Menuju konten utama

Danantara & INA Investasi Rp13 T di Pabrik Kimia Chandra Asri

Investasi ini disepakati melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara ketiganya baru-baru ini.

Danantara & INA Investasi Rp13 T di Pabrik Kimia Chandra Asri
Kantor Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Jl.RP. Soeroso, Menteng, Jakarta. ANTARA/Muhammad Heriyanto/am.

tirto.id - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dan Otoritas Investasi Indonesia (INA) sepakat untuk menanamkan modal sebesar 800 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp13,03 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS), dalam pengembangan pabrik Klor Alkali – Etilen Diklorida (CA-EDC) PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group). Investasi ini disepakati melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara ketiganya baru-baru ini.

“Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi soda api dan Etilen Diklorida di Indonesia—input utama untuk industri hilir, termasuk pemrosesan nikel—yang akan mendorong dan mendukung kemandirian hilir dan industri Indonesia secara keseluruhan,” kata CIO Danantara, Pandu Sjahrir dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (17/6/2025).

Tidak hanya itu, kemitraan ini juga bertujuan untuk mencerminkan komitmen bersama para pihak, dalam hal ini publik dan swasta untuk memperkuat ketahanan industri Indonesia, mengurangi ketergantungan impor untuk input kimia hulu utama dan memajukan agenda hilirisasi.

Di sisi lain, bagi Danantara, sebagai otoritas investasi nasional, investasi yang digelontorkan kepada Chandra Asri ini dinilai dapat menjaga dan meningkatkan nilai jangka panjang aset strategis nasional. Sebab, melalui hilirisasi Klor-alkali dan etilen diklorida diharapkan dapat memperkuat pasokan bahan industri penting dalam negeri dan memperluas basis ekspor Indonesia.

“Partisipasi Danantara Indonesia mencerminkan komitmen jangka panjangnya untuk berinvestasi di sektor-sektor dasar yang mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, penciptaan lapangan kerja, dan nilai tambah industri,” tutur Pandu.

“Sektor kimia mendukung rantai nilai utama—dari manufaktur hingga transisi energi—terutama dalam pemrosesan nikel dan pemurnian alumina. Investasi ini memperkuat ketahanan nasional dengan mengurangi ketergantungan impor pada produk-produk penting seperti soda api dan Etilen Diklorida,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, CEO INA, Ridha Wirakusumah, mengatakan, investasi ini tidak hanya diharapkan dapat menangani keamanan pasokan strategis nasional, tetapi juga dapat membangun fondasi untuk pertumbuhan industri jangka panjang. Dus, daya saing industri nasional bisa semakin kuat dan meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia di kancah global.

“Kolaborasi ini sejalan dengan mandat investasi jangka panjang kita untuk memobilisasi modal yang mendukung prioritas nasional, mendorong ketahanan industri, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan Indonesia,” ujarnya.

Sementara bagi Chandra Asri, masuknya Danantara dan INA menandakan kuatnya kepercayaan investor terhadap Perseroan. Melalui kemitraan ini pula, Chandra Asri juga diharapkan dapat berkontribusi dalam membangun ketahanan industri dalam negeri dan memperkuat perekonomian nasional.

“Melalui kolaborasi ini, kami membangun fondasi yang kokoh untuk mendorong pembangunan industri berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional,” ucap President Director Chandra Asri Group, Erwin Ciputra.

Perlu diketahui, Pabrik CA-EDC akan dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan Chandra Asri Group. Pada tahap pertama, pembangunan Pabrik CA-EDC ditarget akan memiliki kapasitas produksi 400.000 ton soda api padat per tahun (setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair) dan 500.000 ton Etilen Diklorida.

Kemudian, pada tahap kedua, pembangunan bertujuan untuk memperluas produksi Klor-Alkali dan memperkenalkan turunan klorin yang akan memungkinkan efisiensi operasional yang lebih besar dan sinergi rantai nilai.

Studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi produk hilir berbasis klorin potensial yang dapat meningkatkan penciptaan nilai dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

Nantinya, produksi Etilen Diklorida dari pabrik ini akan diekspor, sehingga menghasilkan potensi devisa hingga Rp5 triliun per tahun. Pada saat yang sama, produksi dari pabrik kimia ini diharapkan dapat menghemat keuangan negara hingga Rp4,9 triliun per tahun karena tak perlu lagi mengekspor soda api.

“Selain manfaat ekonominya, Pabrik CA-EDC akan memungkinkan produksi domestik untuk input penting bagi industri seperti pengolahan air, pembuatan sabun dan deterjen, pemurnian alumina, dan pengolahan nikel,” tutup Pandu.

Baca juga artikel terkait HOLDING BUMN atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra