tirto.id -
"Saya sebenarnya tidak yakin bahwa isu retaliasi ini akan dibahas dalam debat. Mungkin lebih kepada pembahasan bahwa sawit ini akan diperjuangkan, karena ini komoditas unggulan Indonesia," kata Imaduddin kepada Antara di Jakarta, Rabu (3/4/2019).
Dari debat-debat sebelumnya, ia melihat bahwa perdebatan yang terjadi cenderung tidak teknis dan hanya bersifat normatif.
"Kalau menurut saya akan lebih dibahas mengenai industrialisasi di Indonesia, termasuk konteks sawit ini pada hilirisasinya," kata Imaduddin.
Dia berharap perdebatan mengenai sawit tidak hanya terkait crude palm oil (minyak sawit mentah), tapi juga produk turunannya seperti sabun atau produk-produk lainnya yang lebih memiliki nilai tambah.
Sebelumnya Imaduddin juga menyarankan agar pemerintah memberikan insentif kepada semua jenis perusahaan atau perkebunan sawit untuk melakukan sertifikasi dari asosiasi internasional Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Dia beralasan bahwa jangan sampai selama ini yang mampu hanya perusahaan-perusahaan sawit besar, sedangkan yang perusahaan-perusahaan sawit di bawahnya mengalami kesulitan mengurus sertifikasi RSPO.
Menurutnya, saat ini lebih optimal melalui sertifikasi RSPO karena sertifikasi ini yang lebih diakui secara global. Dengan adanya sertifikasi tersebut secara otomatis dapat menjamin bahwa sawit Indonesia berkelanjutan.
Debat Pilpres 2019 kelima ini akan membahas tema seputar ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan atau finansial, investasi, perdagangan serta industri.
Debat terakhir ini akan menghadirkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden dan rencananya digelar pada Sabtu 13 April 2019, empat hari sebelum hari pencoblosan pada Rabu 17 April 2019.
Editor: Yulaika Ramadhani & Antara