tirto.id - Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) akan senantiasa berkembang seiring perkembangan zaman. Kemajuan IPTEK membantu memudahkan berbagai bentuk pekerjaan menjadi lebih ringkas.
Contohnya, jika dahulu orang melakukan transfer uang harus datang langsung ke bank, maka dengan majunya teknologi informasi membuat aktivitas tersebut bisa dikerjakan hanya dengan memanfaatkan aplikasi di ponsel pintar.
Perkembangan IPTEK telah memberikan sisi positif di berbagai aspek kehidupan. Bahkan, di tingkat nasional, sisi positif dirasakan pada bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hingga pertahanan dan keamanan.
Mengutip modul PPKn Kelas XII (2020), khususnya pada bidang sosial budaya, sisi positif IPTEK tampak pada urusan:
- Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan IPTEK untuk memproduksi potensi daerah setempat;
- Kebutuhan hidup yang tercapai dengan mudah seperti aktivitas jual beli online;
- Segala informasi di dunia mudah dijangkau dengan perkembangan IPTEK;
- Hubungan sosial antar masyarakat dapat dilakukan mudah seiring kemunculan sosial media seperti WhatsApp, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, Line dan lain-lain.
Faktor Penghambat Perkembangan IPTEK
Meski perkembangan IPTEK berlangsung cukup cepat, namun bukan berarti semua pihak bisa beradaptasi dengan mudah. Ada berbagai faktor yang dapat menghalangi IPTEK untuk diterapkan secara cepat. Hambatan ini datang dari sikap dan budaya masyarakat sendiri.
Mengutip buku Antropologi 2 (2009), berikut beberapa faktor yang menjadi kendala perkembangan IPTEK:
1. Hambatan budaya berkaitan perbedaan persepsi dan sudut pandang
IPTEK menjadi berjalan lambat saat muncul perbedaan persepsi dan sudut pandang dari suatu pihak. solusi dari hal ini untuk mempercepat alih teknologi dengan melalui pendidikan. Jalan pendidikan diambil dengan tujuan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya kemajuan dalam IPTEK.
Secara teori tampak mudah, namun pada praktiknya tidak gampang mengubah persepsi pada golongan tertentu. Misalnya pada masyarakat tradisional Jawa, sebagian masih beranggapan bahwa bersekolah hingga ke jenjang paling tinggi tidak terlalu penting bagi perempuan. Hal ini membuat proses penciptaan SDM yang melek IPTEK mengalami hambatan terutama untuk kaumperempuan.
2. Sikap tradisional yang berprasangka buruk pada inovasi baru
Tidak semua orang bisa menerima begitu saja pembaruan yang terjadi melalui IPTEK. Mereka menunjukkan sikap antipati dengan beranggapan semua hal baru memberi pengaruh buruk. Hal ini salah satunya terjadi karena adanya trauma pada masyarakat tradisional akibat pengaruh penjajahan di masa lalu.
Prasangka buruk ini yang menghambat proses alih teknologi. Akibatnya, Indonesia masih tertinggal jauh dari bangsa asing dalam urusan penguasaan IPTEK.
3. Etnosentris
Etnosentris adalah sikap memuliakan budaya sendiri secara berlebihan dan menganggap rendah kebudayaan asing. Sikap sombong ini membuat proses alih teknologi berjalan lambat. Masyarakat dengan sikap etnosentris merasa tidak memerlukan inovasi baru sehingga mereka memilih bertahan menggunakan kebudayaannya sendiri.
Bangga terhadap budaya sendiri memang perlu. Namun, di sisi lain, masyarakat juga tidak boleh berlebihan menyikapinya dengan menutup dari dari hadirnya budaya baru. Hal-hal positif dari budaya baru diserap, dan sisi negatifnya dibuang jauh-jauh.
4. Rendahnya etos kerja
Contoh dari rendahnya etos kerja yaitu sikap pasrah pada nasib, kurang disiplin, dan tidak mandiri. Ketiganya adalah hambatan untuk perkembangan IPTEK. Misalnya, sikap pasrah pada nasib membuat seseorang enggan untuk mempelajari hal-hal baru yang bisa meningkatkan kompetensi dirinya.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yantina Debora