tirto.id - Sejumlah komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam di tengah wabah virus corona atau 2019-nCoV di Januari 2020.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati yang salah satu produknya adalah crude palm oil (CPO) atau minyak sawit.
Nilainya anjlok 65,58 persen secara month to month (mtm) menjadi 127,511 juta dolar AS dari realiasi Desember 2019 senilai 370,452 juta dolar AS.
Dibandingkan nilai pada Januari 2019, nilainya turun 52,66 persen secara year on year. Pada Januari 2019 nilainya sempat menyentuh 269,380 juta dolar AS.
Penurunan lain juga dialami golongan HS 26 yaitu bijih, terak, dan abu logam. Nilainya anjlok 75,81 persen secara mtom menjadi 68,852 juta dolar AS. Dibandingkan dengan Januari 2019, nilainya anjlok 42,53 persen.
Selain komoditas, importasi lain seperti golongan HS 03 ikan dan udang turun 36,46 persen secara mtm. Nilainya per Januari 2020 menjadi 53,372 juta dolar AS. Lalu bahan kimia organil juga turun 28,27 persen mtm sehingga nilainya menjadi 40,431 juta dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan sejumlah penurunan itu bisa jadi dipengaruhi oleh virus Corona.
Hanya saja, ia memperkirakan gangguan ini berada di pekan-pekan akhir Januari 2020 sehingga efek Corona tidak terlalu tampak pada kinerja ekspor-impor Indonesia-Cina.
“Pengaruhnya ada tapi tidak terlihat signifikan di Januari 2020,” ucap Suhariyanto di kantornya, Senin (17/2/2020).
Sementara itu bagi golongan bijih, Suhariyanto memperkirakan hal itu terkait pengaruh larangan ekspor nikel yang berlaku efektif di Januari 2020.
Dari sisi impor, penurunan terbesar terjadi pada komoditas buah-buahan. Nilainya turun 78,88 persen secara mtm dari 160,4 juta dolar AS menjadi 33,9 juta dolar AS.
Lalu penurunan kedua terjadi bagi besi dan baja (HS 72) sebanyak 10,97 persen. Dari 164,5 juta dolar AS menjadi 146,5 juta dolar AS.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana