tirto.id - Bentrok antar kelompok selama beberapa hari di sebuah kota wilayah tenggara Republik Afrika Tengah mengakibatkan sedikitnya 22 orang tewas.
Bentrok antar kelompok bersenjata Fulani dan petempur di Zemio, Republik Afrika Tengah bagian selatan dimulai sejak Rabu (28/6/2017) dan masih terus berlanjut hingga Jumat (30/6).
Sampai saat ini belum diketahui secara jelas pemicu dari konflik pekan ini. Para petempur Fulani diyakini memiliki hubungan dengan Persatuan Damai Republik Afrika Tengah (UPC), sebuah kelompok bagian koalisi pemberontak Seleka yang saat ini telah dibubarkan.
"Hingga 28 Juni terdapat 22 orang tewas, namun jumlahnya dapat bertambah, serta beberapa orang lain yang terjebak dan terbakar di dalam rumah," kata anggota parlemen Dalou Wamboli dikutip dari Antara, Sabtu (1/7).
Selama kekerasan terjadi, Wamboli tetap berhubungan dengan konstituen di Zemio, hingga akhirnya sambungan telepon terputus. Ia kemudian mendatangi para penduduk yang melarikan diri ke kota tetangga, yang masih memiliki sambungan telepon.
Sementara itu, seorang wartawan dari Zemio bernama Albert Stanislas Koumbobacko, yang juga berhubungan melalui telepon bersama warga yang melarikan diri, memastikan bahwa korban tewas dalam konflik itu berjumlah 22 orang.
Menurut laporan Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Jumat, sekitar 1.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan minggu ini.
"Banyak yang mencari perlindungan di sebuah gereja Katolik di kota tersebut, sementara sekitar 66 orang mencari perlindungan di sekitar kamp UNHCR. Di antara mereka terdapat wanita dan anak-anak yang khawatir akan keberlangsungan kehidupan mereka," katanya dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara misi penjaga perdamaian PBB, MINUSCA mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim pasukan tambahan ke daerah itu, namun mereka tidak memiliki informasi tentang jumlah korban jiwa.
Tiga belas dari 14 kelompok bersenjata Afrika Tengah menandatangani kesepakatan damai pada bulan ini, untuk mengajukan gencatan senjata, namun kekerasan masih berlanjut.
Selain kelompok bersenjata dalam negeri, negara ini selama beberapa dasawarsa juga telah menghadapi kekerasan dari kelompok pemberontak asal Chad, Sudan dan Republik Demokratik Kongo.
Untuk diketahui, setidaknya ada ribuan orang tewas dan seperlima warga Afrika Tengah melarikan diri dari rumah mereka dalam konflik yang terjadi setelah pemberontak Seleka menggulingkan Presiden Francois Bozize pada 2013 lalu, konflik ini juga memancing reaksi dari petempur anti-Balaka.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto