tirto.id - Dampak negatif bonus demografi sering menjadi pembahasan menarik dalam diskusi tentang potensi kependudukan suatu negara.
Namun, dampak bonus demografi ini juga membawa peluang besar jika dikelola dengan tepat. Bonus demografi sendiri merujuk pada kondisi ketika proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih dominan dibandingkan kelompok usia non-produktif.
Di Indonesia, dampak bonus demografi dapat menjadi pedang bermata dua, yakni memacu pertumbuhan ekonomi atau justru memicu masalah sosial yang tiada habisnya.
Artikel ini akan mengulas pengertian bonus demografi, manfaat, dampak negatif, hingga dampak positif bonus demografi, termasuk contohnya di berbagai negara.
Pengertian Bonus Demografi
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pengertian bonus demografi adalah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 66-70% dari total populasi.
Fenomena ini terjadi karena penurunan angka kematian dan kelahiran, sehingga struktur usia penduduk didominasi oleh generasi muda yang siap bekerja.
Dalam buku ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi (2019) karya Ratu Matahari dkk, bonus demografi didefinisikan sebagai keuntungan ekonomi yang disebabkan oleh penurunan rasio ketergantungan sebagai hasil turunnya fertilitas jangka panjang. Artinya, jumlah bayi yang dilahirkan dalam satu tahun semakin sedikit akibat penurunan fertilitas.
Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), bonus demografi diprediksi terjadi di Indonesia pada periode 2020 hingga 2040. Dalam laporan resmi Bappenas juga disebutkan bahwa puncak bonus demografi Indonesia akan terjadi sekitar tahun 2030, ketika lebih dari 70% penduduk berada pada usia produktif.
Bonus demografi menjadi fase emas dalam siklus demografi yang terjadi satu kali dalam sejarah suatu bangsa dan menjadi peluang langka untuk melompat lebih cepat dalam aspek pembangunan, jika dikelola secara tepat.
Manfaat Bonus Demografi
Meskipun dampak negatif bonus demografi kerap dikhawatirkan, fenomena ini sebenarnya menawarkan banyak manfaat strategis.
Apalagi jika negara mampu merancang kebijakan dan sistem pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. Meski dampak negatif bonus demografi bisa mengintai, potensi keuntungannya juga tidak dapat diabaikan.
Berikut ini beberapa manfaat bonus demografi bagi Indonesia:
1. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Menurut Bank Dunia, negara dengan bonus dmeografi berpotensi menaikkan PDB (Produk Domestik Bruto) hingga 1-2% per tahun.2. Peluang Inovasi dan Teknologi
Menurut Kominfo, generasi muda lebih adaptif terhadap teknologi, sehingga menjadi motor penggerak inovasi digital dan ekonomi kreatif terutama di era industri 4.0.3. Peningkatan Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang besar dapat mendorong produktivitas nasional dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.Semua manfaat ini berkaitan erat dengan visi Indonesia Emas 2045 yaitu mencapai target menjadi negara maju dnegan ekonomi terbesar ke-5 dunia. Tanpa pengelolaan bonus demografi yang tepat, target ini bisa menjadi sulit tercapai.
Dampak Positif Bonus Demografi
Meskipun dampak negatif bonus demografi sering dikhawatirkan, kenyataannya bonus demografi ini justru menyimpan potensi besar untuk kemajuan negara jika dikelola secara tepat.
Potensi utama dari tingginya jumlah penduduk usia produktif adalah peningkatan kapasitas ekonomi dan daya saing nasional. Beberapa dampak positif bonus demografi yang sangat relevan dalam konteks Indonesia saat ini antara lain:
1. Pertumbuhan Ekonomi Lebih Inklusif
Jumlah tenaga kerja yang besar mampu mendongkrak produktivitas nasional dan memperluas basis ekonomi. Bonus demografi memberikan kesempatan bagi negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, artinya hasil pertumbuhan dapat dirasakan oleh kelompok masyarakat yang lebih luas, bukan hanya oleh kalangan elite atau sektor tertentu saja.Menurut laporan World Bank (2023) berjudul Indonesia Economic Prospects, peningkatan partisipasi tenaga kerja usia produktif mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih merata, terutama ketika dikombinasikan dengan kebijakan peningkatan keterampilan kerja dan pemerataan infrastruktur.
2. Penurunan Angka Kemiskinan
Bonus demografi dapat menurunkan angka kemiskinan apabila penduduk usia produktif terserap dalam sektor-sektor produktif seperti industri, teknologi, dan pertanian modern. Pendapatan yang meningkat dari kelompok usia kerja akan secara langsung memengaruhi taraf hidup rumah tangga mereka.Menurut data Bappenas dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, pengelolaan bonus demografi melalui peningkatan kualitas SDM dan perluasan kesempatan kerja diproyeksikan menurunkan tingkat kemiskinan nasional hingga di bawah 7% pada akhir 2024.
3. Investasi Asing Meningkat
Ketersediaan tenaga kerja produktif dalam jumlah besar menjadi salah satu daya tarik utama bagi investor asing. Negara-negara dengan populasi muda dan terampil dinilai lebih menjanjikan untuk penanaman modal, terutama di sektor manufaktur, jasa, dan teknologi.Laporan dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) pada tahun 2022 menyebutkan bahwa salah satu alasan meningkatnya realisasi investasi asing di Indonesia adalah karena tersedianya tenaga kerja usia produktif dalam jumlah besar dan biaya tenaga kerja yang kompetitif.
4. Ketahanan Nasional
Bonus demografi juga berkontribusi terhadap ketahanan nasional, terutama dalam dimensi ekonomi dan sosial. Penduduk usia produktif yang memiliki pekerjaan dan penghasilan cenderung lebih stabil secara sosial dan tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme atau disintegrasi.Menurut Sekretaris Utama Lemhannas RI Komjen Pol. Drs. R. Z. Panca Putra S., M.Si, keberhasilan pengelolaan bonus demografi menjadi faktor penting dalam memperkuat ketahanan nasional.
Dalam seminar nasional tahun 2023, Lemhannas menegaskan bahwa SDM produktif yang berkualitas dan berdaya saing tinggi merupakan garda depan ketahanan nasional dalam menghadapi tantangan global.
Dampak Negatif Bonus Demografi
Dampak negatif bonus demografi adalah konsekuensi yang dapat timbul jika potensi usia produktif yang besar tidak disertai dengan kesiapan sistem ekonomi, sosial, dan kebijakan publik.
Fenomena bonus demografi hanya akan menjadi keuntungan bila jumlah penduduk usia kerja terserap ke sektor produktif. Tanpa itu, Indonesia justru bisa menghadapi berbagai persoalan serius baik di sektor ekonomi, sosial, maupun stabilitas nasional.
Adapun beberapa dampak negatif bonus demografi di Indonesia yang harus diwaspadai, antara lain:
1. Pengangguran Massal
Salah satu dampak negatif bonus demografi yang paling nyata adalah meningkatnya angka pengangguran apabila pertumbuhan lapangan kerja tidak sejalan dengan laju pertumbuhan angkatan kerja.Menurut memo Policy Brief: Taking Advantage of the Demographic Dividend in Indonesia (Hayes & Setyonaluri, 2015), banyaknya usia produktif yang tidak terserap di sektor formal maupun informal bisa memicu frustrasi sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Jika pasar kerja tidak mampu menyerap tambahan tenaga kerja yang berasal dari populasi produktif, maka bonus demografi justru menciptakan beban ekonomi dan sosial baru.
2. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Dampak negatif bonus demografi adalah peningkatan kesenjangan sosial antarwilayah dan antarindividu jika tidak dibarengi dengan pemerataan akses pendidikan, teknologi, dan infrastruktur.Dilansir dari Bonus Demografi Menyongsong Indonesia Emas 2045 (Noor & Shaddiq, 2023), kelompok usia produktif yang tidak memiliki keterampilan akan tertinggal dari mereka yang berpendidikan tinggi dan terampil.
Rasio ketergantungan tinggi akan mengindikasikan beban sosial tinggi bagi penduduk usia kerja, terutama jika distribusi beban tersebut tidak merata secara ekonomi.
3. Urbanisasi dan Ledakan Permukiman Kumuh
Ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan ketersediaan lapangan kerja mendorong migrasi besar-besaran ke kota-kota besar. Ini dapat memicu pertumbuhan permukiman kumuh, tingginya kepadatan penduduk, serta tekanan terhadap fasilitas publik dan lingkungan.Menurut Hayes dan Setyonaluri (2015), urbanisasi yang tidak terkendali akibat imigrasi tenaga kerja dari desa ke kota dapat memperbutuk kondisi infrastruktur dan meningkatkan tekanan lingkungan.
4. Meningkatnya Beban Kesehatan dan Jaminan Sosial
Menurut Noor dan Shaddiq (2003), seiring waktu, populasi usia produktif akan menua dan menjadi bagian dari kelompok lansia. Tanpa sistem pensiun dan jaminan kesehatan yang kuat, negara akan menanggung beban yang sangat berat di masa depan.Ketika populasi lansia meningkat, tentu kebutuhan terhadap investasi sosial dan sistem kesehatan masyarakat juga akan meningkat secara signifikan.
5. Potensi Instabilitas Sosial dan Politik
Dampak negatif bonus demografi lainnya adalah risiko instabilitas sosial yang timbul dari ketimpangan ekonomi, frustrasi pengangguran, serta ketidakpuasan sosial. Generasi muda yang kecewa bisa menjadi sasaran empuk paham radikal, kekerasan, atau gerakan sosial destruktif.Kegagalan dalam menyediakan pekerjaan dan pendidikan berkualitas dapat menjadi sumber ketegangan sosial dan bahkan ketidakstabilan politik.
Contoh Bonus Demografi
Bonus demografi merupakan fenomena yang tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara lain telah berhasil memanfaatkan momentum ini untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya seperi Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, hingga Singapura.
UNFPA menekankan bahwa bonus demografi hanya dapat dinikmati jika penduduk usia produktif memiliki akses pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.
Sebagai perbandingan, berikut ini dua contoh nyata negara yang telah mengalami bonus demografi, yaitu:
1. Jepang
Jepang merupakan salah satu negara yang berhasil mengubah bonus demografi menjadi “The Japanese Economic Miracle”. Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami lonjakan populasi usia produktif pada periode 1950–1970. Pemerintah merespons dengan reformasi pendidikan, industrialisasi besar-besaran, dan investasi pada riset serta teknologi.Menurut laporan dari World Bank dan Asian Development Bank, strategi Jepang yang berbasis pada export-led industrialization, peningkatan kualitas SDM, serta kestabilan politik dan ekonomi memungkinkan negara ini tumbuh pesat dan menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1980-an.
Keberhasilan Jepang menunjukkan bahwa bonus demografi bukan hanya soal jumlah, tetapi juga kesiapan sistem untuk menyerap tenaga kerja produktif dan mendukungnya dengan infrastruktur yang memadai.
2. Nigeria
Di sisi lain, Nigeria adalah contoh negara yang menghadapi dampak negatif bonus demografi akibat kegagalan dalam menyediakan sistem yang mampu menyerap populasi usia produktif. Meskipun memiliki populasi muda yang sangat besar (lebih dari 60% penduduknya berusia di bawah 25 tahun), Nigeria menghadapi tantangan serius seperti:- Tingginya angka pengangguran pemuda,
- Keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan,
- Ketimpangan ekonomi dan kemiskinan ekstrem,
- Ketidakstabilan politik dan konflik etnis.
Kegagalan Nigeria menegaskan bahwa dampak negatif bonus demografi adalah kenyataan jika negara tidak memiliki perencanaan dan investasi yang terarah.

Bonus demografi adalah peluang emas yang hanya datang sekali dalam sejarah sebuah bangsa. Jika dikelola dengan bijak, Indonesia bisa menyusul jejak Jepang dan menjadikannya batu loncatan menuju kemajuan besar.
Namun jika gagal, kita bisa terjebak dalam pusaran ketimpangan dan krisis sosial sebagaimana yang terjadi di negara lain. Menuju Indonesia Emas 2045, keputusan ada di tangan kita, apakah akan memetik manfaatnya, atau justru membiarkannya menjadi beban sejarah.
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani