tirto.id - Kecemasan merupakan suatu istilah untuk menggambarkan kondisi terhadap adanya gangguan psikologis manusia. Rasa cemas bisa dialami oleh siapa saja jika sedang dalam kondisi tidak stabil, baik secara emosi maupun suasana hati.
Penyebab munculnya kecemasan tidak bisa diprediksi secara pasti. Rasa cemas muncul dari berbagai kombinasi dan faktor-faktor emosi seseorang. Salah satunya disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut yang kemudian dapat mengubah alur komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak.
Setiap orang yang mengalami kecemasan harus bisa mengendalikan diri untuk mengembalikan emosi menjadi stabil kembali. Apabila rasa cemas terus meningkat dan menjadikannya berlebihan bahkan menimbulkan rasa takut, kecemasan justru dapat mengganggu kesehatan Anda.
Kecemasan dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Dampak dari kecemasan juga bisa berlangsung dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang.
Dilansir Medical News Today, orang yang sedang mengalami kecemasan berlebihan akan mengalami beberapa gejala seperti merasa gugup, tegang, takut, serangan panik, detak jantung yang cepat, bernapas cepat, atau hiperventilasi, berkeringat, gemetar, kelelahan, kelemahan, pusing, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan tidur, mual, masalah pencernaan, merasa terlalu dingin atau terlalu panas, dan juga sakit pada bagian dada.
Semenara itu menurut Healthline, ada beberapa jenis gangguan kecemasan yang dirasakan manusia diantaranya gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, gangguan stres pasca-trauma, Obsesif-kompulsif, fobia, dan juga, kecemasan karena dalam kondisi panik.
Gangguan-gangguan tersebut apabila dibiarkan akan dapat mengganggu kesehatan tubuh di antaranya:
1. Mengganggu Imunitas Tubuh
Rasa cemas yang dialami dalam jangka pendek dapat meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap kondisi saat ini. Namun, apabila kecemasan terjadi dalam kurung waktu yang lama justru dapat merusak imunitas dan sistem kekebalan tubuh manusia.
Kondisi ini dikarenakan hormon kortisol melakukan pencegahan proses pelepasan zat yang menyebabkan peradangan, dan mematikan aspek sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi.
2. Mengganggu Respons Sistem Kardiovaskular
Kecemasan dapat menyebabkan perubahan pada detak jantung dan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Pada kondisi ini jantung akan berdetak lebih cepat yang juga dibarengi dengan peningkatan aliran darah yang membawa oksigen segar dan nutrisi ke otot.
Percepatan peningkatan aliran darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, dan keadaan ini disebut vasokonstriksi. Orang yang mengalami vasokonstriksi akan mengalami peningkatan suhu tubuh dan membuat tubuh melakukan respons dengan mengeluarkan keringat dingin. Orang yang sering mengalami kecemasan dapat menaikan risiko terserang penyakit jantung.
3. Mengganggu Pola Pernapasan
Orang yang sedang mengalami kecemasan memungkinkan mengalami kondisi pernafasan yang semakin cepat dan dangkal, yang disebut dengan hiperventilasi.
Gangguan hiperventilasi dapat membuat paru-paru bekerja lebih keras untuk mengambil lebih banyak oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh dengan cepat. Penyerapan oksigen ini dilakukan untuk membuat tubuh kembali normal dari rasa lelah karena pernafasan yang tidak stabil. Adapun gelaja hiperventilasi di antaranya pusing, merasa lemah, perasaan geli, dan kelelahan
4. Mengganggu Fungsi Pencernaan
Kecemasan akan membuat adrenalin dalam tubuh meningkat yang justru dalam kondisi tersebut dapat mengurangi aliran darah dan dapat melemaskan otot-otot perut untuk bekerja mencerna makanan. Melemahnya kinerja otot perut dapat menyebabkan seseorang menjadi mual, diare, dan perasaan bahwa perutnya bergejolak, bahkan kehilangan nafsu makan.
5. Mengganggu Pola Buang Air Kecil.
Kecemasan dan stres yang berlebihan dapat meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil. Produksi buang air kecil yang meningkat biasanya terjadi pada orang yang mengalami kecemasan karena fobia.
Penulis: Cornelia Agata Wiji Setianingrum
Editor: Iswara N Raditya