tirto.id - Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyampaikan bahwa kapasitas terpasang energi baru dan energi terbarukan (EBET) dalam sistem ketenagalistrikan nasional baru mencapai 14,4 persen per Oktober 2025.
Angka ini masih jauh dari target bauran EBET yang ditetapkan dalam Pereturan Pemerintah (PP) nomor 40 tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yakni di kisaran 19-23 persen hingga 2030. Padahal, target bauran EBET tersebut telah direvisi dari sebelumnya sebesar 23 persen pada 2025.
Tri mengungkapkan bahwa sulitnya mengerek bauran EBET disebabkan lamanya durasi pembangunan PLTA di wilayah pedalaman serta panas bumi yang membutuhkan eksplorasi penuh risiko di kawasan hutan.
"Serta PLTS yang pembangunannya cepat, namun bersifat intermittent dan sangat tergantung pada cuaca dan turbin, angin yang produksi listriknya masih tergantung pada kecepatan angin," ungkap Tri dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Jumat (14/11/2025).
Indonesia, menurut Tri, memiliki sumber daya EBT yang besar, namun masih memerlukan percepatan untuk dapat berdiri sejajar dengan negara-negara maju yang telah mengembangkan EBT dalam rangka menuju transisi energi.
"Struktur dalam sistem pembangkit kita masih menunjukkan ketergantungan pada energi fosil, khususnya batu bara, yang hingga kini masih menjadi andalan baseload pembangkit beban dasar yang beroperasi 24 jam untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional," pungkasnya.
Penulis: Natania Longdong
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































