tirto.id - Saat Agresi Militer Belanda I dilancarkan pada pertengahan 1947, di Jember, Jawa Timur, militer Belanda kerepotan menghadapi perlawanan militer Republik Indonesia. Hal ini membuat mereka menurunkan seorang bintara KNIL yang mempunyai reputasi kejam.
“Sersan Mayor KNIL Loth sangat terkenal di Jember khususnya Jember Selatan, karena kekejamannya,” tulis Soekadijo dalam Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan (1991:593).
Soekadijo menyamakan kekejaman Loth dengan Kapten Westerling dalam aksi di Sulawesi Selatan. Bahkan Loth dianggap sebagai anak buah Kapten Westerling.
“Kalau mencari pasukan TNI di salah satu kampung dan tidak menemukan, ia marah-marah kepada rakyat, apabila ada yang dicurigai ia pegang/ditahan dan kalau perlu ditembak mati di tempat dan kampung tersebut dibakar,” imbuhnya.
Tak heran jika Sersan Mayor Loth terkait dengan beberapa kuburan massal. Korban Loth disebut banyak berasal dari Brigade TNI Damarwulan.
Dalam buku Peranan Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan (1995:82) disebutkan, Loth merupakan kelahiran Indonesia dan berdarah Indo Belanda. Sementara Nieuwe courant (04/07/1949) melaporkan bahwa Loth pernah sekolah di MULO (SMP kolonial) Malang dan salah satu kawan sekolahnya adalah Imam Sukarto, perwira TNI yang dibujuknya untuk menyerah. Latar belakang Loth yang besar di Indonesia menjadi keuntungan bagi militer Belanda. Pernah sekolah di Malang membuatnya dianggap mengenal wilayah Jawa Timur.
Dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Perang Gerilya Semesta II (1978:183), Abdul Haris Nasution menyebutkan bahwa Sersan Mayor JAN Loth pernah menjadi komandan kamp di Ambulu, Jember. Daerah ini pernah diserang gerilyawan Republik pada 29 Januari 1949 yang mengakibatkan banyak orang Belanda terbunuh. Meski demikian, daerah ini tetap dikuasai Belanda.
Dalam kartu bekas tawanan perang Jepang, yang namanya cocok dengan JAN Loth adalah atas nama Jim Arthur Nelson Loth, kelahiran 23 maret 1916: sersan infanteri kelas satu dengan nomor stamboek 92047 di Batalion Infanteri Magelang.
KNIL Bubar, Loth Terlibat Perang Korea
Lawan-lawan dari Sersan Mayor Loth kala itu adalah tentara dengan peralatan sederhana dan logistik yang apa adanya, tidak seperti KNIL yang bersenjata lengkap dan berlogistik baik. Para komandan dari pasukan Republik yang jadi lawan Loth, di antaranya adalah perwira-perwira didikan militer Jepang, termasuk Imam Sukarto.
Ketika Negara Jawa Timur yang berpusat di Bondowoso masih eksis, Sersan Mayor Loth juga cukup dikenal. Beberapa perwira TNI di sekitar Keresidenan Jember bahkan diajak ikut masuk menjadi bagian dari negara boneka Belanda yang mempunyai milisi batalion keamanan federal, atau disebut juga Barisan Pengawal. Koran-koran berbahasa Belanda menyebutkan bahwa banyak perwira TNI di Jawa Timur yang tertawan oleh militer Belanda.
Menurut laporan Het nieuwsblad voor Sumatra (05/04/1949) dan Nieuwe courant (04/07/1949), Sersan Mayor Loth melatih tentara milisi federal di sekitar Ambulu. Sementara De Vrije Pers (20/04/1949) menyebutnya sebagai komandan kamp rehabilitasi yang cukup berpengaruh di Bondowoso yang menjadi pusat Negara Jawa Timur. Negara federal ini digunakan sebaik-baiknya oleh Belanda untuk menarik simpati rakyat setempat.
Pada awal 1950, setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia, beberapa pergolakan di kalangan serdadu KNIL terjadi di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Banyak serdadu KNIL yang gelisah soal masa depan mereka jika tidak bergabung dengan Belanda. Sebab masuk TNI artinya bertemu dengan musuh bebuyutan mereka di zaman revolusi.
Saat itu, nama Sersan Mayor Loth yang telah naik pangkat menjadi pembantu letnan makin terkenal. Ketika ia sedang mendapat cuti dalam negeri di Malang, namanya disebut-sebut oleh Kapten Soetomo dari TNI sebagai seseorang yang bertindak subversif. Namun, menurut komandan tentara Belanda di Jawa Timur, Jenderal Mayor Scheffelaar, seperti disebut Java-Bode (16/02/1950) dan Indische courant voor Nederland (22/02/1950), itu semua hanya fantasi kapten Soetomo.
Setelah ada rencana KNIL akan dibubarkan, Loth tidak memilih bertahan tinggal di Indonesia. Dia ikut pergi ke Belanda. Loth bahkan berdinas di ketentaraan Belanda, yakni pada Angkatan Darat Kerajaan Belanda (Koninklijk Landmacht).
Pada awal 1950-an, saat Perang Korea berkecamuk, Belanda ikut serta dalam perang tersebut. Mereka membantu pihak yang melawan komunis. Loth disebut-sebut terlibat dalam perang itu. Menurut laporan koran Trouw (16/04/1952), JAN Loth memimpin 25 sukarelawan yang berangkat ke Korea. Ini adalah detasemen tambahan yang cukup kecil. Mereka naik pesawat KLM ke Tokyo. Di antara para sukarelawan itu terdapat 7 orang yang menjalani tugas kedua kalinya di Korea.
Setelah setahun bertugas di Korea, seperti dilansir Nieuwsblad van het Zuiden (03/04/1953), pasukan yang dipimpin JAN Loth kembali ke Belanda lewat Tokyo dengan KLM. Dari 25 sukarelawan itu tiga orang mengalami luka berat.
Editor: Irfan Teguh