tirto.id - Debat kedua Pilkada Surakarta digelar Senin (18/11/24) di Hotel Swiss Belinn Surakarta. Debat kembali mempertemukan pasangan calon walikota dan wakil walikota Surakarta nomor urut 1, Teguh Prakosa-Bambang Nugraha dengan pasangan calon nomor urut 2, Respati Ardi-Astrid Widayani.
Dalam debat kedua ini, KPU Surakarta mengusung tema “Surakarta berbudaya dan berdaya saing menuju pusat kegiatan nasional berlandaskan nilai kebangsaan untuk memperkokoh NKRI”.
Acara debat kedua ini dipandu oleh Marializia Hasni dan Hamdan Alkafie sebagai moderator. Debat kali ini juga sering diwarnai seruan dan teriakan berupa sindiran dari pendukung masing-masing paslon yang sempat mengganggu jalannya segmen debat.
Sindiran dilontarkan dalam yel-yel dari paslon 01 kepada paslon 02.
"Tanpa endorse artis Teguh-Bambang tetap eksis. Tanpa endorse presiden Teguh-Bambang tetap keren," teriak pendukung Teguh-Bambang.
Menurut penuturan Teguh, yel-yel tersebut dibuat oleh Rheo Fernandez yang merupakan anak dari Ketua DPC PDIP Surakarta, FX Hadi Rudyatmo. Rheo dulu juga merupakan Presiden Pasoepati.
Debat berlanjut dengan diiringi upaya moderator menenangkan pendukung kedua paslon. Segmen kedua, panelis menanyakan perihal upaya optimalisasi taman cerdas bagi anak.
Pasangan calon nomor urut 2, Respati-Astrid menyebut akan mengaktivasi taman cerdas yang tersedia di kelurahan dan kampung untuk taman bermain anak dengan cara modernisasi digitalisasi.
"Akan kita dorong terus untuk program kota layak anak yang akan kita serasikan dengan program-program kita, Muda Mendunia. Aktivasi taman cerdas harus tersedia bagaimana caranya kita bisa memanfaatkan taman-taman di kota, di kelurahan, di kampung untuk bisa (menjadi) taman bermain untuk anak," jawab Respati.
"Bersama komunitas pendidikan. Tak hanya itu, banyak elemen masyarakat yang telah hadir untuk merasakan ruang publik yang tentu terus kita optimalisasi, akan kita modernisasi. Akan kami akan berupaya untuk melengkapi bagaimana tamna cerdas bisa menjadi rujukan bagi pendidikan berbasis digital. Adanya fasilitas penunjang seperti perpustakaan, teknologi digital akan kami masukkan, tidak lupa bagaimana nilai budaya lokal, muatan lokal di pendidikan di Kota Surakarta, ini akan menjadi nilai dasar untuk pembentukan karakter dan anak-anak akan bermain seperti dulu dengan permainan tradisional," tambah Astrid.
Kemudian, Teguh menyebutkan bahwa ke depan akan membangun dan menambah fasilitas ruang publik untuk anak dan menekankan pentingnya ruang bebas asap rokok di ruang publik.
"Jumlah taman cerdas kita dari 54 kelurahan, baru ada 14. Ke depan membangun kembali, menambah fasilitas dan itu bagian dari ruang publik untuk anak. Di samping itu, ada bagian terpenting, bahwa kota layak anak harus tidak ada asap rokok. Ini penting. bahwa ruang bebas asap rokok di ruang publik ini harus ditingkatkan dan mestinya iklan rokok di Kota Surakarta sudah tidak ada," kata Teguh.
Kedua pasangan calon walikota dan wakil walikota Surakarta kembali menjawab pertanyaan panelis yang berbicara mengenai kebijakan yang mampu mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Kota Surakarta yang ramah disabilitas.
Dalam segmen ketiga, pasangan Teguh-Bambang menyebut bahwa infrastruktur yang inklusif sudah banyak ditemukan di Surakarta. Namun, pihaknya akan terus meningkatkan infrastruktur tersebut sesuai dengan apa yang paling dibutuhkan oleh teman-teman penyandang disabilitas.
"Infrastruktur di Surakarta yang inklusi sudah banyak seperti pasar Jongke, trotoar yang ramah disabilitas. kami berkomitmen untuk meningkatkan rusun yang inklusi, peningkatan sarpras inklusi, dan penyediaan layanan pada formulir pelayanan yang berbasis huruf braille. Dan ke depan kita tingkatkan untuk pelayanan tuna netra, tuna rungu dan teman-teman berkebutuhan khusus. Mereka berharap halte memiliki voice untuk mereka bisa mendengarkan. bantuan modif kendaraan roda dua agar ramah disabilitas dan kami berikan sim d gratis penyandang disabilitas. Kami berikan kendaraan roda tiga yang ramah disabilitas untuk berusaha," terang Bambang.
Di lain pihak, calon wakil walikota nomor urut 2, Astrid, menekankan pada akses dan peluang kerja bagi penyandang disabilitas, baik di sektor pemerintahan maupun swasta.
"Ketika berbicara perda yang kami utamakan bagaimana implementasi perda betul-betul bisa dirasakan penyandang disabilitas. Memastikan akses, peluang-peluang kerja yang sama, bagaimana teman-teman disabilitas memiliki peran di sektor pemerintah maupun swasta," ujar Astrid.
Pada segmen tanya jawab, pasangan calon Teguh-Bambang diberi kesempatan untuk bertanya kepada Respati-Astrid mengenai jaminan sosial bagi warga berkebutuhan khusus di Surakarta.
Respati kemudian menjawab bahwa jika nanti ia terpilih menjadi walikota Surakarta, pihaknya akan selalu mendukung dan mendorong berbagai program untuk kesejahteraan disabilitas.
"Kami akan selalu men-support selalu mendorong dengan berbagai program yang kami kedepankan untuk penyandang disabilitas. Program pengasuhan perawatan, pembentukan resiliensi, dan perlindungan kekerasan sehingga untuk akses pekerjaan, pendidikan kami perluas. Infrastruktur ramah disabilitas di semua tingkat. UMKM Center juga kami buka sebagai perwujudan solo kota inklusif sehingga diberi kesempatan sebagai pengelola komunitas penyandang disabilitas. Terakhir, bagaimana terbukanya lapangan pekerjaan kami akan semakin menekankan infrastruktur ramah disabilitas di berbagai perusahaan, berbagai instansi," jawab Astrid.
Hal ini kemudian ditanggapi oleh Bambang bahwa selain pelatihan, perlu disediakan juga kuota pekerjaan bagi disabilitas dan disertai dengan penyediaan fasilitas umum yang memudahkan penyandang disabilitas untuk berangkat bekerja.
"Selain pelatihan perlu disediakan kuota pekerjaan bagi disabilitas. Kita perlu peningkatan fasum ramah disabilitas baik untuk di ruang kerja, workshop, maupun fasilitas umum ketika mereka harus berangkat untuk kerja. Selain itu ada bantuan modifikasi kendaraan, membangun rumah bersama untuk disabilitas untuk mereka bisa memanfaatkan, mereka yang bisa pijar, musik, bernyari, produk-produk ria mereka bisa kita manfaatkan," ujar Bambang.
Astrid lantas merespons hal tersebut dengan menyebut bahwa dialog dengan penyandang disabilitas sangat diperlukan agar mengetahui apa yang jadi kebutuhan mereka.
"Secara konkrit saya juga pernah diskusi dengan komunitas penyandang disabilitas. Beberapa keluh kesah berkaitan dengan kuota pekerjaan akses pelatihan perlu ditingkatkan. Tentunya kita akan sesuaikan kebutuhan dengan dialog secara aktif dan mengetahui secara pasti apa yang jadi kebutuhan saudara-saudara penyandang disabilitas. Akan membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan yang dimungkinkan di ruang publik dari pemerintah daerah yang kemungkinan saat ini belum optimal bisa kami berikan kuota khusus untuk disabilitas," sahut Astrid.
Penegakan Hukum di Solo
Panelis memberikan pertanyaan terkait strategi kedua paslon untuk mewujudkan Kota Solo yang modern tanpa adanya pelanggaran hukum, antara lain maraknya judi online, konsumsi miras ilegal, serta peredaran dan penggunaan narkoba.
Mengenai hal ini, Teguh menekankan pentingnya payung hukum yang komprehensif dan penegakan regulasi yang lebih tegas. Sedangkan Bambang menyebut perlunya andil para tokoh masyarakat dan pemuka agama dalam pencegahan judi online dan miras ilegal.
"Terdapat payung hukum dan upaya pencegahan dan penindakan secara komprehensif. Pegangan untuk melaksanakan kegiatan operasional sebagai langkah awal dengan perda. Kedua, kami akan memperketat peredaran minuman keras sesuai perwali (peraturan walikota) dan peredaran alkohol yang ilegal. Bahwa ada regulasi yang dilakukan tetapi tempat yang tidak pas maka itu tetap harus kita larang. Tempat umum, perdagangan tidak layak untuk ada penjualan miras. Yang ada di hotel bintang 4 dan 5. Serta kolaborasi dengan pemangku kebijakan serta Forkopimda Kota Surakarta," terang Teguh.
"Kolaborasi juga dengan tokoh masyarakat, pemuka agama ini bisa untuk mencegah judi online dan miras ilegal" sahut Bambang.
Respati kemudian mengungkap bahwa pihaknya akan berfokus pada keamanan dan penegakan peraturan di titik terkecil seperti RT dan RW dengan pemasangan 1.000 CCTV, penguatan Satpol PP, serta aktivasi karang taruna.
"Tentunya harus ditambahkan dengan mendorong ketertiban umum. Bagaimana caranya kita ada peraturan yang diaktifkan di titik terkecil RT/RW untuk bisa (menjaga) ketertiban umum. Kita sebagai perangkat pemerintah memiliki Satpol PP, bagaimana kita melengkapi fasilitasnya untuk bisa penegakan hukum bersama aparat dari kepolisian. Kita tindakan untuk keamanan tingkat kampung juga kita ada program komitmen 1.000 CCTV untuk kita melakukan pengawasan di tingkat terkecil bagaimana kewaspadaan perlu ditingkatkan. Perlu kita aktifkan juga karang taruna untuk bisa ter-scale up pendidikannya bisa lebih maju untuk bisa menjawab tantangan dan menjadi kehidupan yang positif dan bisa terhindar dari narkoba dan minuman beralkohol," kata Respati.
Kemudian dalam segmen tanya jawab, pasangan Teguh-Bambang berkesempatan memberikan pertanyaan kepada pasangan Respati-Astrid terkait kondisi dilematis khususnya ketika pilkada dimana banyak poster dan atribut kampanye yang ditempelkan di sekitar kawasan cagar budaya. Teguh-Bambang spesifik membicarakan tentang Keraton Kasunanan dan kawasan Baluwarti.
Respati kemudian menjawab dengan menekankan bahwa pendidikan formal tentang literasi budaya menjadi penting agar masyarakat mengetahui apa saja hal yang diperbolehkan di pasang di kawasan cagar budaya dan mana yang tidak boleh.
"Kita lihat pembangunan cagar budaya tidak hanya di Kasunanan. Kita jaga cagar budaya supaya tepat sasar, punya ekonomi lebih. Bagaimana pendidikan formal dan informal literasi budaya, jadi masyarakat kita tahu mana yang harus memasang hal komersil di cagar budaya, mana yang harus dirawat. Saya rasa cagar budaya tentu prioritas kami untuk melestarikan budaya," jawab Respati.
Teguh kemudian menanggapi dengan penekanan bahwa cagar budaya tidak boleh dirusak, maka perda memang harus ditegakkan.
"Ini kan pertanyaan spesifik, keraton. Yang lebih penting di situ, kan ada perda. Harus ditindaklanjuti dengan tindakan, pengumuman bahwa ini benda cagar budaya yang tidak boleh dirusak. Ini bagian yang terpenting. Termasuk tembok-tembok yang ada di sana. Perda harus ditegakkan," kata Teguh.
Respati kemudian kembali merespons bahwa pihaknya akan turun langsung dengan Satpol PP. Menurutnya, bagaimana eksekusi dilakukan jadi yang terpenting.
"Apabila saya nanti diamanahkan jadi walikota, untuk hanya menjalankan implementasi perda, saya akan turun langsung dengan Satpol PP dan tentu fasilitas Satpol PP kesejahteraan Satpol PP akan kita tertibkan. Kita ingin mengedukasi supaya anak muda kita, masyarakat kita lebih sayang cagar budaya, lebih sayang dengan budaya jawa. Cagar budaya tetap harus dijaga, dan ada tindakan tegas bagi satpol pp bagi aparat penegak terkait perda cagar budaya. Yang penting eksekusi tidak hanya perdanya saja," sahut Respati.
Pada sesi berikutnya, pasangan Respati-Astrid bergantian memberikan pertanyaan kepada Teguh-Bambang. Kali ini, Respati-Astrid menanyakan terkait model integratif menjadi solusi kejahatan perkotaan, khususnya kejahatan asusila contohnya sexual harassment. Teguh menjawab bahwa perlu ada sosialisasi mengenai perda serta berkolaborasi dengan tokoh masyarakat dan Forkopimda.
"Perlu sosialisasi perda, hukum. Bagaimana mencerdaskan masy bahwa hal2 yang melanggar hukum. kalau kita kerja sama tokoh masyarakat, ulama itu akan menjadikan masyarakat kita lebih menurunkan kejahatan yang ada di Surakarta. kejahatan di Surakarta menurun. Ini berkat pemkot kolaborasi dengan Forkopimda untuk bersosialisasi dengan masyarakat, anak bangsa, keluarga di wilayah kumuh agar mereka atau taat pada etika moral dan hukum agar kejahatan apapun termasuk narkoba, pelecehan seksual, miras yang tidak pada tempatnya," kata Teguh.
Menanggapi jawaban Teguh, Respati berjanji bahwa jika terpilih, pihaknya akan menegakkan konstitusi di Kota Surakarta.
"Untuk penegakan hukum, apabila kami, Respati-Astrid diberikan amanah untuk menjadi walikota dan wakil walikota ke depan, penegakan hukum yang berbasis peraturan akan kita tegakkan setinggi-tingginya konstitusi yang ada di Kota Surakarta," tegas Respati.
Merespons, Teguh kembali menegaskan pentingnya kolaborasi antar elemen masyarakat seperti tokoh ulama, gereja, tokoh masyarakat dan budaya untuk menegakkan hukum.
"Integrasi jadi satu kesatuan dan kolaborasi. Mestinya semua setuju dengan seluruh elemen menjadi satu kesatuan untuk menegakkan hukum. Elemen masyarakat yang kita utamakan tokoh ulama, gereja, tokoh masyarakat, budaya ini akan lebih memberikan masukan tentang moral dan etika," kata Teguh.
Penguatan Solo Sebagai Kota Budaya
Di segmen ketiga sesi pertama, panelis memberikan pertanyaan kepada kedua paslon mengenai program dan strategi paslon untuk mendorong kolaborasi dan inovasi pendidikan karakter dalam memperkuat budaya jawa. Perlu diketahui bahwa pada segmen ketiga berfokus pada jawaban wakil walikota.
Astrid mendapat kesempatan pertama untuk menjawab. Astrid mengatakan bahwa sanggar komunitas seni budaya harus terus bergerak menampilkan budaya lokal melalui seni pertunjukan. Ia juga menyebut pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia seperti guru dan mentor.
"Saat ini Kota Surakarta telah menerapkan beberapa kurikulum, khususnya muatan lokal dan ekstrakurikuler yang mengedepankan budaya Jawa terus dilakukan. Kami juga menyaksikan tidak hanya di sekolah tapi juga di sanggar, beberapa komunitas, sanggar, komunitas seni budaya terus bergerak menampilkan seni budaya lokal Kota Solo melalui seni pertunjukan. Ini yang akan kami dorong. Tidak hanya pelatihan yang menekankan kualitas SDM, guru, mentor, kami akan memberikan ruang yang lebih luas dalam hal ini generasi penerus kita terkait pembentukan karakter bagaimana anak-anak Solo bisa mencintai budaya lokalnya," jawab Astrid.
Respati kemudian menambahkan, penguatan karakter ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan informal.
"Kuncinya ada di Pendidikan formal dan informal. Jadi ada tambahan di muatan lokal untuk diberikan formal di sekolah akan kita beri tambahan budaya Jawa, serat-serta kuno dari para leluhur. Untuk pendidikan informal akan kita berikan ruang- ruang komunitas untuk mengajarkan bagaimana serat-serta yang punya nilai luar biasa untuk budi pekerti kita. Bagaimana cara kita mengeksplorasi. Anak-anak mudah kita harus punya karakter budaya yang kuat sehingga bisa mempromosikan Solo menjadi kota yang berbudaya untuk kemajuan,” imbuh Respati.
Berkesempatan menjawab, Bambang juga menyebut akan mewujudkan dalam 1 kelurahan terdapat sanggar untuk melestarikan budaya. Harapannya, sanggar-sanggar ini akan berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Solo. Tak hanya itu, pihaknya juga akan memberikan insentif untuk guru sanggar.
"Kami, Teguh-Bambang akan mewujudkan 1 sanggar dalam 1 kelurahan untuk dapat memajukan melestarikan budaya. Dan memberi kesempatan sanggar berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan pemerintah kota. Kami akan memberikan akses, ruang untuk berkreasi terutama (bagi) kawan-kawan kesenian, pegiat seni di Kota Surakarta, sehingga seni budaya Jawa semakin kuat dan termasuk kami akan memberikan insentif untuk guru seni," terangnya.
Di sesi selanjutnya, pertanyaan tentang komunitas budaya dan sejarah kembali muncul. Kali ini, pertanyaan yang diajukan adalah mengenai konsep revitalisasi komunitas budaya, seni, dan sejarah di Kota Solo.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Astrid menekankan pada pelibatan anak muda dan kolaborasi dengan berbagai elemen. Selain itu, pihaknya menyebut memiliki program pelatihan sumber daya manusia, dan menyiapkan diplomasi budaya agar pelaku seni budaya bisa berkarya ke mancanegara.
"Kami akan memberikan kesempatan seluas-luasnya khususnya kepada seluruh elemen masyarakat yang turut berpartisipasi dalam pembangunan kota Solo, melibatkan anak muda, pelaku pariwisata, dan seluruh elemen bergerak bersama pemerintah daerah. Kami juga telah banyak membuat program khususnya program pelatihan penguatan sumber daya manusia berbasis budaya sehingga seluruh pelaku seni budaya di Surakarta dipastikan bisa tampil di ruang publik khususnya di tingkat nasional maupun internasional. Kami juga menyiapkan diplomasi budaya yang memperkenankan pada para pelaku seni budaya untuk bisa berkarya ke mancanegara," papar Astrid.
Sedangkan Bambang menyebut akan memfasilitasi pegiat seni untuk dapat tampil secara periodik di Balekambang maupun Balaikota Surakarta.
"Menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan pemangku kepentingan lainnya, seperti halnya ISI Surakarta yang memiliki seni pertunjukan dan seni rupa. Kami juga ingin membantu rumah-rumah budaya, bantuan sanggar seni juga menambah insentif guru kesenian yang dikelola masyarakat di tingkat kelurahan. Teguh-Bambang memberikan kesempatan bagi pegiat seni untuk pentas secara periodik di fasilitas publik milik daerah seperti Balelambang sebagai pusat budaya dan Plaza Balekambang sebagai tempat mereka untuk melakukan pertunjukan dan tempat-tempat yang ada termasuk di Plaza Balaikota," jawab Bambang.
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Anggun P Situmorang