tirto.id - Kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Bahkan, pada tahun 2018, WHO menyebutkan kanker berkontribusi atas kematian 9,6 juta jiwa di dunia. Angka ini membuat kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung.
Indonesia sendiri berada di urutan ke-8 dengan kasus kanker tertinggi di Asia Tenggara. Sementara di Asia, Indonesia menduduki peringkat ke-23. Data terakhir Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan kasus penderita kanker di Indonesia mencapai 136 kasus per 100.000 penduduk.
Kanker disebabkan adanya pembelahan sel abnormal. Penderita kanker memiliki kondisi di mana sel-selnya membelah tanpa terkendali, tidak seperti jaringan normal. Dikutip dari Chemocare pada sel normal, ada suatu mekanisme yang disebut sebagai "penghambatan kontak" yakni di mana sel-sel akan berhenti membelah ketika bersentuhan dengan sejenisnya. Pada kasus kanker selnya kehilangan kemampuan ini.
Metode penyembuhan kanker beragam, tergantung dengan tingkat keparahannya. Salah satu prosedur penyembuhan penyakit ini adalah kemoterapi. Kemoterapi bekerja dengan membunuh sel kanker dan menghentikan pembelahannya. Pengobatan ini menghilangkan sumber makanan sel kanker seperti enzim dan hormon untuk membuatnya kelaparan. Terapi ini juga memicu apoptosis atau istilah dari "bunuh diri" sel kanker.
Dalam kemoterapi, obat tidak hanya diberikan melalui infus, tetapi juga lewat krim atau gel yang dioleskan di permukaan kulit, obat telan (pil, kapsul, atau obat cair), serta melalui injeksi di paha, pinggul, atau kaki.
Karena kerjanya dinilai kuat, banyak ilmuwan yang mengkhawatirkan terapi ini. Ada kemungkinan obat yang digunakan tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga sel sehat. Ini mengapa kemoterapi memiliki efek samping yang parah. Namun, ketika dokter merekomendasikan kemoterapi pada pasiennya, ini berarti manfaatnya lebih besar daripada efek samping yang ditimbulkan.
Efek samping kemoterapi akan berbeda-beda bagi tiap penderitanya. Ada beberapa efek samping kemoterapi yang paling umum seperti berikut ini.
- Mual dan muntah
- Rambut rontok
Pasien kemoterapi biasanya akan mengalami kerontokan rambut beberapa minggu setelah kemoterapi dimulai. Untuk mengurangi kerontokan, dokter biasanya menyarankan pasien untuk menggunakan topi khusus selama terapi.
- Kulit kering
- Mucositis
Mucositis oral dapat menebabkan luka dan sariawan di mulut. Luka ini menyebabkan penderitanya kesulitan makan maupun berbicara. Selain itu mucositis juga dapat menyebabkan diare, infeksi, dan pendarahan.
- Penurunan kesuburan
- Masalah kesehatan mental
Para ilmuwan juga mengatakan kemoterapi dapat menyebabkan kesulitan penalaran, pengorganisasian, dan kemampuan multitasking. Selain itu kemoterapi juga menyebabkan perubahan suasana hati dan depresi.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dipna Videlia Putsanra