tirto.id - Pada 4 Agustus 2020, sebuah ledakan besar terjadi di Beirut, Lebanon waktu setempat di daerah pelabuhan. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 70 orang dan melukai 3.000 orang.
Ledakan tersebut dapat terdengar serta dirasakan getarannya hingga Siprus, lebih dari 200 kilometer (180 mil) jauhnya, melintasi Mediterania. Diperkirakan ledakan tersebut menyebabkan gempa berkekuatan magnitudo 3,5 menurut pusat geosains Jerman GFZ.
Menteri Dalam Negeri Lebanon mengatakan tampaknya ada sejumlah besar amonium nitrat di pelabuhan yang menyebabkan ledakan. Dikutip dari AP News, Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal, ledakan itu disebabkan oleh lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014.
Saksi melihat awan oranye saat ledakan. Warna awan bisa jadi menandakan gas nitrogen dioksida beracun yang dilepaskan saat ledakan karena nitrat.
Kejadian ini tak luput dari pengamatan penganut teori konspirasi. Mereka berspekulasi bahwa ledakan tersebut bukan disebabkan oleh ammonium nitrat, melainkan akibat serangan rudal. Sebuah unggahan oleh akun Facebook Johnel El Yisrael (arsip), misalnya, mengunggah komentar: “Sudah kubilang ada rudal. Lihat rekaman di film negatif .. Itu peperangan bukan kecelakaan ...”
Catatan singkat, video yang beredar tersebut memang menunjukkan sebuah titik putih menuju pusat asap, dan kemudian, ledakan terjadi.
Unggahan serupa juga ditemukan di akun Instagram @teluriyun pada 7 Agustus (arsip). Deskripsi video tersebut sebagai berikut: "Rekaman kamera infrared menunjukkan adanya hantaman rudal dari langit tepat sebelum ledakan dahsyat terjadi di Beirut, Libanon. Benarkah zionis Israel pelakunya? Wallahua'lam”.
Lantas, bagaimana kejadian yang sebenarnya?
Penelusuran Fakta
Video yang menunjukkan adanya rudal yang menghantam Beirut lewat film negatif dan menyebabkan ledakan merupakan video yang telah mengalami proses edit. Hany Farid, profesor ahli digital forensik di California University, Barkeley menegaskan hal ini pada lembaga pemeriksa fakta, Lead Stories. Farid menjelaskan bagaimana video tersebut direkayasa:
"Jika Anda menyaksikan video tersebut frame by frame, Anda akan melihat beberapa hal dengan jelas. Pertama, pada detik ke 00:08, rudal menghilang dari pandangan, jauh sebelum ledakan. Kedua, tidak ada gerakan buram pada rudal yang seharusnya terjadi jika rudal menghantam dengan kecepatan seperti itu. Kemudian, rudal tampak identik pada tiap frame seperti disalin dan ditempel mentah-mentah pada tiap frame video.”
Video rekayasa ini juga dicek oleh AFP lewat aplikasi InVid yang dapat memisahkan video frame by frame. Sama seperti Lead Stories, AFP juga menemukan hal serupa. Melalui aplikasi tersebut tampak bahwa rudal dalam video editan itu menghilang beberapa saat sebelum menghantam target.
Sementara itu, video lain yang diunggah oleh SNN misalnya, tidak menunjukkan adanya rudal yang menghantam titik ledakan. Video lain yang disebarkan banyak warganet di media sosial tidak menunjukkan adanya rudal atau bom sebelum terjadi ledakan.
Informasi lainnya terkait ledakan Beirut yang diklaim disebabkan reaksi nuklir juga telah dibuktikan oleh AFP sebagai informasi yang menyesatkan.
Kesimpulan
Informasi yang menyatakan bahwa ledakan Beirut disebabkan oleh serangan rudal merupakan informasi yang salah dan menyesatkan (false & misleading).
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara