum paham pentingnya nutrisi dan bagaimana cara memenuhi asupan gizi seimbang pada balita. Sebagian orang tua juga masih malas mengikuti posyandu atau mendatangi fasilitas kesehatan sebagai upaya pemenuhan gizi bagi anak-anak mereka.
4. Sanitasi rumah
Sanitasi rumah yang buruk akan berpengaruh pada kualitas makanan. Makanan dapat tercemar kuman dan bakteri sehingga bisa menyebabkan infeksi penyakit pada balita.
Cara Mengatasi Kekurangan Gizi pada Balita
Laman resmi Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga cara untuk mengatasi kekurangan gizi pada balita. Ketiga cara tersebut meliputi:
1. Perbaikan pola makan
Memperbaiki pola makan berarti menyediakan makanan dengan gizi seimbang bagi anak-anak. Mengingat balita berada pada usia pertumbuhan, maka orang tua sebaiknya memperbanyak sumber protein, baik nabati maupun hewani.
Dalam satu porsi makan, dianjurkan agar setengahnya diisi dengan sayur dan buah. Setengahnya lagi diisi dengan sumber makronutrien dengan jumlah protein yang lebih banyak dari karbohidrat.
2. Perbaikan pola asuh
Perbaikan pola asuh dimulai dari edukasi tentang kehamilan, persalinan, hingga pengasuhan bayi. Orang tua, khususnya para ibu, harus paham pentingnya memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan.
Setelah 6 bulan, bayi wajib diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan gizi yang memadai. Namun, ASI tetap diberikan dan boleh lanjut hingga bayi berusia 2 tahun.
Tak hanya itu, bayi juga wajib mendapatkan imunisasi, baik melalui posyandu, puskesmas, atau fasilitas kesehatan lainnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bayi lebih tahan terhadap infeksi penyakit tertentu.
3. Perbaikan sanitasi dan akses air bersih
Kebersihan adalah kunci dari kesehatan. Menjaga sanitasi dan memastikan ketersediaan air bersih akan menurunkan risiko terjadinya infeksi penyakit pada anak-anak. Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun dan tidak buang air besar sembarangan.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari