tirto.id - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Rieke Diah Pitaloka memprotes film dokumenter tentang kedatangan Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdurrahman as-Saud ke Indonesia pada tahun 1970 karena film itu tidak menyinggung peran Presiden Soekarno, tetapi lebih menonjolkan pertemuan antara Faisal dan Presiden Soeharto.
Terkait dengan itu, Wakil Ketua DPR RI bidang kesejahteraan rakyat (KORKESRA) Fahri Hamzah menjawab protes Rieke. Fahri menuturkan bahwa kendala data yang sulit diakses juga menjadi masalah dalam menggarap film.
Lebih lanjut Fahri mengatakan bahwa pihak DPR sudah menyiapkan video dari berbagai kumpulan arsip nasional. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa keterbatasan akses yang dimiliki DPR menjadi sebab video kunjungan Raja Faisal hanya menampilkan pertemuan Raja Faisal dengan Soeharto.
Memang pada kenyataannya, video yang ditampilkan kemarin hari Kamis (2/3) di ruang sidang paripurna I hanya menampilkan sambutan Soeharto kepada Raja Faisal. Tidak sedikit pun video yang ditayangkan menyinggung soal Soekarno dan kiprahnya terhadap negeri Saudi Arabia.
“Karena itu ‘kan dari masa Raja Faisal tahun 1970, Bung Karno sudah tidak jadi presiden. Harusnya film dokumenter itu adanya di Istana (Negara) kalau yang mau ada Bung Karno-nya, karena film dokumenter versi Istana. Ya ini kreatif-kreatifnya DPR juga lah. Kita ‘kan nyari sendiri barang [arsip] ini, bos. Istana punya semua aparatur untuk bikin film, jangan cemburu dong. Kita ‘kan murah meriah ini,” pungkas Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/3/2017).
Sebelumnya, Rieke Diah Pitaloka dari Komisi VI DPR fraksi PDIP menyatakan kekecewaannya terhadap penayangan video yang berdurasi kira-kira 3 menit itu. Ia berpendapat bahwa seharusnya video tersebut juga menceritakan kiprah mantan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
“Yang saya agak kecewa tidak ada cerita tentang Soekarno ya. Seperti terputus begitu. Padahal ada arsip ataupun dokumen tentang kerja sama yang sudah lama banget,” ujar Rieke setelah menyaksikan video yang diputar oleh DPR.
Rieke kecewa lantaran peran Soekarno cukup intens pada masa kepemimpinannya. Salah satunya adalah kunjungan Soekarno dengan membawa pohon ke Saudi Arabia tahun 1955. Pohon tersebut ditanam di Padang Arafah, tempat jemaat haji berkumpul untuk melaksanakan ibadah haji. Rieke juga menilai bahwa Soekarno telah memberikan andil pada renovasi Masjidil Haram (sebuah masjid yang berlokasi di pusat kota Mekkah).
"Tentang bagaimana seorang Soekarno memberikan sumbangsih arsitekturalnya terhadap renovasi Masjidil Haram misalnya. Kemudian beliau juga yang membawa pohon untuk penghijauan di Arafah,” kata Rieke.
Hubungan Soekarno dengan Saudi Arabia memang bisa dibilang cukup berkesan. Terbukti bahwa pada kunjungan Raja Salman bin Abdul Azis Al-Saud pada 1 Maret 2017 di Istana Negara, Raja Saudi tersebut langsung menanyakan tentang cucu Soekarno, Puan Maharani, anak dari mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
“Nah, Bung Karno saat itu selaku arsitek membuat tempat tidur khusus untuk Raja,” pungkas Puan saat menceritakan kembali perkataan Raja Salman kepadanya pada Kamis (2/3).
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto