tirto.id -
Rekomendasi kuliner di Solo
Berbahan dasar daging, Selat Solo dilengkapi dengan kuah berwarna coklat yang merupakan perpaduan dari kecap dan beragam bahan lainnya yang menghasilkan cita rasa manis gurih dan asam.
Selat Solo adalah perpaduan antara salad atau sayuran dan bistik.Nama selat berasal dari kata “slachtje” yang berarti salad. Lantas, dagingnya yang disebut steak berasal dari bahasa Belanda yaitu “biefstuk”.
Biasanya, di Eropa, daging untuk steak disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang. Namun, lantaran raja-raja Kasunanan Solo tidak terbiasa menyantap daging seperti itu, maka daging yang seharusnya dimasak setengah matang kemudian diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti dan telur.
Setelah itu, seluruh bahan-bahan tersebut dicampur, kemudian dibentuk seperti lontong dan dibungkus daun pisang.
Setelah dikukus hingga matang, kemudian didiamkan hingga dingin, lalu diiris tebal dan digoreng dengan sedikit margarin.
Selat Solo disajikan bersama sayuran berupa wortel dan buncis rebus, tomat serta daun selada serta dilengkapi pula dengan kentang goreng.
Selain itu, yang menjadi ciri khas dari makanan ini adalah di bagian atas daun selada biasanya diberi saus mustard, dan tak jarang ada yang menambahkan acar mentimun hingga telur rebus.
Salah satu Selat Solo yang terkenal adalah Warung Selat Mbak Lies yang berada di Jalan Veteran Gg.II nomor 42 dan harga yang dibandrol untuk makanan ini sekitar Rp16 ribu.
2. Serabi
Serabi Solo adalah salah satu cemilan atau makanan ringan yang bisa Anda coba saat berada di Solo. Serabi Solo terbuat dari tepung beras yang dicampur santan lalu dimasak di atasarang dengan menggunakan cobek kecil.
Serabi memiliki rasa yang gurih dan biasanya diberi tambahan topping seperti coklat, keju hingga nangka. Serabi mirip seperti pannekoek atau pannenkoek namun lebih kecil dan teksturnya lembut pada bagian tengah tetapi sedikit lebih kering dan tipis pada bagian pinggirannya.
Salah satu serabi yang terkenal di Solo adalah Serabi Notosuman Ny. Handayani yang terletak di Jalan Moh. Yamin No.51, Kratonan, Kota Surakarta, dengan harga Rp35 ribuan untuk satu dusnya.
3. Timlo
Timlo adalah makanan berkuah yang kental dengan rasa kaldu ayamnya. Menurut sejarawan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, timlo adalah kuliner yang terinspirasi dari sup kimlo.
Konan, katanya makanan ini adalah salah satu tradisi makanan berkuah di kalangan orang Tionghoa. Lantas, dalam perjalanannya makanan ini semakin populer di masyarakat umum dan terkenal di Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Timlo adalah sup yang berisikan irisan hati dan ampela ayam, irisan dadar gulung, irisan sosis solo, mihun, telur pindang, dan ayam goreng suwir.
Kuah timlo berwarna bening dengan tekstur yang encer dan memiliki rasa yang gurih serta segar dari sari kaldu ayam.
Biasanya, timlo akan dimakan dengan nasi secara terpisah atau bisa juga dicampur langsung ke dalam mangkuknya.
Salah satu lokasi yang menjual timlo dan cukup terkenal di Solo adalah Timlo Maestro yang terletak di Jalan. K.H Ahmad Dahlan No.60, Keprabon, Kecamatan. Banjarsari, Kota Surakarta. Harga timlo komplit yang di jual adalah Rp20 ribuan untuk satu mangkuknya.
4. Cabuk Rambak
Salah satu kuliner khas Solo lainnya adalah cabuk rambak. Cabuk rambak adalah makanan tradisional khas Solo yang saat ini sudah mulai langka di Kota Solo dan hanya dijual di pasar-pasar tradisional maupun tepat kuliner tertentu.
Cabuk rambak berisi ketupat yang diletakkan pada pincuk daun pisang, lantas disiram menggunakan saus wijen kelapa khas Kota Solo dan disantap dengan karak atau rambak.
Cabuk rambak berasal dari kata “Cabuk” dan “Rambak”. Cabuk mengacu pada wijen yang menjadi bahan utama pada sausnya.
Kemudian rambak adalah krupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Dulunya cabuk rambak memang dihidangkan bersama krupuk kulit atau rambak tetapi karena harga rambak semakin mahal maka krupuk kulit ini diganti dengan krupuk nasi (karak) yang kemudian krupuk nasi ini juga disebut dengan nama “Rambak”.
Jika Anda ingin mencoba makanan ini, salah satu tempat yang menjualnya adalah Cabuk Rambak Mbah Min dan terletak di sekitar Gereja Santa Maria Regina, Timur, Tegalharjo, Purwowardayan, Surakarta.
Editor: Iswara N Raditya