tirto.id - Eskalasi konflik di negara-negara Afrika pada beberapa tahun terakhir meningkat. Selain teror dari kelompok Boko Haram di Nigeria, perompak di Somalia, perang sipil di Sudan Selatan membuat kondisi benua itu makin tak pasti.
Konflik terbaru terjadi di Republik Afrika Tengah yang mengakibatkan sedikitnya 22 orang tewas. Bentrok antar kelompok bersenjata Fulani dan petempur di Zemio, Republik Afrika Tengah bagian selatan dimulai sejak Rabu (28/6/2017) dan masih terus berlanjut hingga Jumat (30/6/2017).
Tiga belas dari 14 kelompok bersenjata Afrika Tengah menandatangani kesepakatan damai pada Juni, untuk mengajukan gencatan senjata, tapi kekerasan masih berlanjut. Selain kelompok bersenjata dalam negeri, negara ini selama beberapa dasawarsa juga telah menghadapi kekerasan dari kelompok pemberontak asal Chad, Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Menurut laporan Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Jumat (30/6), sekitar 1.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan yang ada di negara itu.
Namun, bukan hanya negara-negara Afrika saja yang menghadapi konflik. Negara-negara di Asia, khususnya Timur Tengah seperti Irak, Afganistan dan Suriah juga dicabik-cabik konflik. Ketiga negara itu nyaris hancur karena perang dan kekerasan domestik seperti teroris, kelompok separatis, dan fundamentalis. Berdasarkan laporan dari Global Peace Index, sebuah survey yang mengukur tingkat keamanan sebuah negara, Irak, Afganistan dan Suriah menempati tempat paling buncit dalam standar keamanan dan perdamaian di dunia.
Sementara itu, di sisi lain ada pula negara yang sangat damai dan nyaris tak memiliki masalah domestik. Masih dari Global Peace Index, beberapa negara memiliki rasio konflik dalam negeri yang rendah, mereka juga tidak terlibat perseteruan di kancah internasional, dan tingkat kejahatanya rendah. Setidaknya ada 10 negara yang dinobatkan sebagai negara paling damai di dunia. Label ini didapat selain faktor keamanan juga kepercayaan publik terhadap keselamatan di ruang umum.
Laporan dari Global Peace Index menghasilkan peringkat dari 163 negara yang diukur berdasarkan kriteria. Pada tahun ini 93 negara telah menjadi lebih baik, sementara 68 negara lainnya turun, secara umum indeks perdamaian dunia sedikit naik 0,28 persen secara global. Namun angka ini bisa semakin turun jika serangan teror yang terjadi di negara-negara Eropa atau konflik berkepanjangan di timur tengah tetap terjadi.
Global Peace Index merupakan produk susunan dari lembaga riset Australia The Institute for Economics and Peace. Meski tahun ini indeks perdamaian dunia naik, namun sejak 10 tahun terakhir dunia mengalami penurunan indeks perdamaian sebesar 2,14 persen dibandingkan kondisi 2008. Sementara jarak antara negara paling damai dan negara paling tidak damai semakin melebar. Perang dan ketidakstabilan keamanan membuat kondisi negara menjadi buruk. Pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur tidak bisa diakses, ini yang kemudian membuat skor perdamaian negara-negara di Timur Tengah dan Afrika menjadi rendah.
Dalam laporan Global Peace Index, negara paling damai di dunia adalah Islandia. Negara ini memegang gelar ini sejak 2008. Negara lain yang saling bersaing dengan Islandia adalah Selandia Baru, Portugal, Austria, dan Denmark. Eropa jelas menjadi daerah yang relatif paling damai di dunia, delapan dari 10 negara paling damai di dunia ada di benua ini. Sebanyak 23 dari 36 negara yang ada di Eropa mengalami perbaikan kualitas perdamaian, meski ada negara yang mengalami serangan teroris seperti Belgia dan Perancis, serta konflik seperti Ukraina dan Rusia.
Baca Juga: Mencari Jalan dari Peta Konflik Dunia
Portugal mengalami perbaikan kondisi dan menjadi negara nomor tiga paling damai di dunia. Hal ini jauh lebih baik dari lima tahun lalu saat ia berada di peringkat ke-16. Perbaikan ini terjadi karena penghentian impor senjata dan penanganan demonstrasi yang tak lagi menggunakan pendekatan kekerasan. Denmark turun dari posisi kedua karena meningkatnya terorisme dan penanganan terhadap para imigran serta relasinya dengan negara tetangga.
Perubahan yang terjadi di negara-negara Amerika Selatan. Perbaikan keamanan dan keselamatan regional di negara-negara seperti Guyana, Argentina, Peru, dan Paraguay membuat regional ini memiliki skor baik dalam indeks perdamaian dunia. Meski masih ada konflik di Venezuela yang saat ini masih bertikai antara pemerintah dan oposisi.
Di sisi lain Kanada, negara dengan keamanan regional yang relatif baik meski diserang teroris, masih menjadi destinasi favorit imigran timur tengah. Atas upaya mereka menjamin stabilitas negara, Global Peace Index memasukan negara ini sebagai negara paling damai di peringkat ke delapan.
Middle East and Africa (MENA) atau Afrika dan Timur Tengah menjadi negara yang paling rawan konflik di dunia sejak lima tahun terakhir. Arab Saudi menjadi negara yang masuk dalam kriteria tidak damai karena ikut campur dalam konflik Suriah dan Yaman. Selain Saudi adapula Libya yang memang sejak tiga tahun terakhir masuk negara berbahaya karena konflik dalam negeri. Sementara Suriah dan Irak yang berangsur-angsur membaik menghadapi ISIS.
PBB mencatat Turki merupakan negara yang paling banyak menampung para pengungsi dari Suriah. Tercatat pada awal Maret lalu disebutkan ada 2.748.367 yang mencari suaka di negara itu. Negara kedua terbanyak yang menampung pengungsi Suriah adalah Lebanon sebanyak 1.500.000 pengungsi per Desember 2015. Pengungsi dan pencari suaka menjadi salah satu variabel lain yang membuat sebuah negara menjadi aman atau tidak.
Dua negara Eropa yang menampung pengungsi Suriah paling banyak adalah Jerman, sebanyak 484.000 pengungsi dan Yunani ada 496.119 pengungsi. Angka itu akan terus bertambah mengingat Jerman berencana akan menampung 306.703 pengungsi lagi secara bertahap. Demonstrasi, kekerasan, dan penyerangan terhadap imigran membuat negara seperti Inggris dan Jerman menurun skornya dalam daftar negara paling damai di Eropa.
Dalam laporan tersebut disebutkan Indonesia mencatat penurunan skor terbesar, turun 10 peringkat jadi peringkat ke-52 di dunia. Indonesia dianggap tidak stabil dan punya potensi kekerasan yang tinggi, konflik dalam negeri, kekerasan berbasis sektarian, dan juga kebencian ras menjadi alasan.
Global Peace Index mencatat meningkatnya ketegangan antara kelompok mayoritas dengan minoritas agama membuat Indonesia berada di peringkat 10 di Asia Pasifik atau di bawah satu tingkat dengan Korea Selatan yang jelas-jelas sedang berkonflik dengan tetangganya Korea Utara. Capaian buruk ini tentu harus jadi catatan bagi Indonesia.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Suhendra