tirto.id - Juru bicara pemerintah dalam kasus Corona, Achmad Yurianto menjelaskan maraknya kasus COVID-19 yang berasal dari imported case meski sudah ada pemeriksaan thermal scanner di pintu masuk negara.
Ia mengatakan kasus imported case tidak terdeteksi thermal scanner karena suhu tubuh tidak demam.
"Pasti kalau tidak terlacak oleh thermal scanner berarti suhunya memang tidak panas," kata Yuri di Kantor Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (10/3/2020).
Dalam konteks ini, pemerintah memperketat sistem pengamanan di pintu masuk bandara setelah merebaknya virus COVID-19 di Wuhan, Cina.
Pemerintah menerapkan pemeriksaan dengan memeriksa suhu panas untuk mendeteksi dini potensi seseorang menderita virus Corona COVID-19 atau tidak.
Khusus di penerbangan, pemerintah menerapkan dua kali pemeriksaan suhu tubuh. Pertama adalah static thermal scanner yang berada di bandara lalu pemeriksaan langsung dengan thermal gun.
Namun dalam catatan Tirto, kasus COVID-19 dengan latar belakang imported case cukup banyak. Per Selasa (10/3/2020), 13 dari 27 kasus merupakan imported case Covid-19.
Yuri mengatakan ada dua faktor penyebab penderita Covid-19 tidak terdeteksi. Pertama, virus Covid-19 sedang dalam masa inkubasi pada saat penderita masuk ke Indonesia.
"Atau sebenarnya sudah muncul gejala yang ringan tetapi dalam pengaruh obat. Misalnya dia merasa flu, tapi dia bisa beli obat flu pasti ada obat penurun panas dalam obat flu. Pasti panasnya akan turun sehingga tak terdeteksi," kata Yuri.
Yuri mengatakan, pemerintah mengantisipasi potensi penyebaran COVID-19 saat masa inkubasi dengan keberadaan health alert card. Pemerintah langsung bertindak jika orang tersebut menderita sakit dan memudahkan mereka dalam penelusuran penyebaran COVID-19.
"Ini yang menjadi sangat berfungsi karena dia menyadari betul dari daerah yang berisiko dan dia datang ke tanah air dan merasakan sakit, maka dia membawa kartunya ini datang ke RS dan kami lakukan tracing," kata Yuri.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz