tirto.id - Microsoft (MSFT.O) mengumumkan akan kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 6.000 karyawan di berbagai tingkatan dan wilayah. Keputusan pemberhentian sekitar 3 persen dari total karyawan ini sejalan dengan upaya efisiensi biaya yang sebelumnya diputuskan bakal digunakan untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), dengan investasi miliaran dolar Amerika Serikat (AS).
PHK ini menjadi yang terbesar setelah pada 2023 lalu raksasa teknologi tersebut pernah menempuh kebijakan serupa, dengan jumlah karyawan terdampak mencapai 10.000 karyawan.
"Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan dengan sebaik-baiknya agar sukses di pasar yang dinamis," kata juru bicara Microsoft melalui surat, seperti dikutip Reuters, Kamis (15/5/2025).
Sebeagai informasi, Microsoft telah mengalokasikan 80 miliar dolar AS untuk belanja modal dalam tahun fiskal 2025, dengan sebagian besar ditujukan untuk memperluas pusat data guna mengurangi hambatan kapasitas untuk layanan kecerdasan buatan. Analis D.A. Davidson Gil Luria mengatakan, keputusan PHK ini menunjukkan bahwa Microsoft 'sangat cermat' dalam mengelola tekanan margin yang diciptakan oleh peningkatan investasi AI-nya.
"Kami percaya bahwa setiap tahun Microsoft berinvestasi pada level saat ini, mereka perlu mengurangi jumlah karyawan setidaknya 10.000 untuk menutupi tingkat depresiasi yang lebih tinggi karena belanja modal mereka," katanya.
Sementara itu, perusahaan yang memiliki 228.000 pekerja itu secara teratur menggunakan PHK untuk memprioritaskan staf di area fokus utamanya sejak Juni 2024. Meski begitu, PHK yang diputuskan pada Selasa (13/5/2025) ini tidak berhubungan dengan turunnya kinerja keuangan perusahaan, karena beberapa minggu sebelumnya Microsoft melaporkan pertumbuhan kinerja bisnis yang lebih kuat dari perkiraan dalam bisnis komputasi awan Azure.
Namun demikian, biaya penskalaan infrastruktur AI-nya telah membebani profitabilitas, dengan margin Microsoft Cloud menyempit menjadi 69 persen pada kuartal Maret dari 72 persen tahun lalu.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































