tirto.id - Telah terjadi gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter di Fukushima, Jepang pada Sabtu, 13 Februari 2021. Meskipun diberitakan oleh kantor berita Kyoto ada lebih dari 100 orang menderita luka-luka, namun sampai saat ini belum ada laporan korban jiwa akibat gempa tersebut.
Kendati demikian, juru bicara pemerintah Katsunobi Kuto menyatakan, sekitar 950 ribu rumah rusak. Selain itu, seperti dilansir Washington Pos, gempa bumi tersebut juga menyebabkan pemadaman listrik di Tokyo.
Menanggapi gempa tersebut, Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pernah terjadi gempa besar di Jepang, yakni dengan magnitudo 9,0 yang memicu tsunami dahsyat.
Bahkan, kata Daryono, bencana alam pada 11 Maret 2011 itu menelan korban jiwa lebih dari 18.000 orang meninggal.
Namun, meskipun gempa 13 Februari 2021 itu berpusat di laut, tetapi tidak berpotensi tsunami karena kedalaman hiposenternya mendekati intermediate (menengah), yaitu sekitar 54 km.
"Karena magnitudo gempa yang cukup besar dengan hiposenternya yang relatif 'dalam' menyebabkan spektrum guncangan kuat yang ditimbulkan melanda wilayah yang luas mencapai Kota Tokyo," kata Daryono lewat keterangan tertulis yang diterima Tirto, Minggu, 14 Februari 2021.
Ia bilang, fenomena ini cukup menakjubkan. Sebab, dampak gempa magnitudo 7,1 ini hanya menimbulkan kerusakan ringan karena seluruh bangunan di Jepang saat ini sudah desain sesuai dengan aturan bangunan tahan gempa yang diberlakukan oleh pemerintah.
"Selain menimbulkan kerusakan ringan dan listrik padam, gempa ini memicu longsoran, dan menyebabkan 100 orang menderita luka-luka. Patut disyukuri, tidak ada korban meninggal dalam peristiwa gempa besar ini," ungkap Daryono.
Menurut dia, gempa magnitudo 7,1 tadi malam masih merupakan rangkaian gempa susulan (aftershocks) dari gempa utama 11 Maret 2011 yang memicu tsunami dahsyat. Ia mengatakan, gempa ini ibarat menuntaskan urusan yang belum selesai secara keseluruhan saat peristiwa gempa besar pada tahun 2011
"Setelah terjadi deformasi yang hebat di zona megathrust pada 11 maret 2011 tampaknya pada bagian slab lempeng yang menunjam lebih dalam, masih menyimpan medan tegangan yang terakumulasi dan belum rilis sehingga baru dilepaskan dalam bentuk gempa besar tadi malam," kata dia.
Ia mengatakan, aftershocks tidak dapat dibatasi secara sempit dalam waktu yang relatif singkat pasca-gempa kuat, tetapi proses membangun kesetimbangan medan tegangan di zona gempa dapat memakan waktu yang cukup lama.
"Saat terjadi gempa tadi malam, sistem peringatan dini gempa (earthquake early warning system – EEWS) yang dioperasikan di Jepang dapat bekerja dengan baik dengan tujuan untuk mengurangi risiko gempa baik untuk evakuasi dan respons instrumen," pungkas Daryono.
Editor: Agung DH