tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta kembali menggelar debat publik Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Yogyakarta di Hotel Tara pada Sabtu (16/11/2024) malam. Berlangsung dalam empat sesi, tema debat yang diusung dalam debat putaran kedua ini adalah ‘Pembangunan SDM, Ekonomi, dan Kebudayaan’.
Dalam debat kali ini menyinggung soal pemerataan ekonomi di Kawasan Jogja utara dan selatan. Paslon nomor urut 2, Hasto Wardoyo-Wawan Harmawan, memiliki strategi untuk membangun ekonomi Kota Jogja. Hasto-Wawan ingin mengombinasikan program Bela Beli dan Gandeng Gendong.
Program ini diharapkan bisa meningkatkan ekonomi saat masih menjadi Bupati Kulon Progo, Bela Beli diharapkan bisa meningkatkan kekuatan ekonomi Kota Jogja. Hasto juga mengakui saat ini masih ada 1.800 masyarakat yang tinggal di rumah kumuh. Dia berjanji akan mengentaskan masalah ini.
Dia juga menyoroti kesehatan masyarakat Kota Yogyakarta. Dia mengemukakan data yang diperolehnya, bahwa hipertensi merupakan penyakit yang mendominasi diderita oleh lansia di Kota Gudeg.
“Stunting naik, 2022-2023 dari 13 persen jadi 16 persen, TBC naik dari 400 kasus jadi 600 kasus,” paparnya.
Terkait pendidikan, Hasto menyatakan akan mempertimbangkan pengentasan masalah sebaran sekolah yang tidak merata. Termasuk beasiswa bagi anak keluarga miskin dan difabel. Dalam penguatan ekonomi, Hasto menilai pentingnya bazar. Termasuk keinginan difabel untuk disediakan lapak gratis di Balai kota.
Terkait kesenjangan utara-selatan, Hasto menyebut adanya Taman Budaya Embung Giwangan sebagai pengungkit. Namun ditekankan, pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan Taman Budaya Embung Giwangan.
“Saya kira ini penting untuk keseimbangan utara selatan. Komitmen kami pasangan nomor 2 kesenjangan dituntaskan, gini rasio mudah-mudahan menurun dan adil makmur menjadi harapan kita bersama,” kata Hasto.
Pasangan calon (Paslon) nomor urut 3, Afnan Hadikusumo - Singgih Raharjo, berjanji akan mengurangi kesenjangan dengan pengembangan UMKM yang cukup melalui pemberian kemudahan modal. Membantu mencari bahan baku. Selain itu, ikut membantu pemasaran.
“Program kami juga ada alokasi Rp100 juta per RW akan mengurangi kesenjangan sehingga masyarakat bisa sangat berdaya dengan anggaran tersebut,” ucap Afnan.
Singgih menambahkan, permasalahan kesenjangan perlu dicarikan solusi kebijakan melalui pembangunan infrastruktur yang diarahkan ke selatan.
Sementara itu, Afnan mengajak warga mewujudkan Yogyakarta yang lebih maju, sejahtera, dan berbudaya dengan berpegang filosofi Hamemayu Hayuning Bawono.
“Yang bermaksud pemimpin harus bisa mengharmonisasi kesejahteraan masyarakat dengan kearifan lokal,” kata Afnan.
Pembangunan ekonomi, kata Afnan, dengan menyeimbangkan konservasi, budaya, dan lingkungan serta investasi. Kedua, pembangunan melalui pendidikan berkarakter. Pembangunan kesejahteraan melalui pemerataan kesehatan yang berkualitas. Optimalisasi sumbu filosofi. Terakhir, penguatan kreativitas generasi muda melalui CreativeHub and Lab.
“Kami siap bekerjasama dengan pemerintah pusat, provinsi, dan masyarakat untuk mengimplementasikan visi misi. Saya harap kerja sama untuk mewujudkan visi dan misi dari kami,” sebut Afnan.
Sementara itu, pasangan calon nomor urut 1, Heroe Poerwadi dan SW Supena, mengeklaim pembangunan sisi selatan Kota Yogyakarta merupakan salah satu program unggulan milik mereka. Supena pun membeberkan akan menggunakan tiga pendekatan dalam menekan kesenjangan utara-selatan.
“SDM beasiswa kuliah, redistribusi ekonomi dengan membuat inkubator bisnis berbasis kewilayahan, dan digitalisasi UMKM,” ungkap Supena.
Heroe menambahkan, wilayah utara-selatan harus seimbang. Saat ini pusat aktivitas ada di utara, [namun] mulai diarahkan di selatan dengan TBEG, terminal Giwangan, dan revitalisasi sungai.
“Sehinga warga sekitar bisa akses pertumbuhan ekonomi,” ungkap Haroe.
Afnan Cecar Hasto Soal Kemiskinan Kulon Progo
Dalam debat kali ini juga diwarnai saling cecar antara Afnan dan Hasto. Awalnya Afnan mengajukan pertanyaan tajam kepada Hasto terkait tingginya angka kemiskinan di Kulon Progo, daerah yang pernah dipimpin Hasto sebagai Bupati.
"Pak Hasto pernah jadi Bupati Kulon Progo, angka kemiskinan tertinggi se-DIY itu di Kulon Progo. Bagaimana penanganan kemiskinan di Kulon Progo, sehingga angka kemiskinan masih tinggi setelah ditinggal Pak Hasto?” tanya Afnan.
Hasto langsung membeber upaya yang dilakukannya, mulai dengan program Bela Beli produk lokal menengah ke bawah, lokalisasi batik, sampai membuat produk air mineral kemasan.
“Menggeser modal kelas atas ke kelas bawah,” kata Hasto.
Afnan kembali menyatakan program Hasto belum berdampak signifikan. Sebab sampai dengan sekarang Kulon Progo tetap jadi wilayah termiskin di DIY. Posisi itu turun, yang sebelumnya disandang oleh Gunungkidul.
Hasto juga menyatakan DIY merupakan wilayah termiskin di Jawa. Tapi menurutnya, warga DIY tidak semiskin dalam bayangan.
”Tapi angkanya begitu. Jangan terjebak ke konsumsi. Harus banyak belajar dengan yang lain,” sindir Hasto yang juga diikuti oleh sorak pendukung.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Intan Umbari Prihatin