tirto.id - Pemerintah RI melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi risiko lonjakan kasus Covid-19 meski sekarang situasi pandemi di tanah air masih relatif terkendali.
Antisipasi itu penting dilakukan mengingat ada risiko lonjakan kasus Covid-19 akibat peningkatan mobilitas warga selama periode libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Selain itu, risiko lonjakan kasus Covid-19 juga datang dari ancaman persebaran varian baru, yakni Omicron atau B.1.1.529.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, langkah untuk mengantisipasi risiko kenaikan kasus Covid-19 di tanah air perlu mencakup banyak aspek.
Salah satu langkah antisipasi itu, menurut Wiku, adalah dengan memantau 6 indikator secara berkala. Adapun 6 indikator tersebut: kasus aktif; bed occupancy ratio (BOR) ruang isolasi di RS rujukan; kepatuhan masyarakat ke protokol kesehatan (prokes); Rt atau angka reproduksi efektif; dan mobilitas penduduk dan vaksinasi.
Adapun berdasarkan hasil pantauan dan analisis Satgas Covid-19, data 6 indikator itu adalah sebagai berikut.
1. Kondisi Kasus Aktif
Data menunjukkan, ada kenaikan kasus aktif pada 23 ke 24 November 2021. Angkanya dari sekitar 7.900 menjadi 8.000.
Kemudian, di hari berikutnya, angka kasus aktif meningkat kembali menjadi sekitar 8.000 dan terakhir meningkat menjadi 8.200 pada 27 November 2021.
Bahkan di Jawa-Bali, terjadi peningkatan kasus aktif selama 6 hari berturut-turut. Kenaikan itu dari 23 November sekitar 3.600 kasus, hingga 28 November menjadi 3.800 kasus aktif.
"Saat ini, kasus mingguan mengalami penurunan, namun jika dilihat pada kasus aktif, ternyata sempat mengalami peningkatan 4 hari berturut-turut," kata Wiku pada Kamis (2/12/2021).
2. BOR ruang isolasi di RS rujukan
Angka BOR sempat meningkat pada 2 hari terakhir (awal Desember 2021), dari 2,94% menjadi 3,07%. BOR di wisma atlet juga meningkat di bulan November, dari 1,76% menjadi 2,2%.
"Meskipun peningkatan terbilang kecil, tetapi perlu diwaspadai, karena peningkatan BOR mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan treatment pada gejala sedang-berat," terang Wiku.
3. Rt atau angka reproduksi efektif
Meskipun saat ini angka Rt masih di bawah 1, perlu diwaspadai trennya dalam 5 minggu terakhir meningkat dari 0,96 menjadi 0,98. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat pulau yang angkanya mendekati 1.
Hampir semua pulau mengalami kenaikan Rt, kecuali Maluku yang mengalami penurunan. Adapun Nusa Tenggara dengan nilai Rt tidak berubah. Rt di tingkat pulau saat ini berkisar antara 0,95-0,99.
4. Mobilitas penduduk
Berdasarkan data satgas, mobilitas warga dengan kereta api meningkat 5 kali lipat dalam 5 bulan terakhir. Jumlah perjalanannya per Juli 2021 sekitar 100 ribu perjalanan. Sementara pada November 2021, angka perjalanan pakai kereta api meningkat hampir mencapai 600 ribu.
Mobilitas dengan pesawat terbang juga meningkat mencapai 350% dalam 5 bulan terakhir. Per Juli lalu, jumlah perjalanannya sekitar 350 ribu, sedangkan per November meningkat hingga sekitar 1,6 juta penerbangan.
5. Kepatuhan protokol kesehatan
Idealnya, peningkatan aktivitas masyarakat harus dibarengi dengan peningkatan kepatuhan protokol kesehatan. Namu, data Satgas Covid-19 terkait kondisi sepekan terakhir menunjukkan situasi yang sebaliknya
Cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker turun dari 76,42% menjadi 74,91%. Sementara cakupan desa/kelurahan yang mematuhi protokol menjaga jarak turun dari 78,60% menjadi 77,69%.
Jumlah laporan desa/kelurahan yang dipantau juga mengalami penurunan, dari sekitar 21 ribu desa/kelurahan pada bulan Juli, menjadi hanya 9 ribu per minggu ini.
"[Data] ini menunjukkan bahwa pengawasan dan pelaporan pada protokol kesehatan sudah mulai longgar," terang Wiku.
6. Cakupan dan laju vaksinasi
Data cakupan vaksinasi Covid-19 menunjukkan penurunan jumlah suntikan harian pada 4 pekan terakhir. Sebagai catatan, meskipun capaian dosis 1 vaksin hampir 70%, capaian dosis 2 baru mencapai 45%.
"Karena itulah, meningkatkan cakupan vaksin dosis harus dilakukan segera. Agar dapat memproteksi masyarakat dengan maksimal," imbuh Wiku.
Satgas Minta Prokes Dijalankan Masyarakat & Vaksinasi Diperluas
Wiku menyimpulkan data-data hasil pemantauan terhadap 6 indikator tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia mesti kembali waspada.
Kewaspadaan itu perlu diwujudkan dengan mematuhi protokol kesehatan. Menurut Wiku, pelaksanaan protokol kesehatan merupakan cara mudah dan sederhana mencegah lonjakan Covid-19 saat mobilitas warga meningkat dan munculnya ancaman varian Omicron.
"Penerapan protokol kesehatan adalah cara utama kita untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita," lanjutnya.
Perluasan cakupan vaksinasi juga tidak kalah penting. "Vaksinasi mencegah timbulnya gejala berat bagi mereka yang tertular Covid-19 sehingga dapat mengurangi kebutuhan perawatan di Rumah Sakit," ujar Wiku.
Ia menambahkan, pemerintah daerah pun harus memonitor penerapan protokol kesehatan dan cakupan vaksinasi di daerahnya masing-masing serta wilayah sekitarnya.
Editor: Yantina Debora