tirto.id - Daging sapi Australia sedang mengalami penyusutan harga di pasaran Indonesia belakangan ini. Harga daging sapi Australia cukup tinggi karena kualitasnya dibandingkan daging sapi pada umumnya.
Tekstur dagingnya lembut dan proses pembuatannya yang relatif lebih singkat membuat daging sapi Australia cukup laris di pasaran.
Peternak sapi di Australia menggunakan metode grass fed yaitu pakan rumput dan biji-bijian, sehingga daging sapi yang dihasilkan lebih rendah lemak dan kolesterol, dengan jumlah kalori yang lebih kecil.
Selain itu, Australia dikenal menggunakan NLIS atau Identifikasi Ternak Nasional yaitu sistem pelacakan ternak yang mendukung keamanan hayati, pangan, integritas produk, hingga akses pasar.
Mereka menerapkan sistem teknologi pelacakan dengan memasang chip pada setiap telinga sapi, sehingga bisa menelusuri pergerakan lemak ternak, mulai dari lahir sampai dipotong sehingga terjamin sistem keamanan pangannya.
Namun, saat ini peternak sapi sedang mengalami masa sulit karena harga daging sapi sedang anjlok. Akibatnya para peternak lebih memilih mempertahankan stok ternaknya dan dijual pada saat harga pasar sudah kembali normal.
Fakta-fakta Harga Daging Sapi Australia Anjlok
Daging sapi Australia memiliki daya tarik tinggi di pasaran Indonesia, sehingga anjloknya harga daging sapi menjadi kabar gembira bagi konsumen. Walaupun hal ini cukup membuat ketar-ketir peternak sapi.
Merujuk pada laman Trading Economics Australia, berikut fakta-fakta harga daging sapi yang saat ini mengalami penurunan harga:
- Impor daging dan olahan daging sapi Australia meningkat dari 85 AUD juta menjadi 109 AUD juta pada bulan April - Mei 2023;
- Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi tinggi daging sapi Australia;
- Pada bulan Juli 2023 harga sapi mengalami banting harga hingga 20-30 persen dari harga normalnya di pasaran;
- Jumlah ekspor daging sapi mengalami naik turun, kira-kira setengah dibandingkan tahun sebelumnya;
- Pada Mei 2023, Indonesia mengalami peningkatan impor daging sapi Australia dari 384164.87 menjadi 472391.49;
- Turunnya permintaan untuk ekspor ternak di wilayah Utara juga berdampak pada peternak Kimberley karena wilayah tersebut baru pulih pasca bencana banjir pada awal tahun.
Penulis: Wulandari
Editor: Alexander Haryanto